Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jayapura - Komandan Kodim 1715/Yahukimo Letkol Inf Tommy Yudistyo membantah pendulang emas yang menjadi korban pembunuhan KKB di Kali Silet perbatasan Kabupaten Yahukimo dengan Kabupaten Asmat merupakan anggota TNI. "Korban dipastikan bukan anggota TNI sehingga apa yang dinyatakan KKB adalah berita hoaks, bohong, atau tidak benar," kata Dandim Yahukimo Letkol Inf Tommy Yudistyo dikutip dari Antara di Yahukimo, Rabu, 9 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tommy mengatakan KKB sengaja menyebar informasi dengan menyatakan bahwa korban adalah anggota TNI. Padahal korban merupakan warga sipil yang mendulang emas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Tommy, hingga saat ini belum dapat dipastikan berapa banyak warga sipil yang bekerja sebagai pendulang emas dan menjadi korban keganasan KKB karena lokasinya yang jauh dan berada di perbatasan. Untuk mencapai lokasi tersebut, kata Tommy Yudistyo, kalau dari Dekai, ibukota Kabupaten Yahukimo, harus menggunakan helikopter. Sedangkan dari Kabupaten Asmat, dapat menggunakan perahu motor dengan menyusuri sungai.
Pelaku penyerangan dan pembunuhan terhadap pendulang diduga dilakukan KKB Yahukimo yang dipimpin Elkius Kobak, Minggu, 6 April 2025
Sebelumnya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menyatakan siap berperang terhadap prajurit militer Indonesia. Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan pihaknya siap berperang bila pemerintah tidak segera mengakui hak kedaulatan Papua.
"Kami siap melakukan perang sampai dunia kiamat, jika negara Indonesia tidak mengakui hak kedaulatan orang Papua dan disampaikan kepada pejabat-pejabat orang Papua untuk hentikan aktivitasnya sebagai agen pembunuhan bagi orang Papua," kata Sebby dalam keterangan tertulisnya pada Selasa, 8 April 2025.
Sebby mengatakan selama ini pihaknya telah mengetahui pergerakan intelijen militer Indonesia yang masuk ke wilayahnya. Dia mengimbau agar masyarakat Indonesia yang datang di wilayah itu untuk keluar dari Papua.
"TPNPB di 36 Kodap setanah Papua telah mengetahui gerak gerik agen intelejen militer Indonesia yang memasuki wilayah konflik bersenjata. Maka warga imigran Indonesia diminta untuk keluar dari wilayah perang," ucap Sebby
Pilihan Editor: Prajurit TNI Dua Kali Rudapaksa Jurnalis Juwita Sebelum Membunuh