Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

Sejarah Bondan Winarno, Warung Kopi, dan Tagline Maknyus

Bondan Winarno terjun ke dunia kuliner berawal dari pengalamannya sebagai wartawan dan penulis yang sering bertugas ke luar negeri

29 November 2017 | 19.27 WIB

Bondan Winarno, penulis dan pengamat makanan/ kuliner mencicipi nasi goreng di Jakarta, 7 Februari 2007. Bondan pernah menjadi penulis dan kolumnis di sejumlah media nasional seperti Tempo, Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Mutiara, dan Asian Wall Street Journal. Dok.TEMPO/ Nickmatulhuda
Perbesar
Bondan Winarno, penulis dan pengamat makanan/ kuliner mencicipi nasi goreng di Jakarta, 7 Februari 2007. Bondan pernah menjadi penulis dan kolumnis di sejumlah media nasional seperti Tempo, Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Mutiara, dan Asian Wall Street Journal. Dok.TEMPO/ Nickmatulhuda

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Bondan Winarno punya alasan tersendiri mengapa dirinya membuka usaha kedai kopi bernama Kopitiam Oey. Saat itu, pakar kuliner satu ini kerap merasa kesuitan menemukan secangkir kopi berkualitas dengan harga murah. Hal ini menggelitik Bondan Winarno untuk membuka warung kopi murah-meriah dengan kualitas super. ”Koffie-nya mantep, harganja djoedjoer. Konsep murah-meriah. Tampilan sederhana, proses sederhana,” kata Bondan, seperti yang ditulis dalam Majalah Tempo edisi 14 Maret 2011.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Bondan Winarno, perintis warung kopi ini adalah para perantau dari Hainan, Cina. Mereka menyebutnya ”ka fe thien” (warung kopi), sedangkan orang Melayu melafalkannya menjadi ”kopitiam”.

Berdiri sekitar 2009, kedai kopi milik Bondan ini salah satunya terletak di kawasan Sabang, Jakarta Pusat. Bondan memberikan sentuhan interior peranakan masa sebelum perang (van voor de oorlog) . Hingga saat ini kedai kopinya telah memiliki beberapa cabang di berbagai kota.

Selain kopi, kedainya menawarkan hidangan khas Cina peranakan, Jawa, Indocina, Italia, Prancis, hingga Belanda. Tapi sebanyak 20 persen menu disesuaikan dengan selera setempat. Cabang di Bintaro, misalkan, menawarkan menu khusus soto tangkar pipi sapi. Sementara itu, yang di Tebet menjual brongkos.

Bondan Winarno, memulai karirnya wartawan. Terjunnya Bondan Winarno ke dunia kuliner berawal dari pengalamannya sebagai wartawan dan penulis yang sering bertugas ke luar negeri. Kala itu, Bondan melihat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap budaya kulinernya sendiri masih sangat rendah, sedangkan kekayaan budaya kuliner Indonesia lebih beragam dibandingkan dengan negara lain.

Lantas Bondan mulai menulis tentang budaya kuliner Indonesia di kolom Jalansutra di situs Kompas Cyber Media. Kemudian bersama Wasis Gunarto, Bondan Winarno mendirikan milis Jalansutra, dan mengisi program acara Wisata Kuliner di TransTV dengan tagline ‘Pokoke Maknyuss’.

MAJALAH TEMPO | KOPITIAMOEY.COM

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus