Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejak dibangun sebagai kawasan pedestrian, wajah Malioboro berubah menjadi lebih tertata, bersih dan nyaman bagi para pejalan kaki. Tak ada lagi pemandangan sumpek karena area trotoar diokupasi deretan motor parkir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangku-bangku taman dan berbagai sarana pendukung ikut dibangun demi menjaga jalur pedestrian itu tetap nyaman. Salah satu sarana yang dihadirkan adalah ribuan tiang besi pembatas atau bolard tabung untuk mencegah motor parkir kembali di trotoar. Jarak antar tiang pembatas itu sekitar kurang lebih satu meteran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tak ada masalah meski sekarang Malioboro diberi tiang-tiang pembatas itu, yang penting PKL tetap boleh berjualan,” ujar Rubiyah, 62, seorang PKL Malioboro ditemui Jumat 6 Juli 2018.
Manajer PT F. Syukri Balak, kontraktor revitalisasi Malioboro, Eri Purnomo menuturkan, bolard tabung itu dipasng sebagai pembatas area, untuk menjaga pedestrian sebagaimana fungsinya. Bahan bolard tabung terbuat dari struktur dalam pipa black steel dengan dimensi berdiameter 6 inch dan tinggi satu meter.
Bagian luar bolard tabung itu dilapisi aluminium tatah dan di permukaannya ada berbagai icon becak, andong, dan gambar lain yang menunjukkan ikon Yogya.
Rubiyah yang biasa berjualan di sisi utara Mal Malioboro menuturkan, pemerintah DIY tak hanya membangun pedestrian Malioboro, namun juga memberi bantuan gerobak bagi para PKL agar seragam dan lebih tampak rapi.
“Gerobak baru bantuan itu bisa masuk di sela tiang pembatas kok, kalau gerobak lama mungkin agak mepet karena lebarnya beda-beda tiap pedagang,” ujarnya.
Rubiah belum tahu kasus tiang pembatas pedestrian yang hilang di depan Hotel Inna Garuda belakangan ini. Di lokasi hilangnya tiang itu lalu menjadi lokasi berjualan PKL.
“Saya belum tahu ada tiang yang hilang, yang jelas ada atau tidaknya tiang itu tak menganggu pedagang jualan kok, tetap bisa lewat kalau pakai gerobak bantuan pemerintah,” ujarnya.
Sejak Malioboro menjadi pedestrian, Rubiyah mengaku retribusi yang disetorkan ke pemerintah juga tak berubah. “Sebulan masih Rp 15 ribu untuk sampah saja, ngga ada perubahan,” ujarnya.
Raibnya tiang pembatas di pedestrian Malioboro itu sempat membuat Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X marah.
Tetapi kini hal itu sudah tuntas. Belasan tiang pembatas yang sempat raib sudah terpasang kembali.
PRIBADI WICAKSONO (Yogyakarta)