MENYONGSONG tahun 1984, yang sudah di ambang pintu, beredar
barang baru di pasar gelap: kalender dengan foto bugil cewek
pribumi. Semula, hal itu hanya berupa kabar burung, yang membuat
polisi Jakarta penasaran. Setelah menyelusup kian kemari,
seorang petugas reserse akhirnya berhasil mendapatkan sebuah
kalender yang dimaksud. Ia memperolehnya dari seorang penjual
kalender di dekat restoran di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Pelacakan dilanjutkan dan, dua pekan lalu, tiga juru potret dan
seorang grosir kalender ditangkap. Dari situ diketahui, paling
tidak ada enam cewek yang dijadikan foto model. Satu di
antaranya Yance Kurnia, bukan nama sebenarnya, seorang artis
penyanyi berusia 19 tahun dari Bandung yang sudah merekam sebuah
kaset. Yang seorang lagi Sarce, juga bukan nama sebenarnya, 31,
yang berdarah Rusia. Wanita bertampang indo berbadan mollig ini
kabarnya seorang lesbian yang suka mangkal di bilangan Tebet,
dan tercatat sebagai mahasiswi di sebuah akademi sekretaris.
Yang termuda adalah Ani, 18, pelajar sebuah SMA swasta di
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Adapun tiga cewek lainnya,
yaitu Susi, Ina, dan eri, yang berusia 30-an, menurut sumber di
kepolisian, tak lain pelacur kelas menengah yang sering operasi
di Taman Impian Jaya Ancol. "Ketiganya anak buah A. Giok, germo
yang cukup beken di taman impian itu," kata sumber tadi.
Kepada polisi, keenam cewek itu mengaku kena kibul ketika foto
diambil -setiap orang 12 kali- menurut pengakuan mereka, si boss
yang kini belum diketahui jelas identitasnya menyodorkan surat
perjanjian. Di situ disebutkan, kalender hanya akan beredar di
luar negeri. Ternyata, janji itu tak bisa dipegang. Di beberapa
tempat di Jakarta, kalender itu bisa didapat dengan harga di
bawah Rp 10 ribu. Namun, setelah ada ribut-ribut, barang gelap
tadi semakin menggelap dan harganya melonjak sampai lima kali
lipat.
Cewek-cewek di atas hanya mengaku mendapat honor sekitar Rp 200
ribu. Usaha itu rampaknya memang masih coba-coba. "Mereka hanya
mau sok-sokan saja dan pengedarnya cuma mau cari uang. Belum
kelihatan ada motif lain," kata Kadapol Metro Jakarta, Mayor
Jenderal Sudioko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini