Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Basarah kembali menegaskan, Pancasila adalah titik temu atau Kalimatun Sawa, yang dijadikan sebagai falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pancasila adalah Kalimatun Sawa. Dan, ini adalah warisan dari para pendiri bangsa," kata Basarah di hadapan ratusan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Galuh, yang tengah melakukan studi lapangan dan kunjungan lembaga (SLKL), di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)/MPR, Jakarta, Rabu, 25 Juli 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Basarah, yang juga penulis buku Bung Karno, Islam, dan Pancasila, menyampaikan Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa Indonesia, bukanlah ideologi agama tertentu, dan bukan ideologi yang kosong dengan nilai-nilai agama serta ketuhanan. "Ini kan unik. Bangsa Indonesia menganut falsafah atau mazhab ketuhanan yang universal," ucapnya.
Ia juga menyampaikan keprihatinannya dengan menguatnya paham-paham yang berpotensi kuat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai contoh adalah paham takfiri atau paham yang sangat mudah mengafirkan dan menyalahkan orang lain. "Saat ini, bangsa kita gemar sekali dengan budaya impor yang tidak disaring dan salah satunya adalah budaya rakfiri. Ini kan bahaya sekali. Bisa menimbulkan gesekan, bukan hanya sesama umat beragama, tapi antarumat agama bisa terjadi," katanya.
Di akhir pertemuan, Basarah mengajak kepada segenap mahasiswa dan mahasiswi Universitas Galuh untuk menjaga dan merawat Pancasila. Menurut dia, dengan menjaga dan merawat Pancasila, artinya sama dengan menjaga keutuhan dan persatuan Indonesia.
"Ini pesan saya. Kalau kalian semua menjadi pejabat atau minimal menjadi anggota DPRD Ciamis, maka jagalah Pancasila. Kalian tahu Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi negara besar? Kenapa keduanya menjadi besar? Karena mereka berpijak pada falsafah bangsanya sendiri. Dan, kalau Indonesia mau menjadi besar, maka harus berpijak pada falsafah bangsanya sendiri," tutur Basarah. (*)