Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Edinburgh akan menjadi kota pertama di Skotlandia yang memberlakukan pajak turis. Kota tersebut dinilai sudah mengalami overtourism yang membuat penduduk merasa tidak nyaman. Kota ini terutama sangat ramai pada bulan Agustus ketika Edinburgh Fringe Festival meramaikan jalan-jalan dengan komedi, seni, dan teater.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah Skotlandia telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengenakan biaya pengunjung yang disebut dengan Transient Visitor Levy. Biaya tersebut akan diberlakukan mulai 2026.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Euronews, Transient Visitor Levy diperkirakan pajak turis akan terkumpul sampai £50 juta atau lebih dari Rp1 triliun per tahun. Nantinya, dana yang terkumpul akan digunakan untuk melakukan perbaikan kota.
Awal bulan ini, pejabat Edinburgh menyetujui proposal untuk memungut biaya kepada tamu di hotel, B&B, hostel, dan persewaan liburan termasuk Airbnb sebesar lima persen dari biaya per kamar per malam. Biaya tersebut akan dibatasi selama tujuh hari berturut-turut.
Pemanfaatan dana
Sebelum diberlakukan, akan ada periode konsultasi publik tentang pungutan tersebut selama 12 pekan mulai September. Warga akan ditanyai apakah biaya lima persen tersebut harus lebih tinggi atau lebih rendah.
Dewan kota mengatakan dana tersebut akan diinvestasikan dalam infrastruktur, perumahan terjangkau, pengelolaan destinasi dan budaya, warisan, dan acara. Pemimpin dewan Cammy Day mengatakan 35 persen dari hasil tersebut akan dialokasikan untuk sektor seni.
Tanggapan operator wisata
Pungutan terhadap turis ini banyak dilakukan di Eropa. Destinasi wisata populer lainnya di benua tersebut memberlakukan biaya bervariasi, termasuk Amsterdam yang memiliki pajak turis sebesar 12,5 persen, dan Berlin.
Namun, beberapa operator pariwisata khawatir pungutan tersebut akan membuat Edinburgh menjadi destinasi liburan yang kurang kompetitif dan membuat pengunjung enggan berkunjung.
"Ini masih menjadi masalah yang sangat kontroversial," kata Marc Crothall, kepala eksekutif Aliansi Pariwisata Skotlandia, kepada situs berita perjalanan Skift.
"Ada kekhawatiran seputar total harga yang akan dibayarkan pelanggan dan dampaknya terhadap pemesanan di masa mendatang, terutama oleh pengunjung domestik ketika sudah ada tanda-tanda penurunan pemesanan dari pasar ini karena krisis biaya hidup di Inggris yang masih berlangsung."
Namun, Day berpendapat pajak tersebut tidak akan membuat pengunjung enggan berkunjung ke Edinburgh. "Saya tidak melihat beberapa pound membuat seseorang enggan mengunjungi kota ini," kata BBC Radio Scotland. "Jika Anda mampu menghabiskan ratusan pound untuk kamar hotel, Anda juga mampu menghabiskan beberapa pound untuk mendukung kota yang Anda kunjungi."
EURONEWS | EXPRESS.CO.UK