Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puluhan orang berkumpul di aula gedung Artha Graha di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta, Kamis malam pekan lalu. Dipimpin pemilik grup usaha itu, Tomy Winata, mereka menggelar doa untuk Wisnu Tjandra, yang sudah dua pekan menghilang tak jelas rimbanya.
Keluarga Wisnu, yang diwakili kakak tertuanya, Anastasia Sintowati, juga hadir dalam acara itu. "Kami berdoa agar Pak Wisnu ditemukan dan beliau baik-baik saja," ujar Ketua Harian Artha Graha Peduli, Indra Budiarjo, kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Cerita hilangnya Wisnu Tjandra bermula pada Ahad, 11 Mei lalu. Direktur Jakarta International Hotel and Development (JIHD) itu tiba-tiba tak bisa dihubungi. Anastasia mengatakan baru mengetahui Wisnu hilang dua hari setelah sang adik tak bisa dihubungi kawan-kawannya. Selasa sore dua pekan lalu itu, pihak Artha Graha menghubungi Anastasia dan meminta dia datang ke gedung Artha Graha. "Di sana saya baru diceritakan kronologi kejadiannya," kata Anastasia kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Anastasia menuturkan terakhir bertemu dengan adiknya pada Ahad sore itu. Waktu itu, Wisnu dan saudara-saudaranya mengadakan doa bersama di rumah orang tua mereka di Jalan Cipinang Asem, Jakarta Timur. Kala itu, Wisnu datang memakai mobil Land Rover hitam miliknya. Seusai acara keluarga, ia pamit hendak ke kantor. Keluarga tak mempertanyakan mengapa Wisnu tetap ke kantor pada hari libur lantaran itu sudah jadi hal biasa untuknya. "Bagi dia, semua hari itu hari kerja," ujar Anastasia.
Setelah mendapat kabar bahwa Wisnu sudah dua hari tak masuk kantor, keluarga langsung melapor ke Kepolisian Daerah Metro Jaya. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto membenarkan adanya laporan soal itu dari keluarga Wisnu dan Artha Graha.
Sampai kini polisi sudah memeriksa sembilan saksi: tiga orang dari pihak keluarga, lima rekan kerja, dan seorang sopir taksi yang terakhir mengantar Wisnu. Namun, hingga akhir pekan lalu, polisi belum bisa menyimpulkan apakah Wisnu raib karena diculik atau sengaja menghilangkan diri. Menurut sumber Tempo di kepolisian, beberapa penyelidik sudah disebar mencari Wisnu ke sejumlah tempat, antara lain di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Namun pencarian hingga Jumat pekan lalu masih nihil.
DI lingkaran bisnis Artha Graha, Wisnu Tjandra bukan sosok sembarangan. Lulusan Universitas Indonesia Jurusan Administrasi Niaga ini bergabung dengan Bank Artha Graha sejak 1989. Sempat berpindah ke Bank Ratu pada 1993, dia lalu kembali ke Artha Graha pada 1996. Karier Wisnu di bank yang dulu bernama Bank Propelat milik Komando Daerah Militer Siliwangi ini pun cukup moncer. Dia sempat menduduki beberapa jabatan direktur sebelum, sejak 2004, menjadi wakil direktur utama.
Sebagai pejabat Bank Artha Graha, nama Wisnu sempat disebut-sebut dalam kasus suap cek pelawat yang melibatkan mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom pada 2003. Waktu itu Miranda terpilih sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia setelah 26 anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat menerima suap berupa 480 lembar cek pelawat bernilai Rp 24 miliar.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menyatakan cek pelawat yang dikeluarkan Bank International Indonesia itu dipesan oleh Bank Artha Graha. Miranda juga mengaku kenal dengan Wisnu Tjandra. Namun saat itu Wisnu membantah tudingan pihaknya terlibat dalam rasuah ini.
Selama aktif di Grup Artha Graha, Wisnu juga dipercaya memegang sejumlah proyek prestisius. Di antaranya, dia didapuk menjadi pemimpin proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda. Selain itu, Wisnu menjadi pemimpin proyek gedung pencakar langit Signature Tower, proyek prestisius Grup Artha Graha yang rencananya terdiri atas 111 lantai. Namun, belakangan, proyek yang direncanakan dibangun di kawasan SCBD ini tersendat pelaksanaannya.
Sejak 2012, Wisnu menduduki posisi Direktur JIHD-anak usaha Artha Graha yang bergerak di bidang properti. Perusahaan ini tercatat sebagai pemilik Hotel Borobudur dan kawasan SCBD.
Moncer di karier, kehidupan pribadi Wisnu tak semenggah. Tiga kali ia gagal membina rumah tangga. Wisnu menikahi janda beranak tiga, Linda Harahap, pada 2006. Lalu, pada 2007, ia menikahi artis Peggy Melati Sukma. Menjadi kepala berita banyak media hiburan, pernikahannya dengan Peggy kandas pada 2011. Lepas dari Peggy, Wisnu dikabarkan kembali bersama Linda. "Tapi sama Linda juga sudah cerai," ujar seorang teman dekat Wisnu di Artha Graha.
Sang kakak, Anastasia, tak membantah kabar ini. Namun dia mengaku adiknya tak banyak bercerita perihal kehidupan pribadinya itu. "Dia tertutup soal itu," kata Anastasia.
Sehari-hari Wisnu tinggal sendiri di rumah pribadinya di kawasan Ancol, Jakarta Utara. Dia cenderung tertutup pada keluarga. Kabar hari-hari terakhir Wisnu sebelum menghilang masih simpang-siur. Sejumlah sumber di Grup Artha Graha menuturkan, sebelum Wisnu menghilang, Tomy Winata beberapa kali menghubungi Wisnu ke tiga nomor teleponnya-termasuk ke nomor khusus yang biasa mereka pakai berkomunikasi. Tapi sambungan telepon bosnya itu tak disahut Wisnu. "Aneh, padahal biasanya langsung diangkat," ujar sumber itu.
Tomy Winata, menurut seorang sumber Tempo, malam itu sempat mengerahkan anak buahnya untuk mencari Wisnu. Pencarian dilakukan ke rumah Wisnu di Ancol dan rumah keluarganya. Namun pihak keluarga pun mengaku tak bisa mengontak Wisnu.
Kamera pengamanan Artha Graha pun diperiksa. Perekam gambar itu sempat mendokumentasikan Wisnu saat berada di kantornya Ahad sore. Pria 51 tahun itu masuk gedung Artha Graha sekitar pukul 18.00 setelah memarkirkan mobil Toyota Camry B-1818-PAR di basement gedung. Memakai kaus polo hitam dan bercelana panjang krem, Wisnu membawa serta sebuah tas perjalanan berukuran sedang ke ruang kerjanya di lantai 12.
Sumber lain mengatakan malam itu Wisnu sempat menghubungi salah seorang rekan kerjanya. Dia meminta sang rekan mengirim alamat surat elektronik karena ia hendak mengirim sejumlah berkas. Namun surat elektronik itu tak juga terkirim. Wisnu justru meninggalkan komputer jinjing dan telepon seluler yang biasa digunakannya untuk bekerja di ruang kerjanya.
Kamera juga merekam Wisnu keluar pada sekitar pukul 19.00 dengan membawa tas yang sama. Hanya, ini yang menurut sang sumber terasa tak lazim, Wisnu tak keluar menggunakan kendaraannya. Dia justru menaiki sebuah mobil putih yang sudah menunggu di luar gedung. "Tidak jelas apakah mobil pribadi atau taksi karena CCTV terhalang pohon," ujar sumber itu.
Berdasarkan penelusuran polisi, dari gedung Artha Graha, Wisnu sempat menuju anjungan tunai mandiri di Menara Bank Central Asia, Jalan Jenderal Sudirman. Malam itu dia tercatat melakukan transaksi pembayaran kartu kredit miliknya dan seorang adiknya melalui ATM. Setelah itu, Wisnu menuju Hotel Mulia, Senayan.
Sumber Tempo di kepolisian mengatakan, di Mulia, Wisnu menghabiskan waktu cukup lama. Di sini ia terlihat bercengkerama dengan seorang warga negara asing sambil menenggak segelas Chivas Regal di CJ's Bar and Club. Lewat tengah malam, Wisnu meninggalkan Hotel Mulia dengan taksi Silver Bird.
Polisi belum memeriksa orang yang berbincang dengan Wisnu di Hotel Mulia malam itu, "Karena tidak terkait dengan hilangnya Wisnu," ujar juru bicara Polda Metro Jaya, Rikwanto. Adapun sang sopir taksi sudah diperiksa tim penyidik.
Kepada polisi, sopir taksi itu menyatakan, dari Mulia, Wisnu minta diantarkan ke Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Namun, belum sampai di sana, seseorang meneleponnya. Kepada sang sopir, Wisnu meminta taksi diarahkan ke pusat belanja Sarinah, Jakarta Pusat. Di sini Wisnu turun dan sejak itu jejaknya tak terlacak.
Tomy Winata menyatakan prihatin dengan raibnya Wisnu Tjandra. Polisi menyatakan sampai kini masih terus mencari Wisnu. Kepada Tempo, Tomy meminta lenyapnya Wisnu tak dibesar-besarkan. "Demi memudahkan pencarian Wisnu Tjandra, kami mohon agar pemberitaan jangan terlalu diekspos," ujar Tomy dalam pesan pendek yang dia kirim kepada Tempo, Senin pekan lalu.
Febriyan, Mustafa Silalahi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo