Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

Perjuangan Indro Warkop Meninggalkan Warisan untuk Anak-anak Warkop DKI

Satrio, anak bungsu Dono, menurut Indro Warkop, tidak bisa merasakan jerih payah kerja mendiang ayahnya.

30 September 2021 | 23.26 WIB

Indro Warkop saat menjadi tamu di podcast Deddy Corbuzier. Foto: Youtube Deddy Corbuzier.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Indro Warkop saat menjadi tamu di podcast Deddy Corbuzier. Foto: Youtube Deddy Corbuzier.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Komedian senior, Indro Warkop mengenang kembali awal-awal dia mematenkan nama Warkop DKI. Bukan tanpa alasan ketika Indro akhirnya mendaftarkan nama Warkop DKI sebagai lembaga yang memiliki hak kekayaan intelektual. Indro hanya ingin meninggalkan warisan kepada anak-anak dari anggota Warkop DKI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Kenapa sih ngotot bener? Karena hanya itu yang bisa gue wariskan, secara wujud kepada anak-anak, dan itu berhasil,” ujar Indro saat menjadi tamu di acara podcast Deddy Corbuzier, Kamis, 30 September 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indro mencontohkan Satrio, putra bungsu Dono yang masih berusia sangat muda ketika Dono Warkop meninggal. Satrio, menurut Indro, tidak bisa merasakan jerih payah kerja mendiang ayahnya. Namun, dengan nama Warkop DKI dipatenkan, Satrio bisa mencicipi kerja ayahnya.

“Terakhir pas Warkop Reborn muncul, mereka terima uang yang di luar dugaan. Subsidi dari gue berapa sih, paling Rp 500 ribu. Tiba-tiba terima bisa beli motor, beli mobil,” tuturnya.

Indro Warkop menggelar konferensi pers dengan menghadirkan para ahli waris Warkop DKI. Foto: Lembaga Warkop DKI.

Sepeninggal Kasino dan Dono, Indro mengaku tetap memberikan subsidi kepada anak-anak mereka. Dengan dipatenkannya nama Warkop DKI dan kontrak eksklusif dengan Falcon Pictures, mereka bisa mendapatkan hasil yang lumayan. “Betapa bahagianya gue, usaha gue, gue sepele aja, ya mudah-mudahan ini bisa jadi rezekinya anak-anak dan itu terjadi,” kata penggemar Harley Davidson ini.

Perjuangan mematenkan nama Warkop DKI bukan perkara mudah. Meski wajah mereka sudah dikenali khalayak ramai, namun tetap butuh pemeriksaan yang memakan waktu cukup lama. “Kan enggak mungkin aku cerita ke semua orang, perjuangan gue berat. 2004 itu sudah hak anak-anak. Gue daftarin untuk banyak hal, kali anak-anak mau bikin kafe, enggak bisa sembarangan pakai nama Warkop DKI,” ujar Indro lagi.

Atas dasar inilah, anak-anak dari Warkop DKI merasa kesal ketika ada grup yang mencoba meniru orang tua mereka. Satrio Dono, menurut Indro, adalah yang paling tersinggung dan marah dengan kejadian ini. “Satrio ama gue dah kayak bapak banget. Satrio bilang, 'Kalau bapak saya sampai tersinggung maka otomatis kami tersinggung karena saya tahu perjuangan bapak saya baik bapak saya Dono maupun bapak saya Indro untuk menjadikan kami seperti ini' ,” tutur Indro.

Warkopi yang disebut meniru Warkop DKI. Foto: Youtube Kriss Hatta.

Bahkan salah satu anak Kasino yang biasanya memiliki sifat paling tenang, ikut angkat bicara. Si anak, Hanna Kasino mengatakan kegiatan Warkopi tidak bisa didiamkan. “Waduh enggak bisa, bukan berhadapan dengan lembaga Warkop DKI tapi berhadapan dengan hukum. Kenapa? karena bapak kami membekali itu, dan itu hak dilindungi Undang-Undang,” ujar Indro menirukan ucapan Hanna.

Sebagai seorang ayah, Indro paham jika anak-anaknya menjadi marah dan merasa terusik. Namun di satu pihak, ia juga tahu kalau ketiga personel Warkopi tidak mengerti apa-apa. “Gue memaafkan. Kita tunggu, kita sabar, anak-anak juga. Kalau mau ketemu di-take down dulu. Apakah selesai? Harus ada pernyataan yang dikuatkan oleh hukum,” katanya.

Saat konferensi pers virtual, 20 September 2021, Indro Warkop menjelaskan Warkop DKI bukan sekadar grup lawak, melainkan sebuah keluarga yang dicintainya. "Sebagai personel terakhir Warkop yang masih hidup, saya memegang amanah besar untuk menjaga nama baik Warkop DKI," ujarnya. Ia selalu melibatkan para ahli waris Dono dan Kasino dalam berbagai kegiatan apapun. "Tolong hormati etika dan tata krama dalam berkesenian dan berkarya," katanya.

DEWI RETNO

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus