Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menerapkan sejumlah strategi untuk menggenjot pariwisata di daerahnya. Sejak menjabat sebagai kepala daerah pada 2010, Azwar Anas membuat berbagai kebijakan untuk mengerek daya tarik Bayuwangi bagi wisatawan, termasuk untuk urusan penginapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Azwar Anas menjelaskan alasan dia melarang hotel bintang tiga ke bawah beroperasi di daerahnya. "Hotel taraf melati tidak kami izinkan. Yang boleh hanya bintang tiga ke atas dan homestay," kata Azwar Anas saat sesi bincang bertema 'Komitmen CEO pada Pariwisata Indonesia' dalam acara Ngobrol @tempo di Gedung Tempo Jakarta, Senin, 15 April 2019.
Menurut dia, hotel bertaraf melati perlu mendapatkan perhatian khusus karena sejatinya ini adalah ceruk wisata untuk masyarakat. "Kalau setiap orang bikin hotel melati langsung 70 kamar, homestay tidak akan tumbuh," tuturnya. Hotel kelas melati yang dimaksud Azwar Anas termasuk indekos yang menyewakan kamar per malam. "Ini juga kami tutup karena sama seperti hotel melati."
Ilustrasi Hotel (pixabay.com)
Saat ini, menurut Azwar Anas, tren pariwisata sudah berubah. Wisatawan mancanegara lebih suka menginap di homestay agar dapat merasakan kehidupan di pedesaan. Sedangkan wisatawan domestik yang datang dari perkotaan cenderung memilih menginap di hotel dengan pelayanan yang bagus.
Azwar Anas juga mematok syarat bagi pengelola hotel bintang tiga ke atas yang dibangun di Banyuwangi. Dia mewajibkan pengelola menunjukkan identitas lokal Banyuwangi di setiap bagian hotel. "Misalnya nuansa interior maupun eksterior hotel yang mengangkat kearifan lokal," ucap dia.