SETELAH tiga hari, polisi dibantu masyarakat setempat
mengaduk-aduk hutan dan kebun karet, kawanan penjahat itu pun
ditemukan. Mereka berjumlah tiga orang, bersenjata golok. Dan
karenanya, tak begitu saja mau menyerah. Pengejaran dilakukan
dan akhirnya, dua pekan lalu, yang seorang terperangkap di
tebing Sungai Cidolog, Sukabumi. Buronan tadi hendak membacok
polisi. Maka tak ampun lagi, peluru dimuntahkan dan penjahat
itu, yang menurut polisi bernama Suman bin Donci.
Suman, 27 tahun, menurut Wakil Komandan Polisi Sukabumi, Mayor
Sutijo, tak asing lagi di kota itu. Ia residivis yang cukup
ditakuti masyarakat, karena pekerjaannya menodong dan
menjambret. Juli lalu, saat operasi menumpas kejahatan
berlangsung gencar, Suman dan beberapa penjahat lain mengungsi
ke hutan di kawasan Kecamatan Sagaranten dan Bojonglopang,
sekitar 60 km arah timur Sukabumi.
Mereka, apa boleh buat, terpaksa menempuh hidup seperti
gerombolan tahun 1950-an: bila kepepet mereka turun gunung atau
keluar hutan mendatangi rumah penduduk. Salah satu korbannya
ialah Akat, anggota hansip Desa Panumbahan, Kecamatan
Bojonglopang. Pada 22 Agustus lalu, ia terpaksa ke luar rumah
untuk membeli obat karena anaknya sakit. Tiba di hutan karet,
mendadak ia dicegat tiga orang bersenjata golok. Akat dikeroyok
sampai babak belur, dan uang Rp 2.500, sebuah arloji dan
sebungkus rokok disikat penjahat.
Akat masih beruntung dibanding tiga rekannya dari desa tetangga,
Cisagu, yang beberapa hari sebelumnya dibikin malu karena
pakaian seragam mereka dilucuti. Petugas hansip yang sedang
meronda itu tak bisa berbuat apa-apa karena tercekam oleh
kenekatan penjahat, yang rupanya butuh ganti baju.
Di beberapa tempat, para penjahat pelarian itu malahan berani
beraksi pada siang bolong. Korbannya para ibu yang hendak pergi
ke sawah mengantar makanan dan minuman. Dan memang, makanan
itulah -- nasi atau ketela rebus -- yang digasak penjahat, yang
rupanya sedang kelaparan. Peristiwa-peristiwa kecil model
begitu, menurut Komandan Polisi Bojonglopang, Capa Pandi Hamami,
cukup banyak yang tak dilaporkan penduduk.
Namun sesekali, penjahat yang kepepet dan mesti tinggal di hutan
itu menerobos masuk kampung. Seorang penduduk di Desa Jampang
Tengah, Segaranten, misalnya, belum lama ini kena rampok berupa
uang tunai dan emas sebanyak 65 gram. Dan Juli lalu, Tijah, 55
tahun, yang membuka kedai di Desa Tipar, tak luput pula jadi
korban. Kawanan penjahat menggasak Rp 80 ribu, 34 gram emas, dan
sebuah arloji. Juga belasan kain sarung, biskuit, mi, kopi, dan
ikan sardencis turut dibawa.
Kawanan penjahat sekarang sudah terdesak ke hutan
Gunungbentang," kata Capa Pandi. Meski begitu, sikap waspada
jelas tetap diperlukan sebab kelompok bandit yang lain, termasuk
anak buah Suman, pasti tak akan tinggal diam bila persediaan
mereka mulai menipis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini