Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Perampok ketela rebus

Karena terdesak operasi penumpasan kejahatan banyak penjahat sukabumi lari masuk hutan. perampok gaji kodim cianjur, sersan eddy sampak divonis mati oleh Mahkamah Agung. (krim)

3 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH tiga hari, polisi dibantu masyarakat setempat mengaduk-aduk hutan dan kebun karet, kawanan penjahat itu pun ditemukan. Mereka berjumlah tiga orang, bersenjata golok. Dan karenanya, tak begitu saja mau menyerah. Pengejaran dilakukan dan akhirnya, dua pekan lalu, yang seorang terperangkap di tebing Sungai Cidolog, Sukabumi. Buronan tadi hendak membacok polisi. Maka tak ampun lagi, peluru dimuntahkan dan penjahat itu, yang menurut polisi bernama Suman bin Donci. Suman, 27 tahun, menurut Wakil Komandan Polisi Sukabumi, Mayor Sutijo, tak asing lagi di kota itu. Ia residivis yang cukup ditakuti masyarakat, karena pekerjaannya menodong dan menjambret. Juli lalu, saat operasi menumpas kejahatan berlangsung gencar, Suman dan beberapa penjahat lain mengungsi ke hutan di kawasan Kecamatan Sagaranten dan Bojonglopang, sekitar 60 km arah timur Sukabumi. Mereka, apa boleh buat, terpaksa menempuh hidup seperti gerombolan tahun 1950-an: bila kepepet mereka turun gunung atau keluar hutan mendatangi rumah penduduk. Salah satu korbannya ialah Akat, anggota hansip Desa Panumbahan, Kecamatan Bojonglopang. Pada 22 Agustus lalu, ia terpaksa ke luar rumah untuk membeli obat karena anaknya sakit. Tiba di hutan karet, mendadak ia dicegat tiga orang bersenjata golok. Akat dikeroyok sampai babak belur, dan uang Rp 2.500, sebuah arloji dan sebungkus rokok disikat penjahat. Akat masih beruntung dibanding tiga rekannya dari desa tetangga, Cisagu, yang beberapa hari sebelumnya dibikin malu karena pakaian seragam mereka dilucuti. Petugas hansip yang sedang meronda itu tak bisa berbuat apa-apa karena tercekam oleh kenekatan penjahat, yang rupanya butuh ganti baju. Di beberapa tempat, para penjahat pelarian itu malahan berani beraksi pada siang bolong. Korbannya para ibu yang hendak pergi ke sawah mengantar makanan dan minuman. Dan memang, makanan itulah -- nasi atau ketela rebus -- yang digasak penjahat, yang rupanya sedang kelaparan. Peristiwa-peristiwa kecil model begitu, menurut Komandan Polisi Bojonglopang, Capa Pandi Hamami, cukup banyak yang tak dilaporkan penduduk. Namun sesekali, penjahat yang kepepet dan mesti tinggal di hutan itu menerobos masuk kampung. Seorang penduduk di Desa Jampang Tengah, Segaranten, misalnya, belum lama ini kena rampok berupa uang tunai dan emas sebanyak 65 gram. Dan Juli lalu, Tijah, 55 tahun, yang membuka kedai di Desa Tipar, tak luput pula jadi korban. Kawanan penjahat menggasak Rp 80 ribu, 34 gram emas, dan sebuah arloji. Juga belasan kain sarung, biskuit, mi, kopi, dan ikan sardencis turut dibawa. Kawanan penjahat sekarang sudah terdesak ke hutan Gunungbentang," kata Capa Pandi. Meski begitu, sikap waspada jelas tetap diperlukan sebab kelompok bandit yang lain, termasuk anak buah Suman, pasti tak akan tinggal diam bila persediaan mereka mulai menipis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus