Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Di Sepanjang Jalan Itu

Seorang prajurit (Koptu Jaenuddin Noor) yang menumpang bis "Kramat Jati" terlempar dari bis & meninggal dunia, diduga ada perampokan di dalam bis itu. Para eks penumpang bungkam.

12 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI dalam bis Kramat Jati No. D 453 BY Tegal-Jakarta yang sedang melaju cepat, tiba-tiba terlempar sebuah tubuh berseragam hijau. Tapi bis itu tetap melaju, menembus terik siang di jalan by pass, di Desa Kiajaran Kulon, 60 km dari Plumbon, Kab. Cirebon. Kepala Desa Kiajaran beberapa saat kemudian menemukan tubuh yang terlempar itu dalam keadaan memar dengan mulut mengeluarkan darah. Ada luka pada alis mata dan bibir bagian bawah. Korban langsung dilarikan ke RS Kab. Indramayu, sejauh 20 km dari tempat kejadian. Tapi, Koptu Jaenudin Noor, 35 tahun, dari kesatuan Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) asrama Plumbon tak tertolong. Ia meninggal keesokan harinya, 20 Agustus 1981. Niatnya untuk mengunjungi istri dan tiga anaknya di Desa Kandanghaur, Indramayu, tak kesampaian. Apakah Jaenudin korban perampokan? Ceritanya masih bersimpangsiur. Antara menyebut bis itu dirampok. Dan Koptu Jaenudin yang berusaha mencegah adanya perampokan itu, dihaj,ar perampok lalu dilemparkan ke luar. Membantah Berapa jumlah perampok dan berapa kerugian belum jelas, karena para penumpang bis hingga kini tak ada yang melapor. Begitu pula baik sopir Aam, maupun kenek sedang diperiksa POMDAM Cirebon, sementara kondekturnya dikatakan melarikan diri. Pihak POMDAM belum bersedia mengungkapkan hasil pemeriksaan terhadap kedua awak bis itu. Tapi Kepala sagian Operasi perusahaan bis Kramat Jati di Jakarta, Soedardjo, membantah peristiwa 19 Agustus itu sebagai perampokan. "Bukan perampokan, tapi kecelakaan biasa," kata Soedardjo. Dia mengisahkan, waktu itu Koptu Jaenudin berdiri di pintu belakang. Karena penumpang penuh, bis melaju cepat, awak bis tak mengetahui kalau ada penumpang yang jatuh. Baru diketahui setelah ada mobil lain yang mengejarnya dan memberitahu ada penumpangnya yang jatuh. Karena ketakutan, bis dilangsungkan ke Jakarta. Sampai di Jakarta sopir tak melaporkan kejadian ini. Hanya kenek yang melapor pada Soedardjo bahwa ada penumpang yang jatuh dan mati. Sebagai perusahaan yang memiliki armada sekitar 100 bis, pimpinan perusahaan yang berpusat di Bandung itu, langsung menyampaikan uang duka kepada keluarga korban. Pihak keluarga almarhum, menurut Soedardjo, telah merelakan kematian Jaenudin. Tapi ternyata peristiwa itu berbuntut. Kawan-kawan korban dari asrama Arhanud, Plumbon mencurigai kematian Jaenudin. "Mereka menakut-nakuti awak bis maupun penumpang Kramat Jari," kata Soedardjo, 47 tahun. Bahkan beherapa sopir, kondektur dan kenek perusahaan bis itu, katanya, dipukuli oknum-oknum Arhanud Plumbon. Akibatnya, 26 bis Kramat Jati yang biasa mengambil rute Jakarta-Cirebon-Tegal-Semarang hingga minggu lalu tak dioperasikan. "Sopir, kondektur dan kenek tak ada yang berani menjalani rute itu " kata Soedardjo pula. Benteng Jaya Menurut sumber TEMPO di Pulogadung, para penumpang bis Kramat Jati memang dikenal sering menjadi sasaran operasi para pencopet. Karena kata sumber itu, para pencopet mendendam salah seorang petugas perusahaan itu yang dikatakan telah melupakan teman-temannya yang pernah bersama-sama melakukan berbagai kejahatan di Jakarta dan tempat-tempat lainnya. Sementara kasus 'pembajakan' ini belum selesai, tiga hari setelah peristiwa Kramat Jati, bis Benteng Jaya B 7211 TN digerayangi penjahat. Kejadiannya malam hari di luar Kota Tegal, menuju Solo. Begitu lampu di dalam bis dimatikan, para penjahat mulai menggerayangi saku penumpang, tas dan kopor. Kemudian diketahui, uang milik tiga penumpang sebesar setengah juta rupiah lebih lenyap. Dari pelacakan, polisi kemudian berhasil menangkap tujuh orang yang diduga sebagian dari para penjahat itu. Dari mereka disita sejumlah uang rupiah dan 33 ribu yen, dua pisau belati, dan pisau silet. Juga dua bundel karcis bis Kramat Jati. sarang bukti terakhir ini mengingatkan peristiwa Kramat Jati. "Dugaan saya cukup kuat, mereka adalah pelakunya," kata Danres 932 Indramayu, Letkol. Pol. A. Wachid yang menangani para tersangka itu. Namun, karena mereka tetap menyangkal tuduhan, pihak kepolisian mengharapkan ada penumpang dengan sukarela menjadi saksi ketika terjadi kedua peristiwa tadi. Pangkopkamtib Sudomo, dikabarkan telah mengirim petugas-petugas khusus untuk turut mengusut kedua kejadian itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus