Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz 2025, bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Papua, berhasil mengungkap jalur pasokan senjata api yang ditujukan untuk kelompok separatis Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau yang dikenal sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Kapolda Papua, Irjen Patrige Renwarin menyebut senjata dan amunisi tersebut diperoleh dari seseorang di Jakarta dengan harga Rp 1,3 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada penangkapan tersebut, Tim berhasil menangkap mantan prajurit TNI, Yuni Enumbi (YE), yang berupaya menyelundupkan senjata dan amunisi untuk kelompok tentara OPM.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum dipecat, Yuni Enumbi bertugas di Kodam XVIII/Kasuari di Papua Barat. Setelah diberhentikan, ia kemudian bergabung dengan TPNPB. Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat OPM, Sebby Sambon menegaskan bahwa mantan prajurit TNI yang ditangkap polisi atas dugaan penyelundupan senjata api tersebut merupakan anggota TPNPB.
Sebby menyatakan bahwa Yuni Enumbi bukan satu-satunya anggota TNI-Polri yang bergabung dengan TPNPB-OPM. Ia menilai bahwa keterlibatan anggota TNI yang berasal dari Papua menunjukkan bahwa kehadiran militer di wilayah tersebut merupakan bentuk penjajahan. “Karena mereka yang bergabung merasa senasib dan seperjuangan. Ada mantan anggota TNI yang bawa kabur senjata dari Manokwari ke Wamena, ada mantan anggota Brimob yang suplai senjata, ini wajar dalam perjuangan,” ujar Sebby.
Namun, terkait penangkapan Yuni Enumbi, Sebby menegaskan bahwa senjata yang dibawanya diperoleh melalui transaksi langsung dengan pihak militer Indonesia. Ia juga menyebut bahwa jual beli senjata antara TPNPB dan militer Indonesia telah berlangsung sejak lama.
Pemasok Senjata TPNPB-OPM di Bojonegoro
Personel gabungan dari Polda Jawa Timur dan Satgassus Mabes Polri menggerebek sebuah rumah di Perumahan Kalianyar, Desa Kalianyar, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang dicurigai sebagai lokasi perakitan senjata api ilegal.
Dalam operasi yang berlangsung pada Sabtu, 8 Maret 2025, dari siang hingga malam, polisi menemukan seorang perempuan yang merupakan istri pemilik rumah serta dua pria yang diduga bekerja di bengkel perakitan tersebut.
Kapolda Jawa Timur Komjen Imam Sugianto mengatakan penangkapan tiga tersangka merupakan hasil pengembangan dari penangkapan yang dilakukan oleh Polda Papua. “Dari hasil pengembangan kasus di Papua, diketahui bahwa pemasok senjata berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur,” kata Imam dalam konferensi pers di Mapolda Jatim, Selasa, 11 Maret 2025, seperti dikutip dari Antara.
Selanjutnya, Imam menjelaskan bahwa tiga tersangka dalam kasus ini adalah TR, yang bertugas sebagai pemasok dan distributor senjata serta amunisi; MK, yang berperan sebagai operator mesin perakitan; dan PJ, yang bertindak sebagai perakit senjata api. Dengan demikian, total ada tujuh tersangka yang berhasil ditangkap oleh Polda Jawa Timur, Polda Papua, dan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satu tersangka, AP, bertugas menyimpan senjata dan amunisi di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, DIY.
Adapun dua dari para tersangka merupakan mantan anggota TNI dari Kodam XVIII/Kasuari, berinisial YE dan ES, yang sebelumnya ditangkap oleh Polda Papua serta Polda Papua Barat.
Dalang Utama Belum Terungkap
Sebby mengungkapkan bahwa jaringan perdagangan senjata api untuk memasok OPM masih aktif hingga kini. Ia juga menambahkan bahwa dalang utama di balik pengiriman senjata ke Papua masih belum tertangkap.
“Bagaimana dia (Yuni) bisa ke Surabaya beli senjata-senjata itu lalu dibawa. Jaringan sindikatnya yang master plan-nya yang mengirim senjata dari Jawa itu kan belum ditangkap. Senjata itu pasti akan datang lagi,” ujarnya.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat OPM itu juga menyebut bahwa terungkapnya jaringan pemasok senjata tidak mengganggu operasi organisasinya. Ia menegaskan bahwa masih terdapat banyak jalur lain untuk memperoleh senjata.
Sumber Dana OPM untuk Beli Senjata
TPNPB-OPM mendapatkan pendanaan dari sejumlah pengusaha yang terlibat dalam proyek di Papua, termasuk aktivitas pengerukan pasir dan eksploitasi kayu. "Kami memiliki kekayaan alam. Jika pemerintah ingin mengambilnya, mereka harus membayar kepada kami," ujar Sebby.
Ia kemudian menyebut bahwa Markas Pusat Komando Nasional TPNPB tidak memiliki informasi rinci mengenai bagaimana pasukan OPM di lapangan memperoleh dana dari berbagai proyek tersebut. Setiap kelompok memiliki cara masing-masing untuk mendapatkan dana guna membiayai operasinya. Ia juga menegaskan bahwa organisasi mereka tidak menerima sponsor dari negara mana pun.
Dana yang dikumpulkan oleh OPM kemudian digunakan untuk membeli senjata api dari prajurit aktif maupun mantan anggota TNI serta personel kepolisian. Harga senjata api yang mereka beli berkisar antara Rp 300-500 juta per unit.
Sapto Yunus, Yudono Yanuar, Eka Yudha Saputra, dan Daniel Ahmad Fajri ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Fakta-fakta Enam Guru di Yahukimo yang Tewas Diserang TPNPB-OPM