Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ZAMAN benar-benar sudah terbalik. Polisi dibilang maling, penjahat malah jadi pahlawan. Dua polisi dari Markas Besar Kepolisian RI, Brigadir Dua Agus Budiono dan Brigadir Dua Joko Wiyono, diteriaki maling oleh pelaku judi toto gelap (togel) di Gunungsindur, Bogor. Akibatnya, Senin pekan lalu, warga rame-rame mengeroyok dua polisi itu hingga tewas.
Semula, dua intel polisi itu bersama dua rekannya bermaksud mengusut judi togel. Dengan mobil Kijang, mereka mendatangi Desa Prumpung di Gunungsindur. Sesampai di lokasi, Agus dan Joko turun dari mobil. Keduanya menyusuri jalan setapak menuju rumah Bawi, yang diduga sebagai bandar togel. Jarak rumah itu dari jalan raya 200-an meter. Sayang, target utama ini tak bisa ditemukan karena sedang pergi.
Gagal melacak Bawi, mereka lantas menuju ke beberapa rumah tetangga Bawi yang diperkirakan juga menjadi agen togel. Jaraknya hanya berbilang puluhan meter. Salah satu yang dituju adalah rumah A Seng. Di sinilah Agus dan Joko yang sedang menyamar mengambil satu kupon togel.
Mendadak terdengar teriakan "maling". Entah siapa yang berteriak, hingga kini, belum bisa diusut. Yang jelas, segenap warga setempat bermunculan dan langsung mengejar Agus serta Joko. Meski kedua intel itu melepaskan tembakan peringatan dan mengaku sebagai polisi, massa tampak tak peduli.
Warga, yang tak mustahil bercampur pula dengan beberapa pelaku togel, termasuk yang berteriak "maling" tadi, semakin berang ketika mengetahui bahwa salah satu tembakan polisi itu nyasar dan mengenai Warsiti, buruh sebuah pabrik garam. Siti akhirnya mengembuskan napas terakhir.
Massa pun terus mengejar Agus dan Joko. Sesampai di perempatan jalan, Agus dan Joko mencegat tukang ojek sepeda motor. Mereka mencoba menyelamatkan diri ke Desa Cibinong, satu kilometer dari Desa Prumpung. Nahas, ojek motor itu terjatuh. Kedua polisi segera berlindung ke rumah Haji Arsyad.
Tapi upaya itu juga gagal. Massa kian merangsek. Di situlah terjadi pengadilan jalanan terhadap Agus dan Joko. Dua polisi itu dijadikan bulan-bulanan. Joko dihajar dan dibuang ke selokan, sementara Agus disiram bensin dan dibakar. Nyawa keduanya melayang.
Sampai pekan lalu, pihak kepolisian sudah meringkus beberapa orang yang diduga terlibat dalam kasus pengeroyokan dua polisi tersebut. Ada juga pelaku togel di antara mereka yang ditangkap. Toh, tokoh yang disebut-sebut bernama Bawi, 43 tahun, hingga sekarang tak kunjung jelas rimbanya.
Menurut seorang warga Prumpung yang enggan disebut namanya, Bawi tergolong kuat. Sejak lima tahun lalu, sedikitnya ada lima bandar togel di situ. Tapi bandar yang kini masih bertahan tinggal Bawi. Selebihnya rontok dan berkoalisi dengan Bawi.
Beberapa kali anak buah Bawi dicokok polisi. Namun, mereka kembali bisa berkeliaran dan menjalankan bisnis haram itu. Hebatnya, tempat kediaman Bawi cuma berjarak 300-an meter dari Markas Kepolisian Sektor Gunungsindur dan kodim setempat. Janggalnya pula, dua polisi korban tadi justru menghindari markas koleganya itu ketika dikejar-kejar massa.
Adakah itu berarti bisnis komplotan Bawi sebenarnya diketahui oleh polisi dan tentara di situ, sehingga kedua polisi korban tadi pun tak hendak operasinya diketahui oleh koleganya di Bogor? Kepala Kepolisian Resor Bogor, Ajun Komisaris Besar Bambang Wasgito, tegas-tegas membantah tuduhan bahwa anggotanya kongkalikong dengan kelompok Bawi. "Itu bohong! Tak ada anggota di sini terlibat perjudian," ujar Bambang Wasgito.
Kalau demikian, ada keanehan lain, yakni hasrat besar empat polisi Jakarta itu sampai memburu togel ke Bogor dan tak mengoordinasikan tugasnya dengan polisi setempat. Lagi pula, tak usah jauh-jauh ke Bogor, di Jakarta saja kasus togel bisa segudang. Apa hasrat besar itu berkaitan dengan kekuatan fulus Bawi?
Giliran Kepala Pusat Penerangan Mabes Polri, Irjen Didi Widayad, yang berang mendengar isu itu. "Jangan berburuk sangka dulu!" ujarnya. Empat polisi yang mengusut togel di Desa Prumpung itu, katanya, dibekali surat perintah resmi tertanggal 12 April 2001 dari Kepala Subdirektorat Intelkrim di Mabes Polri, Komisaris Besar Slamet Saptono.
Dwi Wiyana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo