Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pompa Berenergi Gratis

Energi gelombang laut bisa digunakan untuk mengairi tambak. Lebih hemat karena tidak memerlukan minyak.

29 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


INDRIANTO mungkin mesti menghapus biaya bahan bakar minyak dari pembukuan bisnisnya. Soalnya, genset yang digunakan perusahaan tambak udang windunya, PT Indokor, segera digudangkan. Untuk mengairi tambak udang seluas 30 hektare di Glagah, Kulonprogo, Yogyakarta, dan di Ujunggenteng, Pelabuhanratu, Jawa Barat, perusahaan itu akan memanfaatkan pompa air energi gelombang laut.

Dengan teknologi pompa ombak laut itu, menurut Indrianto, Direktur Keuangan PT Indokor, perusahaannya tak perlu lagi mengeluarkan biaya pengairan tambak. "Sumber energinya dari ombak air laut, jadi gratis. Pompa buatan itu pun tak memerlukan perawatan khusus," ujar Indrianto. Sebelumnya, dengan genset yang dipakai menggerakkan pompa, Indokor menganggarkan dana Rp 183 ribu untuk mengairi 10 hektare tambak.

Pompa itu merupakan hasil rekayasa Dr. Radianta Triatmadja, peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM). Baru sepekan lalu hasil penelitiannya dipatenkan. Awal penemuannya tak lain lantaran Radianta merasa bahwa ombak air laut belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, energi ombak laut yang berlimpah bisa digunakan untuk menggerakkan pompa air di pertambakan. Dengan pompa itulah air laut dialirkan ke area tambak. Selama ini, pengusaha tambak menggunakan diesel atau energi pasang-surut air laut untuk menggerakkan pompa.

Karena itu, sejak empat bulan lalu, Radianta berupaya membuat konstruksi pompa air tenaga ombak. Dibantu tiga orang mahasiswa, doktor lulusan Strathclyde University di Inggris itu lantas berkutat di Laboratorium Hidrolika dan Hidrologi UGM.

Hasilnya adalah sebuah teknologi rekayasa sederhana. Yang digunakan hanya flap atau dayung yang terbuat dari tiga lapis gabus yang direkatkan pada sebuah tripleks. Bagian bawah tripleks itu diberi engsel pintu. Saat ombak menerpa, dayung yang dipasang vertikal di laut itu akan bergerak maju-mundur. Ketika dayung maju, daya dorong ombak disalurkan lewat piston ke dalam tabung yang dilengkapi dua katup.

Katup pertama lantas akan menutup karena tekanan air di dalam tabung lebih besar dibandingkan dengan tekanan air di luar tabung. Sedangkan katup kedua akan terbuka karena tekanannya lebih kecil daripada tekanan di dalam tabung. Akibatnya, air terdorong dan mengalir dari tabung ke dalam pipa yang akan didistribusikan ke tambak.

Ketika dayung berbalik dan menjauhi tabung, katup pertama terbuka dan katup kedua tertutup. Itu karena tekanan di dalam pipa lebih besar daripada di dalam tabung, sehingga tabung kembali terisi air.

Bila pompa itu diterapkan dengan dayung ukuran sembilan meter, kedalaman ombak 10 meter, dan pipa distribusi sepanjang 15 meter, akan dihasilkan debit air 161 liter per detik. Debit sebesar itu cukup untuk mengairi 10 hektare tambak.

Agar pompa bisa bekerja dengan baik, gaya yang bekerja pada piston harus lebih besar daripada gaya hidrostatika yang berusaha menutup katup kedua. Selain itu, dasar laut untuk pompa mesti 3-10 meter dari tinggi permukaan air.

Satu kelebihan dari teknologi pompa ombak laut itu adalah biayanya yang nol karena memanfaatkan air laut di alam bebas. Selain itu, penggunaannya praktis. Operator pompa pun tak diperlukan lagi. "Tinggal putar keran, air sudah mengalir," tutur Radianta.

Persoalannya, pompa Radianta punya kendala dalam soal tipe gelombang laut. Ia bisa beroperasi efektif bila gelombang besar. Dan bila tanah di bawah permukaan air laut berlumpur, pompa mesti dipasang di atas pancang agar tak masuk ke lumpur. Pancang bisa dibuat dari bambu seperti yang dipakai pada konstruksi pemecah gelombang di pelabuhan Semen Gresik di Tuban, Jawa Timur. Tentu konstruksi pancang jadinya menelan biaya lagi.

Toh, hasil penelitian Radianta yang sudah diuji coba di laboratorium itu kini sudah diminati oleh PT Indokor. Rencananya, perusahaan itu akan membantu dana untuk penelitian penyempurnaan. Setelah itu, Indokor akan mencoba pompa tersebut di area tambaknya yang juga akan diperluas menjadi 200 hektare.

Nantinya, pompa itu juga bisa ditempelkan pada konstruksi pemecah gelombang. Alhasil, dua manfaat bisa dinikmati, yakni gelombang air laut terkendali oleh pemecah dan air laut yang dialirkan pompa bisa digunakan untuk turbin penghasil listrik.

Agus S. Riyanto, L.N. Idayanie (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus