Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sampah yang menggunung di kawasan Hutan Mangrove, Ecomarine Muara Angke, Jakarta Utara, meresahkan masyarakat sekitar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pantauan Tempo, sampah yang mengumpul di wilayah tersebut ada sepanjang 50 meter dengan lebar sekitar 7-10 meter menjorok ke laut. Sampah-sampah yang dekat dengan bibir pantai terlihat sudah telah mulai menjadi kering dan mulai mengeras.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wilayah ini seharusnya menjadi area konservasi penanaman mangrove dan juga budidaya ikan bandeng. Namun dengan adanya sampah tersebut proses konservasi dan budidaya menjadi terhambat. Untuk mencapai lokasi ini, pengunjung melewati Pasar Ikan Muara Angke di Kelurahan Penjaringan.
Tak jauh dari pasar, ada pelabuhan Muara Angke. Aroma ikan sudah tercium sejak kita memasuki gerbang kampung nelayan Muara Angke. Pengunjung bisa menyaksikan aktifitas warga, seperti nelayan dan pedagang.
Potensi wisata di Muara Angke sedang dikelola pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pelabuhan Muara Angke misalnya, diubah menjadi dermaga sekaligus pusat pengolahan ikan.
Warung-warung ikan bakar di Muara Angke juga akan direlokasi ke resto apung, pusat kuliner baru yang dibangun di laut.
Muara Angke juga direncanakan menjadi akses utama menuju Pulau Seribu serta menjadi kawasan wisata alternatif. Pelabuhan Muara Angke dengan luas kawasan 65 hektare ini dikembangkan menjadi pelabuhan pariwisata dan perikanan.
DIAS PRASONGKO | ERWAN HERMAWAN