Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolaborasi, Kunci Transisi Menuju Energi Bersih

Transisi energi bisa dicapai melalui dekarbonisasi dan pengembangan infrastruktur hijau.

10 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Transisi energi bisa dicapai melalui dekarbonisasi dan pengembangan infrastruktur hijau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Transisi ke energi bersih dan keberlanjutan menjadi misi utama seluruh negara di dunia. Bagi Indonesia yang kaya akan potensi dan punya pertumbuhan ekonomi yang baik, transisi energi harus segera dilakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal ini disampaikan oleh Co-head of Climate Change Asia Pacific HSBC, Justin Wu. Justin menjelaskan emisi nol bersih atau net zero emission kini menjadi target bagi 90 persen ekonomi di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sudah ada kemajuan. Setelah kita menetapkan ambisi ini, kita harus merefleksikan bagaimana mengimplementasikannya dan mewujudkannya. Dan ini hal yang sulit,” kata Justin.

Menurut Justin, transisi energi ini penting bagi pertumbuhan ekonomi. Tanpa energi hijau, ekonomi justru akan terhambat. Sebaliknya, proses transisi energi ini akan menghadirkan segudang potensi yang bisa menumbuhkan ekonomi.

“Jadi Indonesia perlu tumbuh secara berkelanjutan, saya rasa kita semua setuju dengan hal itu. Dengan itu, Indonesia perlu memposisikan diri untuk sukses dalam di masa depan melalui net zero economy,” ujar Justin.

Justin menjelaskan ada dua cara mencapai ini. Pertama, dekarbonisasi atau pengurangan emisi karbon hingga nol persen, terutama di sektor energi. Kedua, menarik investasi asing untuk mengembangkan teknologi dalam menghadapi perubahan iklim.

Kedua upaya ini saling berkaitan dan berkelindan. Justin mencontohkan industri kendaraan listrik yang sedang berkembang saat ini. Indonesia yang punya seperempat cadangan nikel dunia, punya peran penting dalam menghadirkan kendaraan listrik ke seluruh dunia. Justin menekankan potensi ekonomi lewat hilirisasi nikel.

“Indonesia jelas memiliki peluang yang sangat penting untuk tidak hanya menambang bahan-bahan ini tetapi juga menarik investasi untuk memurnikannya. Dan juga melangkah lebih jauh untuk meningkatkan nilai tambah,” kata Justin.

Indonesia dinilai punya peluang emas dalam perakitan baterai kendaraan listrik, serta menjadi yang terdepan dalam mengaktifkan pasar kendaraan listrik yang sangat besar. Apalagi, negara-negara lain juga punya target penurunan emisi karbon yang sama, sehingga sangat memungkinkan untuk berinvestasi di Indonesia.

Sebagai bank internasional, HSBC menyadari pentingnya transisi energi ini. Oleh karena itu, HSBC berusaha untuk konsisten mendukung transisi energi ini ke berbagai pihak.

“Kami sampai pada kesimpulan bahwa kolaborasi sangat penting dalam mewujudkan transisi energi,” ujar Justin.

Salah satu inisiatif HSBC dalam mewujudkan transisi energi adalah melalui kemitraan Blended Finance. Inisiatif ini menggabungkan modal komersial dengan bantuan resmi seperti Just Energy Transition Partnerships (JETPs) di Indonesia dan Vietnam.

Selain itu, ada pula Pentagreen Capital, platform pembiayaan infrastruktur berkelanjutan yang didirikan oleh HSBC dan Temasek. “Upaya untuk tumbuh secara berkelanjutan dan mengurangi karbon, juga membuka potensi bisnis yang baru,”tutup Justin.

Iklan

Iklan

Artikel iklan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus