DEMONSTRASI kecil itu dilakukar 30 orang wanita, termasuk
beberapa orang gadis. Sasaran mereka Kantor Kecamatan Sei
Bingei, Kabupaten Langkat, Sum-Ut. Dengan tuntutan: agar yang
berwajib menangkap seorang yang disebut mereka tukang perkosa
dan pencuri. Orang itu bernama Yunan Sembiring.
Aksi 26 Agustus itu, adalah puncak keresahan penduduk desa-desa
di kecamatan itu. Sebab sejak tiga bulan terakhir ini, tidak
seorang pun penduduk, terutama wanita, berani keluar malam.
Bahkan di siang hari pun, wanita desa-desa di situ tidak berani
lagi pergi ke ladang, kalau tidak ditemani lelaki atau suami
mereka.
Seorang penduduk Desa Tanjung Bingei, Barian membenarkan, sudah
2 bulan terakhir ini, ia terpaksa selalu menemani istrinya ke
ladang. Ketakutan yang sama juga dialami penduduk desa lainnya,
Nguh beru Karo-Karo. Ibu seorang anak ini, tidak berani lagi
menggembalakan delapan ekor kambingnya lebih dari 50 meter dari
rumahnya. "Takut pada Unan (nama panggilan Yunan yang dikenal
penduduk)," ujar Nguh beru Karo-Karo.
Malu
Keresahan penduduk itu bukan tidak beralasan. Pada 6 Maret 1981,
seorang gadis kecil, Sejuk beru Ginting, 12 tahun, mengadu ke
polisi Sei Bingei, ia nyaris diperkosa Yunan. Ketika itu Sejuk
sedang main "alip-alipan" bersama teman-teman sebayanya. Pada
saat Sejuk bersembunyi sendirian, tiba-tiba seseorang dengan
cengkeraman kuat menyumpal mulut Sejuk, dan menarik gadis kecil
itu ke semak-semak." Bajunya sempat dibuka, tapi untung tangan
Yunan yang menyumpal mulut anak saya terlepas sehingga Sejuk
bisa berteriak dan Yunan lari," tutur ibu Sejuk kepada TEMPO
pekan lalu.
Cerita yang sama juga dialami seorang gadis kecil lainnya, Mela,
14 tahun. Yunan mendatangi Mela ketika gadis itu sendirian di
rumahnya. Perkosaan nyaris terjadi, kalau saja Mela tidak sempat
berteriak.
Tetapi bukan tidak sering pula Yunan berhasil menggagahi
korbannya. Redup (bukan nama sebenarnya), 24 tahun, Juli yang
lalu terpaksa menyerahkan kehormatannya setelah kalah mengadakan
perlawanan terhadap Yunan. Jadi perkosa oleh Yunan di ladangnya,
sementara bayinya yang baru berumur beberapa bulan
menangis-nangis sendiri di pondoknya. Setelah puas, Yunan
meninggalkan korbannya yang tersedu-sedu, disertai ancaman:
jangan beritahukan kepada siapa pun.
Ternyata Yunan belum puas. Ia masih terus mencari kesempatan
mengulangi perbuatannya dengan Redup yang sebetulnya masih ada
hubungan famili dengan Yunan. Tetapi keluarga itu tidak berani
melaporkan. "Kami akan dibunuh semua kalau membeberkan
perbuatan-perbuatannya," ujar Simson (bukan nama sebenarnya,
ayah Redup. Jalan yang dipilih keluarga itu, mengungsi ke
Namutakur, 2 kilometer dari desa mereka, Tanjung Bingei.
Risikonya, sawah dan ladang mereka tidak terurus.
Sikap keluarga Redup, dan juga korban-korban lain yang tak
berani melapor, agak menyulitkan pihak berwajib. Selain karena
diancam Yunan, mereka malu kalau mengakui sudah diperkosa,
seperti dituturkan seorang tua Sekat Singarimbun, 57 tahun
penduduk Namuukur, Ibukota Kecamatan Sei Binei. Sekat yang
mengaku sudah sembilan kali berkelahi dengan Yunan, memastikan,
"sekurangnya sudah sepuluh orang wanita yang digagahi Yunan,
ditambah dua gadis tanggung hampir diperkosanya."
Menurut Danres Langkat, Letkol. Pol. Wahyu Purnomo, baru ada dua
pengaduan yang masuk ke polisi mengenai Yunan. Pertama pada
1978, karena Yunan mencuri ayam. Untuk itu Yunan sudah divonis 3
bulan penjara. Pengaduan kedua dari Sejuk beru Ginting yang
hampir diperkosa Yunan Maret lalu.
Namun karena keresahan sudah tercetus melalui demonstrasi kecil
30 wanita ke kantor kecamatan tadi, Danres Pangkat, Wahyu
Purnomo membentuk tim khusus untuk melacak Yunan. Koramil
setempat juga sejak dua minggu terakhir ini ikut mencari Yunan.
Kesulitan utama adalah, karena tidak seorang pun menyimpan foto
diri Yunan.
Yunan diidentifikasi polisi sebagai lelaki berusia 29 tahun,
berkulit kuning langsat dengan tinggi sekitar 160 cm.
Keadaan alam di sekeliling kampung tempat tinggal Yunan di
Tanjung lingei, tambah mempersulit menemukannya.
Di kampung yang masih terdiri dari rumah-rumah panggung banyak
berkeliaran anjing dan babi. Kalau ada orang asing masuk
kampung, anjing pun menyalak memberi kesempatan Yunan lari,"
ujar Capa (Pol.) R. Ginting, Dansel ei Bingei.
Agar Terpancing
Usaha polisi untuk memepetkan Yunan adalah dengan melarang
penduduk memberi kerja kepada istri Yunan, beru Cinting yang
sehari-hari menerima upah di ladang orang lain. Dengan begitu
polisi mengharap agar istri dan tiga anak Yunan kelaparan,
sehingga Yunan terpancing keluar dari persembunyiannya.
Beru Ginting membenarkan, sudah seminggu tidak bekerja. Tetapi
suaminya itu kata Beru Ginting, "tidak pernah peduli nasib
kami." Kalau pun Yunan pulang, "ia suka memukul saya dan
anak-anak, karena saya tidak bisa memberinya uang," tutur Beru
Ginting. Airmata meleleh di pipi wanita itu.
Ternyata Yunan Sembiring tidak sendirian. Di Bandung mengganas
pula Arman Pane, 28 tahun. Sekitar pukul 22.00 malam, 1
September lalu Arman bersama seorang temannya dengan sepeda
motor memasuki daerah Jalan Cikaso, Bandung. Melewati Jalan
Ciwaregu, Arman menjumpai seorang pemuda Agus, 18 tahun. Tanpa
bertanya Artnan membacok Agus hingga luka parah. Dengan golok
berlumuran darah, Arman menemui orang tua Agus. "Saya sudah
membacok anak ibu, sekarang di mana Tono?" kata Arman dengan
mantap. Tono adalah kakak Agus yang dicari Arman. Tentu saja
ibu itu kaget dan cepat-cepat mengelak.
Dari rumah Agus, Arman dan temannya mengejar pemuda-pemuda yang
dijumpainya di Jalan Cikaso. Ketika sampai di Jalan Mahdapi,
Arman mendekati sepasang remaja yang sedang duduk berpacaran.
Arman mengacungkan goloknya dan menguras isi kantung si pria
sebanyak Rp 11 ribu. Tidak hanya sampai di situ, Yatty, si gadis
bukan nama sebenarnya) ditarik Arman dan dibawanya kabur dengan
sepeda motornya. Tidak ada seorang pun yang berani menolong
Yatty, walau orang-orang sepanjang jalan mengetahui Arman
membawa lari Yatty.
Subuhnya, sekitar pukul 5.00 pagi Yatty pulang dengan wajah
loyo. Arman telah memperkosanya. Sebuah jam tangan dan cincin
berlian yang dipakainya ikut dilucuti laki-laki yang kalap itu.
Menurut pihak kepolisian Dantabes Bandung, perbuatan Arman itu
diduga karena dendam atas kematian adiknya Iwa, 22 tahun, 8
Agustus yang lalu. Iwa yang baru saja keluar dari penjara,
ditemukan tewas terkapar di Jalan Cihuni/Cikaso tanpa diketahui
pembunuhnya. Konon Arman bersumpah, akan membunuh
sekurang-kurangnya 10 orang pemuda Jalan Cikaso dan memperkosa
25 orang gadis yang tinggal di jalan itu. Sebelumnya Arman
dikenal penduduk daerah itu, sering keluar masuk penjara dan
pernah pula memperkosa dua orang gadis.
Tentu saja, suasana di Jalan Cikaso menjadi tegang. Setelah
pukul 19.00 tidak seorang pun pemuda-pemuda di daerah itu berani
keluar rumah. Lebih-lebih wanita. "Kami benar-benar resah," ujar
seorang ibu yang punya tiga orang anak, seorang di antaranya
gadis--meskipun belum sampai terjadi demonstrasi seperti di
Langkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini