Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Pelayaran Surabaya Menuju Ambon, Mual Terayun Ombak Lautan Selama 3 Hari

Ombak terasa kencang mengayun kapal. Para penumpang yang berjalan, beberapa kali harus berpegangan

2 Juni 2022 | 11.54 WIB

Kapal Dorolonda tiba di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, Rabu 25 Mei 2022. TEMPO/Yolanda Agne
Perbesar
Kapal Dorolonda tiba di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, Rabu 25 Mei 2022. TEMPO/Yolanda Agne

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sore hari di Sidoarjo, Jawa Timur. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, Sabtu, 21 Mei 2022. Mobil putih mengangkut dua orang penumpang yang akan menuju ke Ambon.  Sebelum senja mobil sudah melewati jalur tol Sidoarjo-Waru menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Perjalanan sudah agak lengang, karena jauh dari rentang waktu arus mudik Lebaran. Dua ransel dan satu tas jinjing yang berisi perlengkapan selama satu bulan mudik di kampung halaman Sidoarjo itu sudah diturunkan dari mobil. Langkah kaki berlanjut sambil menenteng bawaan itu memasuki Pelabuhan Tanjung Perak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suasana Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Sabtu 21 Mei 2022. TEMPO/Yolanda Agne

Kapal Dorolonda yang akan berlayar menuju Ambon berangkat pukul 21.00. Waktu masih panjang menunggu keberangkatan. Mengutip laman Pelni, kapal Doloronda, salah satu angkutan milik PT Pelni yang memiliki daya tampung 2.000 penumpang. Rute pelayaran kapal ini, yaitu Tanjung Priok (Jakarta), Surabaya, Makassar, Baubau, Namlea, Ambon, Ternate, Bitung.

Banyak pedagang yang menawarkan kopi dan tikar untuk duduk. Ada juga porter yang menawarkan jasa angkut barang yang tarifnya Rp 100 ribuan hingga Rp 200 ribuan. Pertimbangan tarif tergantung banyaknya barang dan bobotnya. Berapa kali satu porter bolak-balik angkut barang sampai ke tempat tidur di kapal itu pun menentukan tarifnya.

Langit sudah gelap, waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Para penumpang mulai bergegas menukarkan kertas keterangan pembelian dengan tiket kapal di loket. Setelah menukarkan tiket, penumpang berlanjut menuju kapal.

Cuma ada satu pintu di gedung pelabuhan itu sebelum menuju kapal. Ketika para penumpang berebut ingin masuk duluan terasa sangat berjejal. Belum lagi barang bawaan yang sangat banyak, terasa makin sesak.

Setelah melewati pintu pertama, penumpang akan melewati pintu kedua untuk pemeriksaan x-ray. Setelah rampung pemeriksaan barang-barang, bagian punggung tangan penumpang dicap merah yang menandakan sudah terverifikasi sebagai penumpang.

Di Pelabuhan Yos Sudarso tak ada proses pemeriksaan x-ray ini. Suasana memang terasa berbeda, misalnya tak ada orang-orang yang menawarkan tikar di Pelabuhan Yos Sudarso. Porter tetap ada, namun tarifnya berbeda, Rp70 ribu hingga Rp100 ribu.

Ombak besar

Waktu sudah lewat pukul 21.00 WIB, tambat kapal telah terlepas.  Saat kapal berlayar tubuh ini ingin melepas lelah, merebah di tempat tidur. Ombak yang tenang bagai mengayun ringan tidur makin terlelap. Tapi, suasana drastis berubah saat hari kedua kapal berlayar menuju Makassar, Sulawesi Selatan.

Tak nyana kepala ini terasa oleng hingga muncul rasa mual. Sangat terasa berbeda dibandingkan ketika dari Ambon menuju Surabaya pada April lalu. Saat itu ombak tenang selama 88 jam kapal berlayar menuju Tanjung Perak. Ombak terasa kencang mengayun kapal. Saat berdiri pun sudah terasa pusing. Para penumpang yang berjalan, beberapa kali harus berpegangan agar tak terjatuh.

Selama empat hari kapal Doloronda mengarungi lautan cuaca sering berubah-ubah. Beberapa kali pun hujan deras, angin kencang. Mengutip laman Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) pada 21 Mei hingga 22 Mei 2022 gelombang tinggi di beberapa wilayah lautan Indonesia. Laut Jawa bagian Timur, Selat Makassar, perairan Baubau dan Ambon. Peningkatan gelombang tingginya antara 1,25 meter hingga 2,5 meter.

Tak ada perbekalan obat antimual, karena tidak terpikirkan kapal akan terombang-ambing ombak besar. Benak ini hanya teringat ketika berlayar dari Ambon menuju Surabaya. Mual makin tak tertahankan.

Akhirnya, merogoh kocek Rp5.000 untuk membeli satu butir obat antimual mabuk perjalanan. Mahal. Seandainya tak terlena ingatan berlayar dari Ambon ke Surabaya, uang Rp5.000 itu mungkin bisa cukup untuk membeli satu setrip obat antimual sebelum berada di kapal. Ketika hendak membeli permen, pedagang di kapal bilang, stoknya sudah habis karena banyak penumpang yang mabuk.

YOLANDA AGNE

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus