Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan Naik tahta pertama atau Tingalan Wiyosan Jumenengan Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya atau KGPAA Mangkunegara X di Pura Mangkunegaran Solo, Rabu, 1 Maret 2023 menghadirkan sebuah tarian sakral bernama Tari Bedhaya Anglir Mendung. Tari Bedhaya Anglir Mendung ini merupakan tarian pusaka Pura Mangkunegaran yang hanya dibawakan untuk acara-acara tertentu, misalnya pada momentum kenaikan tahta Mangkunegara. Tarian yang dibawakan oleh tujuh penari wanita itu berdurasi sekitar 45 menit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Umum Jumenengan KGPAA Mangkunegoro X, Gusti Raden Ajeng (GRA) Ancillasura Marina Sudjiwo menjelaskan Tari Bedhaya Anglir Mendung menggambarkan tentang perjuangan KGPAA Mangkunegara I atau Raden Mas Said, bersama para pasukannya yang berperang melawan musuhnya. Mangkunegara I juga mendapat julukan Pangeran Samber Nyawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tari Bedhaya Anglir Mendung menceritakan tentang perjuangan RM Said bersama para pasukannya yang berperang melawan musuhnya, seperti mendung," kata Sura, sapaan akrab Ancillasura di Puro Mangkunegaran, Rabu, 1 Maret 2023.
Menjadi tarian pusaka yang sakral, Sura mengungkap, Tari Bedhaya Anglir Mendung ini ditampilkan pada acara tertentu yang penting seperti jumenengan KGPAA Mangkunegara. Untuk membawakan Tari Bedhaya Anglir Mendung ini terdapat beberapa ketentuan di antaranya penari yang membawakan tarian ini harus wanita yang belum menikah.
Sebelum Tari Bedhaya Anglir Mendung ini ditampilkan ada sejumlah persiapan fisik hingga batin yang dilaksanakan oleh pihak Pura Mangkunegaran dan para penari. Persiapan batin dilakukan dengan meditasi, berdoa, dan berpuasa. Penari juga menjalani sengkeran atau pingitan
"Persiapan batin, meditasi, puasa. Sengkeran ada biasanya kalau di sini dengan zaman sengkeran sehari sebelumnya, tapi bisa 3 hari sebelum, lokasi rahasia tetap di Pura Mangkunegaran," tuturnya.
Persiapan lain di antaranya berziarah ke makam leluhur, khususnya ke makam para Mangkunegara. "Ada tradisi nyekar ke eyang (para Mangkunegara) yang diikuti penari dan pengurus, lalu mulai itu juga persiapan selain fisik juga batin persiapan sampai hari pelaksanaan acara," kata Sura.
Secara khusus pula, lanjut Sura, ditampilkannya Tari Bedhaya Anglir Mendung ini diiringi dengan gamelan Kyai Kenyut Mesem dan gending Ladrang Wirangrong Pelog Nem, Ketawang Puspawarna Slendro Manyura, Ladrang Tebu Sauyun Laras Pelog Barang, Ladrang Sekar Gandhung, Ketawang Lebdosari Laras Slendro Manyura, Ladrang Pangkur, Ketawang Sita Mardawa Laras Pelog Pathet Barang dan Ayak Kaloran Slendro Manyura.
Pilihan Editor: Komplain ke Sri Mulyani, Pegawai Pajak Ini Pertanyakan Aduannya Soal 2 Perusahaan Bodong Tak Lekas Ditindaklanjuti
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.