Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolaborasi Tiga SMK Sumatra Barat Bangun Hilirisasi Tekstil

Tiga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berkolaborasi menjalankan bisnis Batik Braja. Ada sekolah yang bertugas memproduksi, memasarkan, serta mencatat di pembukuan.

20 Februari 2024 | 17.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASONAL - Tiga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berkolaborasi menjalankan bisnis Batik Braja. Ada sekolah yang bertugas memproduksi, memasarkan, serta mencatat di pembukuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai sebuah jenama, nama Batik Braja sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Sumatera Barat, khususnya di kalangan pelajar. Batik Braja telah ditetapkan menjadi seragam wajib untuk para pelajar tingkat SMK dan SMA di provinsi tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu sebagaimana disebutkan dalam Surat Edaran Gubernur Nomor 516.3/437.6/Diskop-PUK/VII/2023 tentang penggunaan Batik Braja sebagai pakaian resmi. Di balik kepopuleran Batik Braja, rupanya tersimpan kisah kolaborasi luar biasa dari 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Padang, Sumatra Barat. Ketiga SMK tersebut adalah SMKN 4

Padang, SMKN 8 Padang, dan SMKN 2 Padang. Ketiganya merupakan SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (SMK PK SPD) dengan bidang keunggulan masing-masing. SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (SMK PK SPD) sendiri merupakan program yang dirintis oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. Sejak 2022 program tersebut digulirkan sebagai upaya transformasi pendidikan vokasi di level SMK dimana salah satu tujuannya adalah mewujudkan pendidikan vokasi yang relevan dengan pelibatan industri di dalamnya.

Cerita sukses Batik Braja menjadi salah satu praktik baik dari program SMK Pusat Keunggulan SPD yang telah berhasil mendorong kolaborasi antar sekolah, antar jurusan dalam mengasah kompetensi pada siswa. Program tersebut sekaligus juga menciptakan ekosistem kolaborasi dan industri di setiap satuan pendidikan vokasi, dimana masing-masing sekolah dengan kompetensi keunggulan spesifiknya bertugas dalam setiap mata rantai produksi batik Braja tersebut.

Sekolah pertama yang terlibat dalam program SMK PK SPD yakni SMKN 4 Padang. Sekolah yang dulu bernama Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) mengambil bagian desain dan produsen kain Batik Braja. Desain batik yang sudah dibuat oleh siswa dari Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) tersebut kemudian diserahkan ke SMKN 8 Padang untuk dijahit. Di SMKN 8 Padang yang merupakan SMK Pusat Keunggulan untuk bidang tata busana. Desain karya dari jurusan

DKV SMKN 4 Padang tersebut kemudian diproduksi menjadi seragam sekolah. Jika dilihat data tahun 2023, SMKN 8 Padang dapat memproduksi Batik Braja sebanyak 700 buah. Selain itu murid di SMKN 8 Padang juga memproduksi baju koko sebanyak 150 sampai 200 buah. Produk-produk batik Braja yang sudah jadi, kemudian diserahkan kepada SMKN 2 Padang yang memiliki kompetensi keahlian bidang bisnis manajemen dalam Program SMK Pusat Keunggulan. Guru SMKN 2 Padang Marnetti Yuniengsih mengatakan, siswanya melakukan pemasaran melalui 2 skema yakni bisnis online dan pemasaran langsung.

Skema bisnis online dilakukan siswa melalui platform media sosial. Sementara itu, pemasaran langsung yang berada di lantai I gedung Teaching Factory SMKN 2 Padang. “Kami ada semi butik di bagian bawah gedung teaching factory SMKN 2 Padang. Ruangan tersebut berisikan pakaian-pakaian yang akan dipasarkan dan proses jualnya langsung dilakukan murid,” ucapnya saat diwawancarai Tempo.

SMK Pusat Keunggulan SPD menekankan pada kolaborasi dengan industri. Kolaborasi ketiga SMK tersebut dalam memproduksi batik Braja juga melibatkan CV Novia yang menjadi penggagas. Perusahaan yang dipimpin Novia Hertini itu sudah sejak 2019 ingin membangun kolaborasi dengan SMK di Sumatera Barat. Novia bercerita program kolaborasi ini bermula pada 2019.

Dirinya mengumpulkan 21 SMK di Sumatera Barat. Kolaborasi dilakukan melihat Sumatra Barat punya besar peluang di bidang tekstil. “2019 itu semua SMK yang hadir sangat semangat untuk membangun kolaborasi tersebut. Ditambah Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat juga sangat mendukung,” katanya.

“Namun karena Covid-19 menyerang Indonesia, sehingga segala kegiatan terhenti. Kami tetap komunikasi walau program belum dijalankan,” katanya.

Kemudian di 2021 kegiatan yang sempat terhenti itu dijalankan. Dirinya kembali mengumpulkan Kepala SMK se-Sumatera Barat untuk menjalin kesepakatan. Hasil kesepakatan itu adalah 17 SMK tata busana di Sumatera Barat sebagai tempat menjahit pakaian yang akan dipasarkan. Keputusan lainnya yakni ada 4 SMK tekstil yang nantinya akan menjadi wadah untuk memproduksi kain. Seiring berjalannya kolaborasi itu, Novia terus menjalin komunikasi dengan stakeholder terkait. 

Salah satunya Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi. Gayung bersambut, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi mengadakan program SMK PK pada 2022. Sehingga sekolah yang telah dibimbingnya sejak 2019 memutuskan untuk mendaftar program tersebut. Pada tahun yang sama, hasil dari seleksi SMK PK SPD memutuskan 3 SMKN di Padang berhak dan layak mengikuti program tersebut. Menurut Novia, kolaborasi ini dapat menumbuhkan industri-industri tekstil di Sumatera Barat. Sebab kondisi industri tekstil saat ini tidak terlalu tumbuh.

“Program ini membuat kami dapat berbagi pengalaman dengan SMK-SMK tentang dunia industri yang sesungguhnya,” katanya. Jalan yang dilalui Novia tidak mulus begitu saja. Namun setiap rintangan dan permasalahan itu, dia carikan jalan keluar bersama sekolah yang dibimbingnya. Semua saran dan kritik selalu ditampung dalam menjalankan program tersebut. “Alhamdulilah program ini berjalan lancar dengan dukungan dari Pemerintah Sumatera Barat,” katanya.

Salah satu murid SMKN 4 Padang, Yumna Yondra Ananda menuturkan sangat senang dengan adanya program SMK PK SPD ini. Sebab Yumna lebih bisa mengembangan kompetensi dirinya di bidang desain visual. Menurut Yumna, program ini menjadi ajang untuk bisa mengasah kemampuannya di bidang desain. Sehingga tamat dari SMKN 4 Padang akan lebih percaya diri untuk terjun ke industri.

“Saya bercita-cita menjadi desainer terkenal, mudah-mudahan melalui program ini hal itu bisa terwujud,” katanya. Yumna bercerita dalam kolaborasi ini para siswa yang mengerjakan semua prosesnya. Mulai dari mendesain motif, menentukan warna hingga proses cetak motif. “Ini menjadi hal yang baru bagi seorang siswa SMK dan menjadi tantangan tersendiri,” katanya. Tidak hanya murid, 

Kepala SMKN 8 Padang, Ita Desnatalia berpandangan program SMK Pusat Keunggulan (PK) Skema Pemadanan Dukungan (SPD) akan lebih meningkatkan kompetensi guru dan siswa. 

“Pembelajaran project based learning dapat meningkatkan kewirausahaan siswa, dan siap menjadi pengusaha muda,” katanya. Ita juga menerangkan, SMKN 8 Padang baru 2 tahun kebelakang memakai Kurikulum Merdeka pada Tahun ajaran 2022/2023 dan 2023/2024.

Namun sejak lama sekolah yang dipimpinnya itu sudah punya konsep belajar yang hampir sama dengan kurikulum merdeka, sehingga tidak terlalu susah untuk beradaptasi. Kemudian, program pusat keunggulan itu juga disambut baik oleh wali murid. Elmaida salah seorang wali murid dari SMKN 2 Padang menuturkan awalnya tidak tahu dengan program kolaborasi tersebut.

Namun di 2022 baru diberikan informasi tentang SMK PK lewat rapat wali murid. Sehingga Elmaida semakin yakin untuk menyekolahkan anaknya yang nomor 2 di SMK. “Anak pertama saya sekarang kelas XII dan kedua sekarang kelas X di SMKN 2 Padang. Saya ingin mereka nantinya bisa berkolaborasi juga dalam membangun usaha setelah tamat di SMK,” ucapnya. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus