MASIH ingat Eddy Sampak? Nama Sersan Mayor AD dari Kodim Cianjur
itu menjadi buah bibir setelah merampok Rp 21 juta lebih,
menghabisi lima nyawa dengan senjata Karl Gustaf, dan membakar
mobil yang ditumpangi. Itu terjadi 20 Agustus 1979. Eddy,
ditemani Odjeng, kemudian lari masuk hutan. Ia pun diburu. Dan
sebelum sempat menikmati hasil rampokan, ia tertangkap seminggu
kemudian. Mahkamah Militer Priangan Bogor yang mengadilinya
memvonis mati pada Juni 1981.
Agustus kemarin, sehari setelah HUT Proklamasi Kemerdekaan RI
ke-38, dia diberitahu bahwa Mahkamah Agung menjatuhkan hukuman
mati baginya. Keputusan itu memperkuat putusan yang dijatuhkan
Mahkamah Militer Tinggi tahun sebelumnya. Kini hanya tinggal
satu jalan bagi Eddy, 44 tahun, untuk mendapat keringanan
hukuman: meminta grasi kepada Presiden.
Tapi bagi Eddy, soal hidup mati tampaknya tak penting betul.
Paling tidak, itulah yang dikesankannya tempo hari, sesaat
setelah mendengar vonis di Mahkamah Militer Priangan Bogor.
"Hidup mati di tangan Tuhan. Hanya caranya yang berbeda-beda,"
katanya ketlka itu. Dan ia, sedikit banyak bersyukur, karena
selama ditahan, begitu pengakuannya, ia cepat sekali menghafal
ayat-ayat Al Quran.
Bekas sersan mayor itu, tampaknya sudah puas, karena dendamnya
telah kesampaian: membunuh Sersan Mayor Sutardjat, yang diangkat
sebagai pejabat Kepala Desa Nagrak. Padahal jabatan tersebut
begitu diimpikannya, sampai ketika pemilihan lurah, ia berkorban
sampai Rp 3 juta lebih. Toh ia tetap tak terpilih, meskipun maju
sebagai calon tunggal. Konditenya memang jelek. Masyarakat,
misalnva, tahu betul bahwa sersan yang satu itu suka
ugal-ugalan.
Sebagai militer, Eddy sebenarnya cukup berbakat. Dia punya
lencana sebagai prajurit teladan, dinilai berjasa dalam ikut
menumpas G30S/PKI dan gerombolan DI/TII, serta punya Satya
Lencana 8 tahun. Sayang, semua penghargaan itu beserta tanda
pangkatnya, terpaksa ditanggalkan -- berdasar keputusan hakim.
Selain meminta grasi kepada Presiden, upaya lain yang bisa
meringankan hukuman, sudah tentu: memohon ampun kepada Tuhan.
Moga-moga, masih ada pintu terbuka baginya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini