Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Museum Nasional Pamerkan Naskah Asli Kakawin Sutasoma

Kakawin atau syair Sutasoma yang ditulis Mpu Tantular dipamerkan untuk pertama kalinya di Museum Nasional, Jakarta,

6 Juni 2017 | 19.18 WIB

Petugas memeriksa sejumlah naskah kuno koleksi terbaru museum Sribaduga Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/11). ANTARA/Agus Bebeng
Perbesar
Petugas memeriksa sejumlah naskah kuno koleksi terbaru museum Sribaduga Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/11). ANTARA/Agus Bebeng

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kakawin atau syair Sutasoma yang ditulis Mpu Tantular dipamerkan untuk pertama kalinya di Museum Nasional, Jakarta, tepatnya pada pameran Arsip Lahirnya Pancasila pada 2-15 Juni 2017. Seperti diketahui, dalam Kakawin itu tercantum bait "Bhinneka Tunggal Ika" yang menjadi semboyan Indonesia.

"Sutasoma yang dipamerkan adalah dokumen asli yang ditulis Mpu Tantular di daun lontar," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid di Jakarta, Kamis, 1 Juni 2017.

Hilmar mengatakan dokumen Perpustakaan Nasional akan menjadi salah satu karya agung yang diperlihatkan dalam pameran tersebut. Demi keamanan, setiap hari dokumen itu akan dibawa pulang ke Perpustakaan Nasional.

Selain itu, dokumen yang menjadi sorotan dalam pameran tersebut adalah lembar sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pidato Soekarno yang menjelaskan tentang Pancasila, dokumen penyusunanan konstitusi Indonesia, dan lambang Garuda Pancasila yang terus mengalami perubahan.

Lambang Garuda Pancasila dibuat oleh Sultan Hamid II, putra sulung Sultan Pontianak ke-6 yang memenangkan sayembara desain lambang negara pada 1950.

Hilmar mengatakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana membawa pameran yang bertujuan menanamkan nilai-nilai Pancasila itu ke daerah yang lain. "Dokumen-dokumen itu nantinya akan dibuat replikanya dan dibawa keliling Indonesia," ucapnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Museum Nasional Harry Widianto mengatakan pameran itu sebenarnya telah dilaksanakan pada 1 Juni di Gedung Pancasila di Kementerian Luar Negeri.
Agar dapat disaksikan oleh publik, pameran kemudian digelar di Museum Nasional.

"Di Gedung Pancasila, ada 28 arsip yang ditampilkan. Kemudian arsip itu dibawa ke Museum Nasional ditambah lagi beberapa sehingga totalnya ada 54," ujar Harry.

Dalam pameran tersebut, pengunjung dapat melihat proses bagaimana sidang untuk merumuskan dasar negara oleh BPUPKI. Kemudian ada pidato Soekarno tentang Pancasila, penyusunan konsep pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan memilih presiden serta wakil presiden.



Pada acara pembukaan, aktor Tio Pakusadewo tampil sebagai pembaca pidato Bung Karno dalam rapat BUPKI 1 Juni 1945dan akan diputar film "Pantja-Sila: Cita-cita dan Realita".


 


 


 


ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tulus Wijanarko

Tulus Wijanarko

Wartawan senior dan penyair.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus