Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Oriental Circus Indonesia Mengklaim Anak-anak Pemain Sirkus Diambil dari Panti Asuhan

Tony Sumampau, anak dari pendiri Oriental Circus Indonesia, bercerita orang tuanya dahulu mengambil anak-anak pemain sirkus dari panti asuhan.

18 April 2025 | 17.20 WIB

Tony Sumampouw, pelatih satwa di Oriental Circus Indonesia (OCI) sekaligus komisaris Taman Safari Indonesia, berbicara kepada media tentang tuduhan eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap anak-anak pemain sirkus. Sejumlah media diundang untuk berdialog di bilangan Melawai, Jakarta Selatan, 17 April 2025. Tempo/Nabiila Azzahra A.
Perbesar
Tony Sumampouw, pelatih satwa di Oriental Circus Indonesia (OCI) sekaligus komisaris Taman Safari Indonesia, berbicara kepada media tentang tuduhan eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap anak-anak pemain sirkus. Sejumlah media diundang untuk berdialog di bilangan Melawai, Jakarta Selatan, 17 April 2025. Tempo/Nabiila Azzahra A.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Oriental Circus Indonesia (OCI) menjawab seputar tudingan penculikan yang diduga terjadi pada anak-anak pemain sirkus di tahun 1970-an. Tony Sumampau, anak dari pendiri OCI sekaligus pelatih satwa di sana, mengatakan semasa kecilnya ia hanya tahu orang tuanya membawa pulang anak-anak tersebut dari panti asuhan.

Ia mengatakan orang tuanya memang suka “menampung” anak-anak. “Waktu saya tanya, ‘Ini anak dari mana?’ katanya anak dari panti asuhan,” katanya kepada sejumlah awak media di bilangan Melawai, Jakarta Selatan, Kamis, 17 April 2025.
 
Pendiri Taman Safari Indonesia itu melanjutkan reka ulang percakapan dengan orang tuanya kala itu. “‘Panti asuhannya di mana?’, ‘Di daerah dekat Kalijodo’,” 
 
Saat itu, menurutnya, para anak yang dibawa pulang oleh orang tuanya dibesarkan hingga dinilai cukup usianya untuk dilatih di sirkus OCI. Perusahaan sirkus itu didirikan oleh Hadi Manansang, ayah Tony, pada 1967.
 
Tony mengatakan keluarga kandungnya beserta para pemain sirkus cilik di OCI sudah seperti keluarga besar. Menurut klaimnya, semua kebutuhan anak-anak pemain sirkus seperti pakaian, kebutuhan medis, dan uang saku, terjamin.
 
Awalnya pada 1970-an, Tony menghabiskan masa kecil bersama anak-anak pemain sirkus OCI, yang pada 2025 sudah berusia dewasa. Sekitar lima dekade kemudian, para pemain sirkus yang sudah dewasa kembali mengungkap adanya dugaan eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada mereka selama di OCI. 
 
Sebelumnya, mereka sempat membawa kasus ini ke Komnas HAM. Pada 1997, Komisi menyatakan OCI telah melakukan sejumlah pelanggaran HAM terhadap anak-anak pemain sirkus.
 
Pelanggaran yang disebutkan adalah terhadap hak anak untuk mengetahui asal-usul, identitas, dan hubungan kekeluargaan; hak anak untuk bebas dari eksploitasi yang bersifat ekonomis; hak anak untuk memperoleh pendidikan umum yang layak; serta hak anak untuk mendapatkan pelindungan keamanan dan jaminan sosial yang layak.
 
Isu ini kembali mencuat ketika sembilan perwakilan dari para korban menyambangi kantor Kementerian HAM di Jakarta Selatan pada Selasa, 15 April 2025. Sebagian besar adalah perempuan paruh baya. Mereka berdialog dengan Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, beserta dua direktur jenderal kementerian tersebut.
 
Para korban mengaku mengalami berbagai bentuk kekerasan seperti dipukul, disetrum, dipaksa bekerja dalam kondisi sakit, dipisahkan dari anaknya setelah melahirkan, hingga dipaksa makan kotoran hewan.
 
Dalam kronologi tertulis dari pendamping korban, dikatakan bahwa para pemilik dan/atau pengelola OCI serta Taman Safari Indonesia mengambil dan memisahkan lebih dari 60 anak-anak berusia 2 – 4 tahun dari orang tua mereka. Kemudian di usia 4 – 6 tahun, mereka diduga dipekerjakan tanpa upah, tidak disekolahkan, dan tidak diberi tahu identitas aslinya.
 
Rita Louisia, 53 tahun, merupakan salah satu korban yang menyampaikan testimoninya. Ia mengatakan semua anak-anak pemain sirkus diambil oleh pihak OCI dan disembunyikan dari orang tua mereka.
 
“Intinya semua kisah kami sama, dijauhkan dari orang tua. Dan ada sebagian dari kami itu dicari oleh orang tua asli kami, tapi kami disembunyikan,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus