Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Ramai-ramai Jadi Pekerja Judi Online di Kamboja, Satu Orang Pulang Ajak Empat Temannya

Berbagai lowongan kerja jadi operator judi online di Kamboja berseliweran di Grup Facebook yang punya ratusan anggota. Menyasar orang terdidik.

26 April 2025 | 06.20 WIB

Direktur Siber Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Kementerian P2MI Kombes Raja Sinambela saat dalam dialog di Kantor PBNU, 24 April 2025. TEMPO/Hammam
Perbesar
Direktur Siber Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Kementerian P2MI Kombes Raja Sinambela saat dalam dialog di Kantor PBNU, 24 April 2025. TEMPO/Hammam

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) menyoroti meningkatnya pekerja migran Indonesia yang bekerja sebagai operator judi online di Kamboja. Direktur Siber Perlindungan PMI Komisaris Besar (Kombes) Raja Sinambela mengatakan iming-iming gaji besar membuat banyak yang nekat berangkat ke Kamboja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kerja judi online ini memang seakan menjadi tren. Datang satu orang pulang, berangkat bawa empat orang ke sana," kata Raja dalam diskusi di Gedung Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU), Kamis, 24 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Raja mengatakan regulasi di Kamboja yang mengizinkan industri judi online membuat peluang kerja ilegal bagi WNI terus terbuka. Padahal, Indonesia dan Kamboja tidak memiliki kerja sama penempatan pekerja migran.

Menurut Raja, Direktorat Siber Perlindungan PMI telah mencoba memblokir dan men-take down unggahan-unggahan lowongan kerja sebagai operator judi online di Kamboja. Namun, tawaran baru selalu bermunculan.

Dia mengatakan ada sejumlah grup di Facebook yang kerap berisi unggahan tawaran kerja di Kamboja. Grup Facebook memiliki ratusan ribu anggota. "Sangat susah, sangat modern sekarang ini," ujarnya.

Pekerja migran ilegal di Kamboja juga kerap menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Sebelumnya, Menteri P2MI Abdul Kadir Karding mengatakan korban TPPO ke Myanmar dan Kamboja didominasi masyarakat berpendidikan tinggi. Tawaran kerja secara ilegal itu, kata dia, datang lewat media sosial.

“Orang yang berangkat itu rata-rata terdidik. Itu dari temuan saya dulu dari 556 orang (yang sudah kembali ke Indonesia),” kata Karding di Gedung Kementerian P2MI, Jakarta Selatan, Jumat, 11 April 2025.

Karding mencontohkan, ada salah satu korban TPPO yang berasal dari Semarang dan berlatar belakang profesi sebagai seorang kontraktor. Namun, kata dia, karena ada vendor yang telat membayar tagihan terpaksa orang itu menerima tawaran kerja di Myanmar. Tawaran itu datang lewat media sosial Facebook.

 

Hammam Izzuddin

Lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Menjadi jurnalis media lokal di Yogyakarta pada 2022 sebelum bergabung dengan Tempo pada 2024

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus