Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Lebak - Pengunjung wisatawan museum Multatuli di Kabupaten Lebak, Banten, mulai dilirik para turis penyuka sejarah. Mereka datang dari kalangan pelajar maupun turis asing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kami hari Jumat menerima kunjungan pelajar dari Jakarta sebanyak 50 orang ke museum Multatuli," kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lebak Wawan Sukmara di Lebak, Sabtu, 7/4.
Wawan mengatakan pengunjung Museum Multatuli kalangan juga datang dari kalangan wisatawan asing, misalnya dari Belanda, Inggris, Jerman dan Perancis, “Bahkan, Direktur Konservator Multatuli Huis Amsterdam juga ke sini,” kata dia.
Kehadiran gedung museum Multatuli yang berlokasi di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Lebak menambah khanasah budaya daerah itu. Multatuli, alias Edward Douwes Dekker, adalah seorang warga Belanda yang menjabat sebagai seorang Asisten Residen Lebak pada 1850.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Museum Multatuli, antara lain, dilengkapi miniatur VOC, 34 artefak Edward Douwes Dekker juga perabotan rumah tangga. Selain itu ada satu ruangan yang menceritakan kisah hidup Multatuli. Ada juga ruangan sejarah Banten.
Surat Eduard Douwes Dekker kepada Raja Willem III pun ada. Surat itu berisi protes atas sikap Belanda di tanah jajahan yang melakukan penindasan. Surat juga berisi pemberitahuan perihal naskah buku Max Havelaar yang akan terbit.
Dalam surat ini, Douwes Dekker memohon agar Raja Willem III memberikan perhatian lebih kepada Hindia Belanda.
Direktur Konservator Multatuli Huis Amsterdam, Klaartje Groot, mengapresiasi berdirinya museum Multatuli tersebut. "Kami dari Belanda datang ke sini ingin melihat langsung gedung Museum Multatuli itu," katanya saat berkunjung beberapa waktu lalu.