Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembekalan Leadership Development pada Peserta Beswan Djarum

Di era industri 4.0 ini, yang penting dimiliki dari setiap orang adalah future skills, yaitu kemampuan mencapai keberhasilan di tengah lingkungan yang cepat berubah.

9 Maret 2020 | 19.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pembekalan Leadership Development pada Peserta Beswan Djarum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Sebanyak 64 peserta Djarum Beasiswa Plus 2019/2020 dari berbagai Provinsi di Indonesia diberi bekal materi leadership development di Hotel Harris Surabaya, mulai 1-4 Maret 2020. Mereka adalah bagian dari 496 peserta Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) angkatan 35 dan kelompok ketujuh dari delapan kelompok yang diberi materi tentang membangun kepemimpinan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemateri pada sesi ini, antara lain Galuh Paskamagma (Gritty Leadership), Margareta Astaman (Critical Writing), Riko Anggara (Effective Oral Communication), dan James Gwee (Motivating & Inspiring Others).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Galuh menekankan tentang cara mencapai gritty leadership. Menurutnya, di era industri 4.0 ini, yang penting dimiliki dari setiap orang adalah future skills, yaitu kemampuan mencapai keberhasilan di tengah lingkungan yang cepat berubah.

Selain berfikir kritis, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan kreatif penting untuk dimiliki seorang leader untuk membawa pengikutnya ke arah yang lebih baik. Yang tak kalah penting, leader harus mampu menyusun misi sekaligus mengkomunikasikan visi pada pengikutnya.

Jika masih gagal mencapai visi itu, seorang leader harus pandai memotivasi anak buahnya agar tidak menyerah. “Sehingga timbul gairah baru dan semangat baru bagi pengikutnya untuk kembali berjuang mencapai visi itu,” kata Galuh.

Ketekunan dan gairah pada sebuah visi itulah yang disebut gritty. Ketekunan dan gairah, ditambah usaha dan keterampilan, menurutnya mampu menggeser talenta. “Ketrampilan dan usaha (dalam mencapai visi) lebih penting daripada talenta,” ujarnya.

Pada materi lain, Margareta Astaman berpendapat bahwa dalam menulis, peserta Beswan Djarum harus menumbuhkan sikap kritis dan skeptis, serta mengetahui siapa audience yang dituju. “Sebab percuma kita menulis bagus, tapi ternyata pesannya tak sampai kepada pembaca,” kata perempuan yang akrab disapa Margie ini.

Ciri tulisan kritis, kata Margareta, harus punya mega argument serta ditunjang oleh argumen pendukung. Selain itu, tulisan harus ada balancing point, misalnya dalam bentuk informasi penyeimbang yang bertentangan dengan pendapat penulis. “Balancing point bisa sebuah pengakuan bahwa ide yang ditulis tidak original, namun kita bisa menambahkan dengan kebaruan-kebaruan,” tuturnya.

Riko Anggara lebih menekankan pada kemampuan public speaking yang perlu dimiliki calon leader. Menurutnya, saat berbicara di depan orang banyak, yang pertama dilakukan adalah menghilangkan kegugupan yang bisa diminimalkan dengan mengubah suara menjadi lebih besar dan berat.

Cara lainnya adalah memfokuskan pandangan pada tiga atau empat orang secara bergantian, seolah-olah orator sedang bicara dengan mereka.

Namun, segala tips itu tak berguna bila tak punya bekal cukup tentang materi yang disampaikan. Karena itu, seorang leader harus rajin membaca untuk penguasaan materi yang merupakan faktor penentu sukses tidaknya orang berpidato.

Adapun James Gwee menegaskan bahwa leadership itu sebuah pengakuan, bukan semata-mata jabatan. Leader yang takut membuat keputusan tidak cocok menjadi leader. Sebaliknya, meski hanya pegawai biasa, namun bisa menggerakkan orang lain untuk mengikuti serta berani mengambil keputusan di saat genting, sosok itulah yang layak disebut leader. (*)

Abdul Jalal

Abdul Jalal

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus