Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan penyiar televisi, Jeremy Teti mengakui ia hampir meninggal menjelang pengumuman Hasil Jajak Pendapat di Timor Timur (sekarang Timor Leste) pada 1999. Ia bersama seorang kamerawan SCTV, menjadi satu-satunya wartawan yang bertahan di Dili saat semua jurnalis asing sudah bersembunyi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada orang muter-muter pakai motor, pakai racing. Saya berdua dengan camera man. Dia bilang, 'Bapak harus bilang, itu saudaraku yang mati ditembak sama Brimob,' sementara lokasi aku dengan tempat penembakan hanya ratusan meter," kata Jeremy saat menjadi tamu di podcast Close The Door milik Deddy Corbuzier, tayang pada Rabu, 26 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat itu, ia mengaku tetap semangat. Adrenalinenya terpacu, sementara rekannya sudah ketakutan. "Mana kita masih pakai kabel panjang, biar bisa dapat gambar, gue ke tengah jalan. Eh dia muter-muterin gue sambil nodongin pistol hanya berjarak beberapa meter, duh bentar lagi mati aku," ujarnya.
Jeremy Teti. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo;
Ia kemudian berbicara kepada pemuda itu dengan menggunakan Bahasa Tetun, lantaran Jeremy asli Timor Leste. Ia mencatut nama adiknya yang saat itu menjadi pemain bola terkenal di Dili. "Aku sebutin nama adikku pakai Bahasa Tetun, dia kaget, 'Bapak bisa Bahasa Tetun?' Terus wajahnya malu, lah gue orang situ," katanya mengisahkan kembali peristiwa 21 tahun lalu.
Meski nyawanya tinggal sejengkal lagi, Jeremy mengaku justru menikmatinya. "Itu sensasi terhebat dalam hidupku, yang orang lain belum tentu bisa rasakan. Aku menikmati di posisi ketika ditekan. Itu sebuah sensasi, yang kita cari dalam kenikmatan hidup itu adanya sensasi itu," katanya.
Tapi ia menolak disebut Deddy fetish. "Enggak ah gue enggak mau fetish, seram. Enggak fetish pakai pakaian kayak gini-gitu. Ada yang bilang, 'Abang pakai jas lengkap aku pengen ketemu,' apaan sih ini orang," tuturnya.
Jeremy menuturkan, saat masih bocah, ia bersama warga Dili pernah terjebak dalam Perang Timor-Timur pada 1975. "Waktu SD, kami dievakuasi naik truk milik orang Cina keluar Dili," katanya. "Sensasi itu menegangkan tapi dinikmati saja."