SEORANG nakoda mati dibunuh. Empat nakoda beserta sejumlah awak kapal lain dilukai. Lalu, setelah menguras uang dan barang dari kelima kapal tadi, kawanan bajak laut di Perairan Asahan, Sumatera Utara, itu menghilang dengan cepat. Sayang, mereka mesti kembali ke daratan, dan di sana tiga tersangka bajak laut itu tertangkap. Ketiganya Ismail, Senggono, dan Harun, hari-hari ini mulai diadili di Pengadilan Negeri Tanjungbalai. Menurut tuduhan Jaksa R.W. Lingga, perampokan terjadi pada 3 dan 4 Mei lalu, menggunakan kapal motor Irian Barat, yang dinakodai Senggono, 41. Empat anggota perampok yang lain, yaitu Nazli, Kasmat, Husin, dan Man, kini masih buron. Pada awal Mei lalu, kata Jaksa, kapal Irian Barat menyergap dua buah perahu nelayan yang tak diketahui identitasnya. Hasil yang diperoleh rupanya tidak banyak, sehingga mereka melanjutkan perburuan esok harinya. Agar tak mudah dikenali, topeng pun dikenakan, dan di tangan tergenggam martil, pisau, atau parang. Dengan peralatan itulah mereka merompak kapal motor Guna Jaya. Nakoda Suherman alias Kwi Heng, yang mencoba melawan, segera dihajar dengan martil sampai pingsan. Awak kapal yang lain jadi tak berkutik. Dengan cara yang sama mereka kemudian menyerobot kapal Rejeki Laut, dan melukai Ang Kie, nakoda, serta A Ngie, awak kapal. Isi kapal, berupa uang Rp 90 ribu, lima setel pakaian, sebuah kompas, dan sebuah lampu suar, lalu digotong ke kapal Irian Barat. Kebrutalan mereka, kata Jaksa, mencapai puncaknya sewaktu merompak kapal yang dinakodai Ang Kie. Kawanan bajak laut yang dimotori Ismail, 26, dengan beringas segera menyerang Ang Kie dan anak buahnya. Ang Kie dikeroyok sedemikian rupa sehingga kepalanya remuk dan sekujur tubuhnya terluka. Adapun dua awak kapal yang lain, A Co dan - Asnan, terluka parah terkena parang dan pisau. Hasil jarahan: tlga pasang pakaian, sebuah kompas dan lampu suar, serta uang Rp 1,2 juta. Setelah membunuh Ang Kie, kata Jaksa lagi, kawanan lanun itu berlayar menuju Pulau Berhala di Selat Malaka, untuk membagi rezeki. Sampai di situ, mereka aman. Tapi, awak kapal yang luput dari maut sempat mencatat nama kapal mereka: Irian Barat. Kebetulan, beberapa hari kemudian nakoda kapal tersebut, Senggono, muncul di Tanjungbalai. Kepada petugas keamanan laut di Belawan, ia melapor bahwa kapalnya baru saja dirompak pembajak tak dikenal. Ia segera diinterogasi, dan kemudian konon ia mengaku, kawanannyalah yang merompak kapal di Perairan Asahan itu. Dari pengakuannya pula petugas kemudian menangkap Ismail, 26, dan Harun, 28 tahun. Ketiganya lalu dibawa ke kesatuan polisi perairan di Tanjungbalai. Tapi, dalam persidangan, mereka membantah semua tuduhan. "Kami sebenarnya juga korban bajak laut. Kapal kami disandera oleh mereka," kata Ismail. Ia kini menderita lumpuh, sehingga harus dipapah ketika memasuki ruang sidang. Ia juga mengaku alat vitalnya rusak karena disiksa petugas. Senggono dan Harun membenarkan. Meski tak sehebat siksaan yang dialami Ismail, keduanya mengaku sangat menderita sehingga terpaksa mengaku. Mereka tetap berkeras, kapal Irian Barat benar-benar dibajak. Ketiganya juga menyatakan tak kenal dengan Nazli, Kasmat, Husin, serta Man. "Bisa jadi, mereka itulah pembajaknya," kata Ismail kepada TEMPO, menuduh. Seberapa jauh sanggahan para terdakwa itu bisa dipercaya, tugas hakimlah untuk menilainya. Letnan Kolonel Sofyan Jacoeb, komandan polisi perairan Polda Sumatera Utara, sendiri tak mau berkomentar apakah betul anak buahnya melakukan penyiksaan. "Lihat sendiri saja persidangannya," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini