Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Wiraswasta dari kemala

Pendidikan kadin (kursus) untuk menciptakan wiraswasta menengah. gagasan kemala motik dengan sponsor PT National Gobel, PT Astra dan PT Matahari Departemen Store. (pdk)

3 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA hubungan soal mesin-mesin dan manajemen? "Jawab instruktur saya, manajemenlah yang menentukan apakah sebuah bengkel misalnya, berhasil apa tidak," tutur Hutagalung, lulusan SMA Teladan, Medan, Hutagalung, satu dari 85 peserta Pendidikan Kadin yang dibuka 20 Agustus yang lalu, tak sendirian. Banyak teman-temannya juga kaget menerima kurikulum pendidikan tersebut. Misalnya, Dedy, dari Bandung yang mempunyai kerja sambilan memasarkan barang-barang eletronik. Ia masuk pendidikan ini untuk "memperdalam elektronika, tahu-tahu dikasih pelajaran konsep niaga dan akuntansi," katanya. Itulah suasana Pendidikan Kadin yang disponsori oleh PT National Gobel, PT Astra International, dan PT Matahari Departemen Store. Gagasan Proyek Pendidikan Kadin ini datang dari ketua Kompartemen Pendidikan dan Latihan Kamar Dagang tersebut, Kemala Motik. Berbeda dengan kursus-kursus yang selama ini sering diadakan oleh berbagai perusahaan -- yang biasanya untuk melatih keterampilan peserta, proyek ini benar-benar dirancangkan untuk menciptakan "wiraswasta menengah". Pokoknya pendidikan ini untuk melahirkan "orang yang bisa menciptakan kerja, bukan pencari kerja," kata Jimmy Roswan, pimpinan Proyek Pendidikan ini. Maka begitu proyek ini diumumkan lewat TVRI, lewat berbagai organisasi (KNPI, Hipmi, antara lain), dan Departemen Tenaga Kerja, mendaftarlah sekitar 300 pelamar dari seluruh penjuru tanah air. Dan setelah lewat tes psikologi dan wawancara, 85 pelamar diterima. Mereka terbagi menjadi tiga kelompok. Ialah, kelompok bidang otomotif, bidang elektronika, dan bidang teknik penjualan (salesmanship). Seleksi memang ketat. Selain kurikulum yang disusun oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) dan Lembaga Pengembangan Manajemen UI berat dan padat, peserta pun diminta ikut memikul beban penyelenggaraan. Diperhitungkan untuk proyek empat bulan ini sebulannya tiap peserta membutuhkan Rp 300 ribu. Pihak Kadin dan sponsor hanya menyediakan Rp 250 ribu. Kekurangannya ditanggung peserta. Dan kurikulum? Dua bulan pertama pelajaran teori segala hal. Ada teori konsep pemasaran, taktik promosi, dan cara menata toko. Ditambah lagi dengan teori-teori manajemen seperti organisasi sebuah badan usaha, cara memimpin, cara merencanakan dan mengendalikan produksi. Juga ada teori administrasi dan keuangan. Setelah itu para peserta menjalani praktek di bidang masing-masing. O, ya, tentu, peserta diasramakan di Pusdiklat Yayasan Pendidikan Masgobel. Tapi teori yang seram-seram itu, jangan dikira akan diberikan seperti pelajaran di sekolah. "Banyak yang diberikan dalam bentuk semacam permainan," tuturJimmy Roswan. "Dan jangan lupa, ada pula ceramah kisah sukses para pengusahawan terkenal kita," tambahnya. Para pengusaha itu antara lain William Soeryadjaya, Ciputra, Probosutedjo, Kemala Motik, dan Gobel sendiri, serta Sulchan si pengekspor udang dari Semarang. Tenaga pengajar didatangkan dari LPPM, UI, dan Kadin. Para peserta, yang disyaratkan harus punya ijazah SMA, kebanyakan sudah pernah bekerja. Hutagalung, misalnya, telah bekerja mempromosikan bengkel milik temannya. Katanya, sebelum dia berpromosi bengkel itu tak laku. "Kini langganan lumayan banyak," ujar pemuda ini. Ia bercita-cita memiliki bengkel sendiri. Santoso, 23 tahun, karyawan Taman Impian Jaya Ancol, masuk ke proyek pendidikan ini agar bisa membuka bengkel sendiri. Ia rupanya mendapat izin dari Ancol. Bagaimana kalau pihak Ancol tetap menawari pekerjaan ? "Percuma, susah-susah empat bulan dan mengeluarkan Rp 200 ribu kalau hanya mau jadi kuli lagi," jawab pemuda kelahiran Solo ini. Pihak Kadin memang tak menjanjikan peserta akan ditampung bekerja di perusahaan yang menjadi sponsor pendidikan ini. "Kalau mereka mencari kerja, justru berarti pendidikan ini gagal," kata Kemala Motik, 39 tahun, yang pernah menjadi ketua Ikatan Wanita Pengusaha itu. Kadin cuma menjanjikan, bagi peserta yang lulus dengan baik akan diusahakan memperoleh kredit bank untuk membuka usaha. Optimistis, nampaknya. Dan yang paling gembira pada pembukaan proyek ini adalah Menteri Tenaga Kerja Sudomo. "Usaha melahirkan wiraswasta akan saya dukung," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus