Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tampak masih basah dengan gundukan tanah merah, di atasnya bertabur kembang tujuh rupa, di sisi bagian depan tertancap sebuah nisan kayu warna cokelat yang dituliskan nama Indra Zulkarnain (42 tahun), anggota Forum Betawi Rempug (FBR). Sebuah makam baru itu dibuat di tepian dekat tembok dalam area Tempat Pemakaman Umum Tugu Cimanggis, Kota Depok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Endang Dwi Wahyuni (48 tahun) sebagai kakak kedua Indra mengatakan, makam itu baru dibuat sekitar pukul 09.00 pada Jumat, 9 Februari 2024. Keluarga langsung memakamkan Indra setelah jenazah tiba dari Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, pada pukul 02.00 dini hari. “Sebenarnya udah berapa hari yang lalu meninggal, baru ketahuan kemarin itu,” kata Endang, pada Jumat, 9 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO mengunjungi rumah Indra yang berada di wilayah Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok pada Jumat sore. Hunian tersebut berada di perumahan padat penduduk dengan akses jalan yang sempit dan berliku melewati gang.
Halaman sekitar rumah Indra dipasangi terpal warna biru dan merah, ada pula kursi plastik warna merah dan hijau, serta tiga kursi kayu yang posisinya berantakan. Rupanya para pelayat baru saja meninggalkan lokasi usai pemakaman.
Cerita soal Indra pun dimulai di ruang tamu rumahnya. Selain Endang yang ditemui, ada ayah Indra bernama Mahfudin Effendi, serta istri Indra bernama Dita Ayu Saputri (41 tahun). Wajah mereka masih tampak sedih, nada bicara selama percakapan pun rendah.
Indra Zulkarnain ditemukan tewas dengan posisi tubuh tergeletak di atas kasur warna biru yang berada di dalam indekos nomor 12 lantai 2 Azizan Inn Depok, Jalan Masjid Jami Al Istiqomah Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok. Tubuhnya masih mengenakan kemeja dan celana panjang, serta sepatu merek Nike kombinasi warna putih dan biru tua.
Jenazah Indra ditemukan sekira pukul 13.00 pada Kamis, 8 Februari 2024. Kondisi tubuhnya sudah membengkak dan tercium bau busuk, wajahnya tertutup bantal warna merah, serta ada bercak darah di bagian kepala hingga ke perut yang mengenai kemeja dan celana.
Penemuan itu disaksikan tetangga kamar kos yang awalnya sudah mencium bau busuk sejak Selasa, 6 Februari 2024. Ketika ditelusuri asal bau, ternyata ada satu mayat laki-laki yang tergeletak.
Endang Dwi Wahyuni tidak menyangka penemuan adiknya di dalam kamar kos, sebelum pergi dari rumah pun Indra hanya mengatakan ingin ke wilayah Jalan Pekapuran, Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota Depok. “Kita gak ada yang kenal sama yang kos di situ,” ucapnya.
Dia menjelaskan bahwa adiknya pergi dari rumah menunggangi sepeda motor Yamaha V-Ixion warna silver pada Minggu, 4 Februari 2024. Pakaian yang dikenakan saat penemuan dengan saat berangkat dari rumah pun tidak berbeda.
Sebelum Indra berangkat, Endang tidak merasa ada suatu kejanggalan dari adiknya tersebut. Bahkan masih tampak bercanda dengan sang istri, Dita, beserta dua anaknya yang berusia 18 tahun (laki-laki) dan 15 tahun (perempuan).
Hari pun berganti, saat Senin hingga Kamis, telepon Indra tidak pernah diangkat. Status pemanggilan lewat telepon hanya ‘memanggil’, bukan ‘berdering’. “Tidak pernah bisa dihubungi sampai ketemu sama warga,” tuturnya.
Indra diketahui sebagai anggota organisasi massa Forum Betawi Rempug (FBR). Pekerjaannya serabutan dan sering pergi keluar, pernah beberapa hari tidak pulang pada hari yang sama.
Endang menuturkan, Indra merupakan anak ketiga dari empat saudara. Adiknya adalah seorang polisi golongan bintara yang bertugas di Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Depok.
Informasi penemuan Indra di Tempat Kejadian Perkara (TKP) pun dilaporkan oleh warga sekitar ke Polres Metro Depok. “Jadi dari adiknya Pak Indra sendiri memberi tahu,” tuturnya.
Menurut Endang, Indra memang terbiasa pergi dua atau tiga hari, pihak keluarga pun memahami aktivitasnya. Walau begitu, komunikasi dengan keluarga masih terjalin, jika dibutuhkan pun segera langsung pulang ke rumah.
Kecemasan keluarga mulai timbul pada hari Senin, 5 Februari 2024, karena Indra sama sekali tidak bisa dihubungi. Bahkan rekan sesama anggota FBR yang menghubungi Indra, nihil ada jawaban.
Keluarga hanya menghubungi orang-orang yang sekiranya tahu keberadaan Indra. Nihil juga, tidak ada yang tahu keberadaan ayah dua anak tersebut.
“Kita juga bingung mau hubungi ke mana, gak punya kontak teman-temannya yang ada di mana-mana,” ujar Endang.
Dia mendapatkan informasi bahwa pada Minggu, 4 Februari lalu, masih ada teman yang melihat Indra di sekitar Jalan Raya Jakarta-Bogor, tidak jauh dari tempat tinggal. Tapi tidak diketahui lagi ke mana laki-laki itu pergi.
Sebelum berpisah dengan suaminya pada Minggu, 4 Februari 2024, Dita Ayu tidak diceritakan soal masalah atau perselisihan yang sedang dihadapi sang suami. Pribadi Indra dikenal dengan sosok yang humoris di lingkungan keluarga, namun tertutup soal cerita kesehariannya saat di luar.
Ketika pulang ke rumah, kata Dita, tidak pernah ada masalah dari luar yang dibicarakan bersama keluarga. Iklim rumah tangga yang dibangun oleh Indra selama ini harmonis hingga menjelang akhir hayat.
Sebelum pergi hari itu, Indra juga masih sempat bercanda dengan anak-anak. “Mau pergi aja tuh rebutan kaos kaki sama anaknya yang perempuan,” ucap Dita.
Endang menduga kematian adiknya itu akibat dibunuh. Dia mendapatkan informasi bahwa ada luka tusuk pada bagian leher Indra.
Meskipun sudah tiada, Endang mengatakan keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Indra. Tapi masih terheran dengan tindakan pelaku yang berani merenggut nyawa seseorang seperti itu.
Sekaligus juga dalam benak berharap agar terduga pelaku bisa ditangkap. “Kita masih penasaran, kenapa bisa begitu?” kata Endang.
Bekas Komandan Koordinator Lapangan FBR Wilayah Cimanggis Muhammad Nur alias Jek Nur juga mengenal sosok Indra Zulkarnain sebagai sosok yang tidak pernah membuat masalah. Dia mengenal Indra cukup baik hingga dewasa, rasa hormat tidak terlewat ketika bertemu dengan senior di FBR.
Jek Nur mengatakan Indra terdaftar sebagai anggota FBR sekitar 4 tahun lalu. Setiap anggota pun diberikan kartu tanda anggota sebagai identitas.
Dia mengatakan, awalnya pada Senin itu, Indra tidak serta merta diartikan menghilang. Aktivitas Indra beberapa waktu sebelumnya pun juga pernah keluar rumah dalam waktu beberapa hari, tapi masih memberi kabar kepada keluarga.
Jek Nur berharap agar kepolisian bisa menemukan terduga pelaku dalam kasus ini. "Saya yakin karena Polisi Republik Indonesia sudah jago sekarang kan,” kata Jek Nur saat ditemui di rumahnya di wilayah Cimanggis.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Depok Komisaris Polisi Suardi Jumaing mengatakan, penyidik masih menelusuri penyebab kematian Indra. Autopsi pun telah dilakukan di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati. "Setelah autopsi baru kita informasikan lebih lanjut mengenai penyebab kematian korban," kata Suardi, Jumat, 9 Februari 2024.
Pada saat penemuan jenazah, terdapat ponsel, amplop kosong, proposal dari FBR koordinator lapangan Pal Depok, uang tunai Rp 290 ribu, kartu keanggotaan FBR, KTP, dan bukti pembayaran kos. Polisi pun memeriksa tetangga dan pemilik kos untuk mengetahui aktivitas korban sebelum tewas.
Kapolres Metro Depok Komisaris Besar Polisi Arya Perdana tidak merinci soal luka-luka yang didapat korban. Dia memilih menunggu bukti berdasarkan hasil visum et repertum korban.
Tetapi usia kematian korban diperkirakan lima hari sebelum ditemukan. “Kami belum bisa bilang, kan hasilnya (autopsi) belum keluar," ucap Arya.
M. FAIZ ZAKI | RICKY JULIANSYAH
Pilihan Editor: Pria Ditemukan Tewas di Kos-kosan Depok Diduga Korban Pembunuhan