Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah artis yang menyuarakan aksi Darurat Demokrasi sejak kemarin mendapat teror melalui pesan dari seseorang yang mengaku dari Bareskrim Polri. Komika, Pandji Pragiwaksono dan Youtuber, Andovi da Lopez mengungkapkan mendapatkan pesan teror dari orang tak dikenal lewat pesan Whatsapp pada Kamis, 22 Agustus 2024 dan ditengarai dikirim dari orang yang sama.
Pesan Teror untuk Pandji Pragiwaksono dan Andovi da Lopez
Teror ini diduga untuk menghentikan sikap Pandji, Andovi, dan selebritas lainnya seperti Ernest Prakasa, Joko Anwar, Baskara Putra, hingga Kunto Aji yang menyuarakan sikap untuk mengawal demokrasi dan membuat gerakan perlawanan terhadap DPR dan Pemerintah. Kemarin, Panja Baleg
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pandji mengunggah foto ponselnya yang memperlihatkan telepon dan pesan Whatsapp dari seseorang bernama Peter yang menggunakan nomor 0831-5162-5778. Ia disuruh menghadap ke Bareskrim Polri. "Pandji mohon datang ke kantor Bareskrim," demikian bunyi pesan pertama setelah ia mengabaikan panggilan telepon. Pesan itu menunjukkan pukul 10.04.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satu menit kemudian, 'Peter' yang menggunakan profil seorang pria dengan baju tentara itu menelepon kembali Pandji. "BACA PESAN INI," tulis Peter kemudian.
Oleh Pandji Pragiwaksono, unggahan foto ini diberinya keterangan, "Tolong infoin Pak Peter, Pandji-nya lagi sibuk."
Andovi da Lopez Sebut Tak Ada Ajakan Kekerasan
Selain Pandji, Youtuber, Andovi da Lopez juga mengungkapkan tadi pagi mendapatkan pesan Whatsapp yang bisa diartikan sebagai teror. Pengirinya tetap Peter dengan nomor yang sama. Ia mengunggah ulang unggahan Pandji dengan membalas, "Maaf saya juga lagi sibuk DAMAI di depan Gedung DPR. Tidak ada ajakan kekerasan," cuitnya, dua jam lalu.
Andovi da Lopez saat membuat parodi soal Tapera bersama Chandra Liow. Foto: Instagram.
Sebelumnya, Andovi mengunggah video yang menjelaskan pesan Whatsapp yang diterimanya. "Pagi-pagi dapat pesan, 'Mohon segera datang ke kantor Bareskrim, Jakarta Pusat. Anda didakwa sebagai penyebar ajakan aksi kekerasan dan unjuk rasa," kata dia sambil menunjukkan ponselnya. Kameranya diarahkan ke peserta demo di depan Gedung DPR RI Jakarta. Di sebelahnya terlihat Dandhy Laksono dan Bintang Emon yang tertawa mendengar penjelasannya.
"Enggak ada yang ngajak kekerasan, guys. Kita di sini bangga dengan anggota DPR karena mereka bisa meeting cepat-cepat. Cepat banget meetingnya," katanya."Cepat, satu hari beres," timpal Bintang Emon. "UU Masyarakat Adat saja 12 tahun lebih," sahut Dandhy. "Ini Mahkamah Konstitusi 21 Agustus, 22 Agustus langsung meeting," jawabnya kurang tepat menyebut tanggalnya. "Karena memang derajatnya lebih penting," balas Bintang Emon menyindir.
Sindiran Andovi dan Bintang ini merespons langkah cepat Baleg DPR yang mengebut revisi UU Pilkada yang diputuskan Mahkamah Konstitusi dalam hal persyaratan pencalonan Pilkada. Dalam waktu sehari saja, Panja Baleg bisa menyelesaikan revisi UU Pilkada sebagai sikap menolak putusan MK.