Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL -- Nonton Tom Misch pada acara musik live di Mola Chill Fridays, Jumat malam 26 Maret 2021, membuat kita asyik goyangkan badan. Pria berusia 25 tahun asal London, Inggris, ini mengusung genre funk, soul, jazz, R&B, dan elektronik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keasyikan itu terasa pada lagu pertama berjudul It Runs Through Me, lagu kelima Disco Yes, dan lagu keenam sekaligus terakhir, Losing My Way. Di lagu ketiga Movie, yang bermain dengan tempo lambat dan lirih, kita menikmati suasana repetitif beberapa penggalan lantunan syair serta musiknya yang ritmis. Dua lagu lainnya I Wish dan Nightrider.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sesi pertama interaksinya dengan publik Indonesia melalui medsos di acara itu, tanggapan datang dari musisi/gitaris Nikita Dompas.
Nikita bertanya tentang bagaimana Tom sukses melakukan transisi dari memproduksi ke bernyanyi. “Aku sebenarnya selalu bernyanyi. Aku biasa bernyanyi di paduan suara di sekolah dan aku selalu menggunakan suaraku. Tapi, ketika mulai membuat ketukan, aku tidak bernyanyi lagi,” ujar Tom.
“Aku menggunakan suaraku sebagai tekstur. Dalam konteks laguku, aku tidak benar-benar menggunakan lirik dan semacamnya. Kemudian, aku bernyanyi dalam laguku dan segalanya menjadi lebih baik,” kata Tom. Ia didukung Rudi pada bass, Harry di gitar dan biola, Joe Price keyboard, dan Jamie Holton di drum.
Tom Misch memproduseri sendiri musik-musiknya ini. Ia juga banyak dipengaruhi musik-musik jazz era 1990-an dan rajin berkolaborasi dengan berbagai musisi lintas genre. Sebut saja FKJ (French Kiwi Juice), De La Soul, Honne, dan yang terakhir adalah Yussef Dayes, yang kemudian menghasilkan album kolaboratif berjudul What Kinda Music.
Berbeda dengan musisi di generasinya yang sering memproduksi dan mendistribusikan karya melalui platform digital, Tom Misch mempertahankan untuk mengeluarkan album fisik berupa vinyl. Ketika musisi lain merasa tahun 2020 menjadi tahun tak produktif, Tom malah mengeluarkan dua album kolaboratif, yaitu Beat Tape 1 dan What Kinda Music.
Sebelum Tom Misch, Mola Chill Fridays dibuka dengan penampilan Stars and Rabbit yang mempesona. Band asal Yogyakarta yang lama berkiprah di dunia musik internasional serta dimotori frontwoman Elda Suryani dan gitaris Didit Saad ini menyajikan hal baru untuk pentasnya di Mola TV.
“Jika kalian menonton, kami akan melakukan sedikit perubahan kali ini. Tidak hanya bernyanyi, tapi aku akan menceritakan tentang perjalanan seorang pria,” kata Elda.
Didukung dengan seorang drummer dan pencabik bass, lima lagu yang mereka sajikan malam itu adalah Old Man Finger, Illusory Utopia, Merry Alone, The Magician, dan Attic no.7. Mengawali setiap lagu, Elda berperan sebagai pencerita yang mendongengkan sebuah kisah. Aksi teaterikal Elda dan keunikannya sebagai vokalis menegaskan genre musik yang mereka bawa yaitu folk, rock, dan pop.
Stars and Rabbit sering mencicipi panggung konser internasional di berbagai negara di dunia, seperti Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Singapura, bahkan Islandia. Musik mereka juga diapresiasi dengan baik oleh penikmat masyarakat musik internasional.
Mereka dikenal dengan lagu hitsnya antara lain Man Upon the Hill, Little Mischievous, dan The House yang sempat dijadikan salah satu lagu soundtrack film Inggris berjudul Wander pada 2015.
Yang terbaru, pada 2021 ini, Stars and Rabbit baru saja mengeluarkan video single-shot live lagunya yang berjudul Attic No.7 pekan lalu. “Kapan show offline lagi?” tanya salah seorang permisa Mola TV. “Wis paringono sabar,” kata Elda.
Seluruh siaran replay program Mola Chill Fridays ini bisa disaksikan dengan mengakses melalui aplikasi perangkat ponsel yang dapat diunduh dari apps store dan google play, atau melalui situs Mola TV di tautan https://mola.tv/(*)