Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Bugil menyambut 1984

Beredar kalender porno, dengan foto model cewek pribumi, diantaranya artis penyanyi dari bandung. ada 6 cewek yang dijadikan model. (krim)

3 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENYONGSONG tahun 1984, yang sudah di ambang pintu, beredar barang baru di pasar gelap: kalender dengan foto bugil cewek pribumi. Semula, hal itu hanya berupa kabar burung, yang membuat polisi Jakarta penasaran. Setelah menyelusup kian kemari, seorang petugas reserse akhirnya berhasil mendapatkan sebuah kalender yang dimaksud. Ia memperolehnya dari seorang penjual kalender di dekat restoran di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Pelacakan dilanjutkan dan, dua pekan lalu, tiga juru potret dan seorang grosir kalender ditangkap. Dari situ diketahui, paling tidak ada enam cewek yang dijadikan foto model. Satu di antaranya Yance Kurnia, bukan nama sebenarnya, seorang artis penyanyi berusia 19 tahun dari Bandung yang sudah merekam sebuah kaset. Yang seorang lagi Sarce, juga bukan nama sebenarnya, 31, yang berdarah Rusia. Wanita bertampang indo berbadan mollig ini kabarnya seorang lesbian yang suka mangkal di bilangan Tebet, dan tercatat sebagai mahasiswi di sebuah akademi sekretaris. Yang termuda adalah Ani, 18, pelajar sebuah SMA swasta di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Adapun tiga cewek lainnya, yaitu Susi, Ina, dan eri, yang berusia 30-an, menurut sumber di kepolisian, tak lain pelacur kelas menengah yang sering operasi di Taman Impian Jaya Ancol. "Ketiganya anak buah A. Giok, germo yang cukup beken di taman impian itu," kata sumber tadi. Kepada polisi, keenam cewek itu mengaku kena kibul ketika foto diambil -setiap orang 12 kali- menurut pengakuan mereka, si boss yang kini belum diketahui jelas identitasnya menyodorkan surat perjanjian. Di situ disebutkan, kalender hanya akan beredar di luar negeri. Ternyata, janji itu tak bisa dipegang. Di beberapa tempat di Jakarta, kalender itu bisa didapat dengan harga di bawah Rp 10 ribu. Namun, setelah ada ribut-ribut, barang gelap tadi semakin menggelap dan harganya melonjak sampai lima kali lipat. Cewek-cewek di atas hanya mengaku mendapat honor sekitar Rp 200 ribu. Usaha itu rampaknya memang masih coba-coba. "Mereka hanya mau sok-sokan saja dan pengedarnya cuma mau cari uang. Belum kelihatan ada motif lain," kata Kadapol Metro Jakarta, Mayor Jenderal Sudioko.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus