Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya Pertamina Geothermal Energy (PGE) berencana meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chief Financial Officer (CFO) Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah mengatakan rencana ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Langkah ekspansi kami akan membantu Indonesia mencapai target emisi nol pada 2060," kata Nelwin dalam diskusi UN Global Compact yang digelar virtual, Rabu, 10 November 2021.
UN Global Compact adalah inisiatif bersama para pemimpin perusahaan yang berkomitmen mengimplementasikan prinsip berkelanjutan dalam rangka mendukung target-target Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Penanganan perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca merupakan goal nomor 13 dalam sustainable development goals (SDGs) yang ditetapkan PBB.
Pertamina telah menyatakan komitmennya dalam mencapai target SDGs dengan menerapkan program Environmental, Social, dan Governance (ESG) dalam wilayah kerjanya.
Untuk mendanai pengembangan ini, Pertamina Geothermal Energy berencana menerbitkan green bonds di semester pertama 2022. Green bond adalah instrumen efek yang bersifat utang untuk membiayai kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Penerbitan green bond oleh Pertamina Geothermal Energy akan terpisah dari rencana PT Pertamina sebagai perusahaan induk, yang juga akan meluncurkan green bonds pada 2022.
"Green bonds akan digunakan untuk refinance utang konvensional kami dan juga mendanai belanja modal (capital expenditure) untuk mengembangkan proyek-proyek geothermal baru di Indonesia," ujar Nelwin.
Dengan inisiatif ini, PGE memperkirakan akan menambah 375 watt kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi dari 672 megawatt yang sudah ada.
"Kami menargetkan kapasitas mencapai 1.500 megawatt pada 2030," ujar Nelwin.
Nelwin optimistis peningkatan itu akan berkontribusi signifikan pada rencana dekarbonisasi Pertamina dan mampu mengurangi emisi sebesar 30 persen pada 2030.
"Dengan kapasitas kami saat ini, kami telah mengurangi emisi sebesar 3,5 juta ton karbon dioksida per tahun. Dan dengan peningkatan kapasitas, kami menargetkan bisa mengurangi emisi hingga 6 juta ton dalam empat tahun ke depan, dan 12 juta ton pada 2030," kata Nelwin.
Pemerintah Indonesia tengah berupaya meningkatkan bauran energi terbarukan dari 12 persen menjadi 23 persen pada 2025.
Nelwin mengatakan upaya tersebut membuka ruang bagi perusahaan energi terbarukan seperti Pertamina Geothermal Energy untuk mengembangkan bisnisnya dan lebih berkontribusi dalam pengurangan emisi.
Ia juga meyakini rencana pendanaan berupa penerbitan green bonds akan mendukung peningkatan kapasitas yang berkontribusi signifikan dalam rencana dekarbonisasi Pertamina.
"Ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Kesepakatan Paris dan goal nomor 13 dalam SDGs Penanganan Perubahan Iklim," ujar Nelwin.