Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mendaki puncak tertinggi dunia, Gunung Everest, akan jauh lebih mahal pada 2025. Pemerintah Nepal telah mengumumkan kenaikan biaya pendakian sebesar 36 persen mulai September tahun ini. Kenaikan biaya pendakian ini merupakan yang pertama kali dalam hampir satu dekade, kata Direktur Jenderal Departemen Pariwisata Nepal Narayan Prasad Regmi pada Rabu, 22 Januari 2024, yang dikutip Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gunung yang menjulang setinggi 8.849 meter itu menjadi impian hampir setiap pendaki di dunia. Saat ini, untuk mendapatkan izin mendaki gunung tersebut, pendaki harus US$ 11.000 atau sekitar Rp 178 juta. Setelah kenaikan nanti, biaya mendaki menjadi US$ 15.000 atau Rp 243 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Royalti (biaya izin) belum ditinjau untuk waktu yang lama. Kami telah memperbaruinya sekarang," kata Regmi kepada Reuters.
Sumber Pendapatan Nepal
Pendapatan dari biaya izin dan pengeluaran lain oleh pendaki asing merupakan sumber pendapatan dan lapangan kerja utama bagi negara tersebut. Nepal memiliki delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Everest.
Tarif baru akan berlaku mulai September dan berlaku untuk musim pendakian populer April-Mei di sepanjang South East Ridge standar, atau rute South Col. Jalur ini dirintis oleh warga Selandia Baru Sir Edmund Hillary dan Sherpa Tenzing Norgay pada 1953.
Biaya untuk musim September-November yang kurang populer dan Desember-Februari yang jarang didaki juga akan naik sebesar 36 persen, menjadi US$ 7.500 atau Rp 122 juta dan $3.750 atau Rp 60,8 juta.
Tidak Mematahkan Semangat Pendaki
Beberapa penyelenggara ekspedisi mengatakan kenaikan tersebut tidak membuat pendaki patah semangat. Sekitar 300 izin dikeluarkan setiap tahun untuk Everest.
"Kami sudah memperkirakan kenaikan biaya izin ini," kata Lukas Furtenbach dari penyelenggara ekspedisi yang berbasis di Austria, Furtenbach Adventures.
Ia mengatakan bahwa kenaikan ini dapat dimengerti oleh para pendaki. "Saya yakin dana tambahan itu akan digunakan untuk melindungi lingkungan dan meningkatkan keselamatan di Everest," kata Furtenbach.
Ratusan pendaki mencoba mendaki gunung tertinggi dan beberapa puncak Himalaya lainnya setiap tahun. Nepal sering dikritik oleh para ahli pendakian gunung karena mengizinkan terlalu banyak pendaki di Everest tapi kurang menjaga kebersihannya atau memastikan keselamatan pendaki. Namun, Regmi mengatakan kampanye pembersihan diselenggarakan untuk mengumpulkan sampah dan pemasangan tali serta tindakan keselamatan lainnya dilakukan secara teratur.
Para pendaki yang kembali dari Everest mengatakan gunung tersebut menjadi semakin kering dan berbatu dengan lebih sedikit salju atau curah hujan lainnya. Menurut para ahli, hal itu dapat disebabkan oleh pemanasan global atau perubahan lingkungan lainnya.
REUTERS | TRAVEL AND LEISURE