Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berpacu memburu dana

Pertumbuhan bank setelah deregulasi oktober 1988 (pakto 27). jumlahnya kini ada 174 dengan 4500 ca- bang. penawaran berbagai produk dari bca, bii, nu- sa bank, sampoerna bank, bank universal.

13 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANK KITA SEBUAH EPISODE Bank seperti ayam jago. Suatu waktu dielus-elus dengan deregulasi. Kemudian, di saat yang lain, harus keok tertohok taji regulasi. Padahal, keduanya -- deregulasi atau regulasi -- sama saja. Sama-sama perlu korban. BAGAI toko kelontong, bank menyeruak bahkan di pojok-pojok pasar. Setelah deregulasi Oktober 1988 (Pakto 27), bank baru lahir susul-menyusul. Jumlahnya kini 174 dari hanya 63 buah, cabangnya bertambah 2.372 kantor, keseluruhannya kini 4.500 cabang. Bankir sama repotnya dalam dua hal: mempertahankan (atau membajak) tenaga manajer dan berlomba menguras kreativitas menciptakan jasa baru yang memikat. Mulai 1989 banyak bank berubah menjadi toko serba ada: menjual segala macam produk. Kita pun mendengar dan melihat (atau tak mengacuhkan) penawaran ragam produk tabungan, deposito, giro maupun pinjaman -- terutama yang konsumtif -- dengan segala embel-embel pemikat. Sepanjang tahun itu, perbankan kita kebanjiran dana murah. Satu tabungan gabungan beberapa bank, umpamanya, berhasil menghimpun dana puluhan milyar hanya dalam tempo tiga bulan pertama. Deposito pada 14 bank devisa, misalnya, yang pada 1988 tumbuh rata-rata 47 persen, di tahun 1989 melonjak tajam sampai 96 persen. Bahkan beberapa bank, yang gesit merangsang dengan pelbagai produk berhadiah, depositonya mengalami pertumbuhan ajaib: sampai 440 persen. Arus kredit pun meledak. Bahkan lebih banyak dari total dana masyarakat yang dimobilisasi. Loan to deposit ratio (LDR) mencapai lebih 100 persen. Kenaikan kredit rata-rata pada 14 bank devisa tahun 1988 hanya 46 persen. Pada 1989 melonjak keras, menapak sampai 82 persen. Indikasinya dapat dilihat pada pasar mobil, contohnya, yang kekurangan suplai akibat tingginya permintaan (dan realisasi) kredit kendaraan. Memang, saat itu dana dari lemari besi otoritas moneter juga masih terus mengalir. Melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), dana murah mengucur deras ke brankas semua bank. Sampai saat itu, kran KLBI memang telah menjadi sandaran utama sumber dana perbankan. Lalu datanglah mimpi buruk itu. Pemerintah tiba-tiba menohok dengan paket kebijaksanaan Januari 1990. Pakjan mengatur, antara lain, KLBI yang saat itu jatuh tempo harus digiring kembali ke lemari besi Bl. Dan terhitung sejak dua bulan kemudian kran KLBI ditutup rapat. Pukulan itu ditambah pula dengan keharusan untuk menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil atau koperasi sedikitnya 20 persen dari total pinjaman yang dikeluarkan tiap bank. Padahal bagi banyak bank, apalagi bank besar dengan total kredit sampai trilyunan rupiah, Kredit Usaha Kecil (KUK) seperlima total kredit merupakan beban. Tidak gampang menemukan pengusaha gurem yang usahanya sehat untuk diberi kredit maksimal Rp 200 juta per nasabah. Sialnya -- bagi bank, jika realisasi 20 persen tak tercapai, maka Bl akan mengaitkannya pada penilaian tingkat kesehatan bank. Bankir mana yang tak gentar? Menghadapi dua jurus tohokan -- sumber dana murah dipangkas total dan pengaturan alokasi kredit yang ketat, bankir benar-benar keok. Hari-hari pertama 1990 menjadi hari-hari muram. Berakhir sudah masa 'bonanza' dana murah. Mereka bak kekurangan darah memasuki masa likuiditas ketat (Tight Money Policy atau TMP) itu. Sesudah Pakjan, dana masyarakat lantas makin dibutuhkan. Kompetisi pun lalu marak dan makin ketat. Bank jor-joran menguras dana, yang bahkan diburu sampai ke bawah kasur nasabah. Aneka kiat pemikat diimbuhkan pada ragam produk. Bank-bank tidak lagi terpaku pada satu segmen tertentu. Pokoknya uang diraup, darimana pun asalnya. Pemilik uang besar atau uang kecil digarap semua. Tiap bank sekaligus menjalankan dua jurus perangsang: merangsang sensitifitas nasabah dengan hadiah (untuk dana kecil) dan sensitifitas rate bunga (untuk nasabah berdana besar). Tak dapat dihindarkan, bunga tabungan dan deposito naik. Bunga pinjaman lalu melonjak di atasnya. Rupiah sangat langka, apalagi spekulasi memborong dollar AS makin seru. Sementara dampak TMP terus mengancam, pasar uang digebuk sekali lagi. Pada 27 Februari 1991. Menteri Keuangan Sumarlin memerintahkan BUMN menguras simpanannya pada pelbagai bank. Alasannya, untuk menghentikan spekulasi pembelian valuta asing -- agar jangan terlalu menggerogoti cadangan devisa. Dalam sekali pukul, dana Rp 8 trilyun tersedot Bank Sentral. Lemari besi bank-bank mendadak berisi angin. Padahal dana itulah -- setelah kran KLBI ditutup -- yang menjadi basis sumber dana pasar uang. Para bankir blingsatan Mencari sumber pengganti untuk memenuhi kewajiban dan komitmennya. Bank-bank kita menoleh pada offshore loan dengan bunga yang cukup berani: bahkan ada yang lebih 2 persen di atas LIBOR (London Interbank Offered Rate). Pinjaman langsung swasta kita (termasuk bank pemerintah) pada sumber luar negeri itu kini -- lantaran jumlahnya makin besar, menurut Dana Moneter lnternasional (lMF) sudah mencapai US$ 21 milyar -- diduga akan mengganggu posisi neraca pembayaran kita. Mengeringnya likuiditas karena kontraksi moneter Rp 8 trilyun tadi otomatis mendongkrak harga beli dana. Uang menjadi amat sangat langka. Bunga deposito di bank-bank negara, yang sebelumnya rata-rata 23 persen, lalu naik sampai pukul rata 27 persen. Apalagi di bank swasta yang mencapai -- fantastis -- 28 sampai 30 persen. Tentu saja cost of money lantas melambung tinggi. Suku bunga antar bank berkisar 40 persen setahun untuk pinjaman overnite. Bunga pinjaman meroket sampai 35 persen. Akibatnya, investasi tak mungkin bergulir kencang. Hanya usaha dengan pencapaian ROI (return on investment) 36-40 persen yang berani menyambar kredit berbunga 35 persen. Pada saat yang sama, perbankan sendiri lebih banyak membutuhkan dana masyarakat justru untuk memperbaiki posisi pendanaannya. Misalnya posisi LDR (perbandingan antara total kredit dengan dana masyarakat) yang umumnya 130 persen, hendak ditekan sampai pada tingkat ideal: 70 persen. Selang sehari setelah Gebrakan Sumarlin, bank harus mengerang kembali oleh tendangan Gubernur Bank Indonesia. Capital Adequacy Ratio (CAR) perbandingan modal dengan asset/aktiva yang mengandung risiko, antara lain kredit ditetapkan harus mencapai 8 persen. Memang, banyak bank menyalurkan kredit sampai trilyunan rupiah sementara modalnya tak lebih 3 persen dari kredit tadi. Meski modal banyak bank sudah diperkuat dengan berbagai jenis cadangan -- misalnya dengan laba yang ditahan, masih saja modalnya terlalu kecil dibandingkan kredit yang yang dikeluarkannya. Ini juga mengindikasikan bank-bank kita hidup dengan leverage (dampak penggunaan utang terhadap modal sendiri) sangat tinggi. Leverage bank-bank devisa milik swasta kita mencapai rata-rata 15 kali -- yang sesungguhnya masih lebih baik ketimbang bank pemerintah yang rata-rata 48 kali, bahkan ada yang 70 kali. Misalkan kredit macet, dari mana bank itu harus menutup tabungan, deposito, giro dan pinjaman jangka pendek dari lembaga lain (deposit on call serta call money) yang sudah dipinjamkannya kepada debitur? Aturan kecukupan modal sampai 8 persen, sesuai standar Bank for International Settlement (BIS), itu juga makin membuat perbankan kita lebih menahan diri menyalurkan kredit. Agar nilai modal yang harus disuntik tidak kian membengkak untuk mencapai rasio 8 persen. Elusan dan pukulan bergantian memang membuat guncang. Namun, deregulasi dan regulasi itu bisa juga berarti ujian untuk menyaring mana yang kukuh dan sehat. Mana pula yang tidak laik hidup. Keinginan untuk menguji dan kesediaan untuk diuji serta timbulnya perhatian yang luas terhadap proses ujian yang terjadi, agaknya, adalah sebuah pertanda. Yakni, kita -- atau sebagian dari kita -- sudah tambah makmur. Sudah mulai banyak yang punya sisa uang untuk ditabung atau dideposito. Sudah mulai banyak yang menjadi wiraswasta. Sudah mulai banyak yang membutuhkan bank. Sehingga apapun yang terjadi, seperti pada kurun Oktober 1988 sampai 1991 -- sebuah episode yang paling kisruh sepanjang sejarah perbankan kita, gampang mengundang keterlibatan masyarakat yang sudah tambah makmur itu. Mungkin lantaran sebagian kita makin makmur itulah yang menyebabkan perburuan dana masyarakat terus digenjot. Malahan sesudah Gebrakan Sumarlin, perang antar bank makin gencar. Sebab, berkat gebrakan itu ratusan juta dollar milik orang Indonesia yang diparkir di bank-bank luar negeri -- antara lain lantaran spekulasi devaluasi -- ditarik pulang oleh pemiliknya untuk dirupiahkan. Dan rush pembelian dollar terhenti dengan sendirinya. Apresiasi rupiah terhadap dollar AS tak bakal mampu menandingi meroketnya bunga deposito rupiah (sampai 30 persen) di kandang sendiri. Setelah pasar uang kekeringan likuiditas lantaran kontraksi Rp 8 trilyun, kini para pelaku pasar itu harus berpacu meraup dana, antara lain, ratusan juta dollar yang pulang kandang. Maka, sekarang kita dapat menyaksikan perang yang makin lama kian seru. Senjatanya, tawaran ragam produk baru dengan aneka perangsang. Bunga tinggi, perpaduan dengan asuransi, transaksi jarak jauh, komputerisasi, tak ketinggalan hadiah dan bonus. Namun, satu hal yang tak dapat digantikan oleh perangsang apa pun: adalah kepercayaan -- unsur maha penting dalam kehidupan sebuah bank. Sialnya, mengiklankan kepercayaan tak segampang mengiklankan perangsang produk bank. Bukan saja mengundang nasabah, ternyata iklan-iklan itu juga terkadang merangsang tawa. Tapi, barangkali, tawa itu kini memang perlu. Agar rasa cemas surut sesaat -- ketika memilih produk yang tepat, di tengah guncangnya perbankan kita. . Bank Central Asia Menyimpan Tenaga Dalam Bank pelopor tabungan berhadiah setengah milyar ini tidak pernah kekurangan ide untuk menjaring dana. Produk orisinilnya, menggaet deposito dengan menggandengkan dua mata uang dan berbunga tunggal. BANK Central Asia (BCA), menurut ranking Perbanas tahun 1990, masih tetap teratas di antara lebih seratus bank swasta. Assetnya per Juni 1991, menurut Presiden Direktur BCA Abdullah Ali, Rp 7,6 trilyun -- di atas dua kali lebih besar dibanding bank peringkat kedua. "Kami bisa begini besar hanya karena kepercayaan masyarakat dari segala lapisan, di kota besar sampai kota kecil," lontarnya. Ucapan pensiunan Direktur Muda Pengawasan Bank Indonesia itu setidaknya dapat tercermin dari dana masyarakat yang berhasil dihimpunnya. Sampai 12 Juni 1991, total tabungan yang dijaringnya Rp 1,339 trilyun. Deposito Rp 3,638 trilyun dan deposito dalam valuta asing mencapai (kurs tengah, 12 Juni) Rp 1,390 trilyun. Giro rupiah mencapai 813 milyar. Sedangkan giro dalam valas, Rp 72 milyar. Bank yang turut dimiliki taipan Liem Sioe Liong ini mampu menjaring dana sedemikian besarnya, di samping lantaran, seperti kata Abdullah Ali, " kepercayaan masyarakat," juga karena luasnya jaringan cabang. Jumlahnya sudah 300 cabang, menjangkau kota-kota kecil seperti Batu, Malang, sampai metro polis macam New York. Dalam hal jumlah cabang, BCA hanya kalah oleh BRI -- yang memang luas sayapnya dengan BRI Unit Desa. Pilihan untuk merentang sayap lebar-lebar itu bukan tanpa alasan. "BCA tak hanya mengerling dana orang-orang kaya. Jangan kira petani apel di Batu bukan nasabah yang potensial," ujar Abdullah Ali mantap. "Kami tak pernah menyepelekan potensi dana masyarakat kecil dan petani, walaupun nilainya per nasabah puluhan ribu saja," lanjutnya. Itu pula sebabnya mengapa BCA bahkan mau melayani tabungan dengan simpanan awal Rp 500. Produk yang mulai ditawarkan Juli ini dengan nama Tabanas BCA itu, "merupakan tabungan paling pas untuk anak-anak dan pelajar," ujar Barry G. Lesmana, General Manager Consumer Banking Division BCA. Dengan setoran awal sebesar itu, "Anak-anak tak perlu menunggu uangnya terkumpul banyak untuk menabung di bank," sambungnya. Sehingga diharapkan, "Rasa cinta menabung dapat ditumbuhkan sejak dini pada anak-anak." Dengan daya tarik buku tabungan ukuran saku yang ditempeli pas foto sang penabung, melalui produk ini BCA hendak memberi kebanggaan pada anak-anak dalam memiliki rekening bank, melakukan transaksi dengan tanda tangan sendiri, dan menghitung bunga (20 persen setahun berdasarkan saldo harian yang dibukukan sekali sebulan). "Sisa uang saku mereka memang tak seberapa. Tapi kalau anak-anak Indonesia mau menabung, potensi dana pada segmen ini luar biasa besarnya," papar Barry. Produk-produk consumer banking BCA memang menunjukkan kelihaian bank ini menyedot dana masyarakat. Tahapan yang kini bunganya dihitung berdasarkan saldo harian dan kesohor berhadiah total Rp 500.000 itu kini diberi pula tambahan hadiah langsung. Bila hadiah uang diundi dari nomor yang diperoleh berdasarkan perhitungan saldo tabungan, maka hadiah langsung berupa emas ini diberikan berdasarkan jumlah bunga yang dipetik nasabah. Paling sedikit Rp 100.000 bunga, yang dihasilkan dalam satu bulan langsung atau akumulasi bunga dari beberapa bulan (pergantian tahun tak mempengaruhi perhitungan kumulatif bunga), berhak mendapatkan buah bunga berupa emas. Makin besar nilai bunga, makin berat buah emas yang diperoleh. Seluruhnya tersedia buah emas dalam delapan kategori berat, dari 0,5 sampai 64 gram. Bukan hanya itu. "Kini nasabah Tahapan otomatis terdaftar sebagai peserta asuransi kecelakaan tanpa membayar premi. Nilai tanggungannya mencapai Rp 15 juta," papar Barry. Bagi nasabah yang lebih sensitif pada tingkat bunga, umumnya pemilik dana besar, BCA menyediakan Tabungan Prestasi yang berbunga tinggi. Produk ini tidak memberikan hadiah atau bonus kecuali keleluasaan mengambil dana tanpa batas. Pengambilan pun mudah dilakukan dengan kartu BCA Cash pada 35 ATM (mesin teller) bank ini di Jakarta. Nasabah rekening koran juga mendapat rangsangan bonus yang diundi. Tujuh puluh satu pemenang undian mendapatkan satu sedan mewah Baby Benz (Mercedez) 230 E, 20 Suzuki Futura, dan 50 sepeda motor Suzuki. Sudah berlangsung satu periode, rekening berbonus itu kini memasuki periode kedua: Juni sampai September. "Satu nomor undian," ujar Barry, "diberikan pada nasabah yang memiliki setiap kelipatan Rp 1 juta dari saldo rata-rata pada rekening rupiah dalam tiap bulannya." Produk bank sekarang, rupanya, memang tak bisa jauh dari perangsang. Bahkan deposito atas unjuk (sertifikat deposito) BCA, yang bernama keren: Central Save, juga berhadiah. Setiap lembar sertifikat deposito ini berharga Rp 1 juta. Pemegangnya mendapat satu nomor untuk diundi sekali tiga bulan. Hadiahnya, total Rp 500 juta. Dari semua produk yang kini ditawarkan bank ini, adalah Deposito Duet yang tampaknya paling menarik perhatian. Produk ini memungkinkan deposan menyimpan dana dalam dua mata uang rupiah dan dollar AS sekaligus. Dengan minimal Rp 2 juta, separuh dalam rupiah dan separuh lagi diamankan dalam bentuk dollar AS, Anda dapat mengikuti deposito ini. Produk yang baru pertama kali ada di Indonesia ini, agaknya, diluncurkan dengan sasaran menjaring pemilik dana yang ragu-ragu. Mereka yang, kata Abdullah Ali, "Tidak punya banyak uang, tapi ingin punya valas." Golongan ini umumnya khawatir nilai rupiah anjlok terus, sementara mau bermain valas dananya tanggung. Menggiurkan, karena perhitungan bunganya menggunakan suku bunga tunggal -- tanpa membedakan mata uang. Padahal suku bunga deposito dollar AS sekarang paling banter 9 persen. "Kami menawarkan bunga 18 persen setahun untuk depositi 1, 3, dan 6 bulan. Sedangkan untuk 12 bulan, 17 persen," beber Barry. Tetapi rupiah sang deposan juga dikenai suku bunga sama, kendati bunga rupiah kini sedang tinggi: pukul rata 25 persen. Juga menarik adalah digunakannya kurs tengah Bank Indonesia untuk penukaran dua mata uang tersebut. Sehingga, "kerugian nasabah, yang umumnya terjadi karena perbedaan nilai beli dan nilai jual mata uang, dapat dihindari," lontar Barry. Keunggulan bank ini bukan cuma tampak pada produk-produk tadi. Prestasi BCA Card Center ikut mendongkrak penampilannya. Mengeluarkan tiga jenis kartu kredit: BCA Card, Master Card dan Visa Card, divisi ini telah mampu menggaet 150 ribu. Pemegang kartu card holder. "Kartu kredit itu dapat diterima di 13.000 tempat penjualan," ungkap Willy Santoso, MBA, General Manager BCA Card Center. "Dari toko cindera mata sampai hotel bintang lima," sambungnya. Di samping mengeluarkan sekaligus mengelola tiga kartu itu, BCA juga mengelola (tidak mengeluarkan) JCB Card, kartu kredit yang sangat luas dipergunakan di Jepang. Pemikat khusus diberikan pada pemegang BCA Card. Yakni, otomatis mendapat tanggungan asuransi perjalanan sampai Rp 600 juta bila tiket perjalanan itu dibeli dengan menggunakan BCA Card. Dan pemegang kartu, "dapat menarik uang tunai pada 300 cabang BCA di seluruh Indonesia," kata Willy. Sederet prestasi itu, menurut Abdullah Ali, tak mungkin diraih tanpa dukungan profesionalisme dan kesadaran memanfaatkan teknologi. Misalnya komputerisasi pada semua jenjang manajemen BCA. "Bahkan kami akan segera menyewa saluran satelit Palapa untuk keperluan intern kami," ungkapnya. "Pengaturannya masih digodok bersama Depparpostel dan Perumtel," sambungnya bangga. Dengan saluran komunikasi itu, "semua jaringan BCA sampai yang terjauh bisa on line." Pria ramah ini percaya, bank yang dinilai sehat sejak tahun 1980 ini akan lebih maju di masa mendatang. Meski CAR bank ini hanya 4,4 persen (data Perbanas 1990), ia tak khawatir banknya akan sekarat bila tiba-tiba dilanda -- misalnya -- banyak kredit macet. Menurut Abdullah Ali, bank yang posisi loan deposit rasionya 94 persen (data Perbanas 1990) ini masih memiliki modal besar yang tidak tampak dalam neraca. Yakni, nilai ratusan kantor cabang. "Dalam pembukuan, kekayaan itu dihitung mengalami penyusutan. Padahal faktanya tanah lokasi ratusan bangunan itu tak pernah turun harganya," ujarnya bangga. "ltulah tenaga dalam simpanan kami yang tak diperhitungkan orang," sambungnya dengan senyum lebar. . Bank Internasional Indonesia Tumbuh Dengan Kepercayaan Produknya lahir dari inovasi manajemen profesional. Rating lembaga internasional menempatkan bank ini pada klasifikasi terbaik di antara semua bank swasta kita. SEBUAH bank telah merontokkan sebuah peribahasa tua. 'Sedia payung sebelum hujan' kini harus berubah menjadi 'Sedia kantung sebelum hujan'. Memang, siapa yang mau menepis hujan, bila hujan berupa emas? Begitulah kira-kira logika yang ingin disodorkan oleh iklan Super Deposito Bank Internasional Indonesia (BII). Promosi jeli -- dengan lebel: Hujan Emas BII -- itu menawarkan pemikat undian berhadiah serta hadiah langsung emas batangan dan perhiasan. Di samping, tentu saja, suku bunga menarik yang dibayar setiap pekan. Minimal dengan menempatkan Rp 1 juta untuk jangka sebulan, deposan akan mendapatkan 1 poin emas. Poin inilah yang harus dikumpulkan deposan untuk mendapatkan hadiah langsung. Perolehan poin didasarkan pada nilai dan jangka waktu deposito. Kemudian jumlah perolehan poin digolongkan dalam 10 kategori yang tersedia. Tiap-tiap kategori menyediakan hadiah yang berbeda nilainya. "Deposan bisa memilih sendiri hadiah langsung. Bila ingin yang terbaik, maka kumpulkan 9.000 poin," lontar Indra Widjaja, Presiden Direktur BII. Perhiasan-perhiasan itu, menurut pria sederhana kelahiran Ujungpandang ini, hasil rancangan disainer-disainer perhiasan ternama di negeri ini. "Seorang di antaranya adalah disainer Indonesia pertama yang mendapat penghargaan Gold ltali '88," ungkapnya. Akan halnya hadiah emas batangan, diundi empat bulan sekali. Deposan diberi nomor undian juga berdasarkan perhitungan nilai dan jangka waktu deposito. Setiap periode penarikan, bank yang kini berusia 32 tahun ini menyediakan hadiah total 15 kilogram emas. Meski tidak diikutkan dalam program 'Hujan Emas BII', Super Deposito dapat diikuti oleh deposan yang lebih tertarik menyimpan deposito Yen (dalam rupiah) dan deposito Dollar (dalam US Dollar). Perangsangnya, "Bunga yang kompetitif," cetus Indra. Beberapa produk lain dari bank milik keluarga taipan Eka Tjipta Widjaja, Bos Grup Sinar Mas Bimoli, ini memang menunjukkan kecermatan manajemen dalam mengail dana masyarakat. Sensifitas masyarakat pada hadiah dirangsang keras dengan hadiah dua lapis itu. Sedangkan sensitifitas pada suku bunga dan pada perubahan nilai uang digelitik dengan kemungkinan deposito dalam valas. Lalu, semua itu dikemas dalam satu produk yang kompak. "Kelebihan seperti ini, pada bank lain, hanya bisa diperoleh jika nasabah mengikuti tabungan dan deposito sekaligus. Di BII, sudah terpadu hanya dalam deposito," papar Indra. Bank yang dicita-citakan oleh Eka Tjipta Widjaja sebagai super market lembaga keuangan ini, di sektor consumer banking memang menawarkan produk lengkap. Kecuali deposito tadi, masih ada Tabungan Kesra. Tabungan ini berhadiah total Rp 500 juta. Banyaknya nomor undian diperhitungkan berdasarkan saldo rata-rata bukan saldo terendah. Kecuali itu, BII juga siap disibukkan oleh nasabahnya yang tak mau repot membayar telepon, umpamanya. Pembayarannya cukup dengan mendebet rekening nasabahnya tanpa dikenakan biaya, sepanjang pemilik rekening memberi kuasa. Keunggulan produk bank beraset Rp 2,9 trilyun (data Perbanas 1990) ini juga tampak dari luasnya pemakaian kartu kredit yang dikeluarkannya. Sepuluh persen dari total kartu kredit Visa dan Master yang beredar di Indonesia adalah share BII. Market share itu diraih dengan kiat yang, seperti kata Indra Widjaja, "belum pernah dijalankan di sini, ketika BII mulai memperkenalknannya." Kiat -- yang dulu -- baru itulah yang menjadi daya tarik utama BII Visa Card dan BII Mastercard. Kiat itu, misalnya, card holder (pemegang kartu) salah satu kartu itu, otomatis mendapatkan pula satu kartu lainnya. Dan iuran untuk satu kartu kredit sudah sekaligus berarti membayar untuk dua kartu tadi. Dari segi fungsi, BII telah merancang dua kartu itu menjadi benar-benar serba guna. Tidak saja sebagai charge card -- untuk membayar suatu transaksi yang dapat dilunasi sebesar jumlah transaksi pada akhir bulan, seperti lazimnya fungsi semua kartu kredit. Tetapi juga dapat menjadi kartu kredit pada saat penagihan -- bukan saja pada waktu transaksi. Artinya, pelunasan tagihan dari BII Card Center kepada pemegang kartu, sesuai jumlah transaksi yang dibuat, dapat diangsur dalam beberapa bulan. Fungsi yang sama diberlakukan juga pada penagihan akibat penarikan uang tunai yang menggunakan dua kartu ini. Lebih dari keuntungan itu, fungsi lain sebagai savings card (kartu tabungan) menyebabkan dua kartu kredit -- yang bebas uang pangkal -- itu agak khas dibanding kartu kredit lain. Apalagi terbuka kesempatan menabung dalam 11 mata uang, "Dengan bunga yang menarik," lontar Indra. Inovasi manajemen Bll, rupanya, memang tak pernah berhenti. Dengan lisensi Master International (yang mengeluarkan Mastercard), bank ini mengeluarkan Elle Card dan The Banker's Card. Market segment dua kartu baru ini memang lebih terbatas pada kalangan tertentu. Elle untuk wanita. Sedangkan sasaran The Banker's bisa ditebak, para eksekutif perbankan. Sama seperti BII Mastercard, Elle dan The Banker's juga memiliki aneka manfaat. Laiknya credit card yang dikeluarkan Master, dua kartu eksklusif ini diterima di 200 ribu bank pemegang lisensi Master dan di 30.000 Mastercard ATM di seluruh dunia. Khusus untuk di Indonesia, pemegang dua kartu ini mendapat fasilitas rabat (discount) pada beberapa merchant yang menerima Mastercard. Luasnya penggunaan dan banyaknya jenis kartu kredit BII, dengan segmen umum dan khusus tadi, maka tak terlalu keliru anggapan Indra Widjaja, "kartu kredit BII adalah produk yang mampu memberikan nilai khusus dan meningkatkan citra bank kami," katanya. Bank devisa ini memang layak bangga pada citra kemampuannya. Bila kemampuan perbankannya tidak cukup baik, sangat mustahil lembaga sekelas Master International mau membuka pintu untuk kerjasama dalam menerbitkan Travelers Cheque, misalnya. Kepercayaan pada kemampuan Bll ini makin berarti jika disimak bahwa cuma bank ini di Asia Tenggara yang ditunjuk untuk mengeluarkan Travelers Cheque Mastercard. Maka, adalah wajar bila kemudian bank ini diakui prestasinya bahkan secara internasional. Januari 1991 BII mendapat rating BBB dari Capital Information Service (CIS). Rating yang diperoleh bank dengan ROA 2,39 persen (data Per- banas 1990) ini adalah yang -- tak perlu kaget! -- tertinggi di antara seluruh bank devisa milik swasta di Indonesia. Dalam dokumen yang disebarkan oleh CIS itu, tak tampak ada bank kita, baik milik pemerintah maupun swasta, yang mendapat rating AAA -- rating terbaik. Rating tertinggi hanya sampai A Minus -- yang diraih oleh sebuah bank pemerintah, satu peringkat di atas rating yang diperoleh Bll. Dan validitas rating itu tampaknya tak perlu diragukan. Penilaian itu dikeluarkan setelah CIS -- sebuah lembaga penilai perbankan internasional -- melakukan riset mendalam terhadap bank-bank devisa milik pemerintah maupun swasta di Indonesia. "Kami bekerja untuk kepentingan ratusan bank di Eropa, Amerika, dan Jepang," ujar Philippe F. Delhaise, General Manager CIS pada TEMPO. Riset itu dijalankan untuk mengetahui kesehatan bank kita. "Mereka ingin tahu, apa risikonya jika berhubungan dengan bank di Indonesia," sambung Delhaise. Meski perbandingan deposito dengan kredit (loan to deposit ratio)-nya mencapai 122 persen (data Perbanas 1990), BII memiliki posisi CAR 11,5 persen (data Perbanas 1990). Kehandalannya dalam mencetak laba dan kestabilan perkembangannya dapat dilihat dari rentabilitas usaha (ROA-nya yang mencapai 2,39 persen (data Perbanas 1990). Posisi ROA BII ini masih lebih baik ketimbang ROA bank pemerintah yang mendapat rating A Minus tadi, yang ROA-nya hanya 1,24 persen. Juga jauh lebih baik ketimbang ROA rata-rata bank pemerintah, yang hanya 0,62 persen. Menyadari kemampuannya, layaklah bagi BII bercita-cita seperti kata Indra Widjaja, "untuk tumbuh makin besar di masa mendatang." Akan halnya regulasi pencapaian CAR, misalnya, "saya percaya, akhirnya akan berguna juga bagi perbankan. Sebab, hanya dengan begitu bank yang benar-benar sehat akan terlihat. Dan mampu tumbuh terus dalam masa-masa ketat ini," ujarnya tandas. . NUSA BANK Butik Di antara Toko Serba Ada Kecil tapi sehat. Efisien pula. Nasabahnya datang dari kalangan atas. Produknya tak menawarkan pemikat yang berlebihan. Tapi, layanannya membuat nasabahnya berpikir panjang untuk hengkang. MENJADI yang lain di antara gejala umum bisa merupakan sebuah keunggulan. Dan daya tarik. Itulah yang kini melekat pada citra Nusa Bank. "Kami ibarat sebuah butik di antara banyak sekali toko serba ada," lontar B. Sarwito Kusmuljono, Presiden Direktur Nusa Bank. Pada usiaya yang baru setahun lebih, prestasi bank yang lahir dari rahim Grup Bakrie & Brothers ini sesungguhnya sudah mengesankan. Dengan modal hanya Rp 11,6 milyar (data Perbanas 1990), berhasil menghimpun aset Rp 115,5 milyar (data Perbanas 1990). Banyak bank yang lebih tua, dengan jaringan cabang yang lebih luas, dan modal yang sama besarnya, tetapi tak berhasil menghimpun aset setinggi yang dicapai Nusa Bank. Benar, melihat prestasi bank tidak dapat hanya dari posisi asetnya. Mengingat pada aset masih terkandung risiko -- misalnya kredit. Namun, sesuai persyaratan Bank for International Settlement/BIS (baca: Bank Kita, Sebuah Episode), Nusa Bank berada pada posisi aset yang sehat. Modalnya dibanding asetnya yang mengandung risiko (Capital Adequacy Ratio -- CAR) menapak di posisi 10,1 persen. Artinya, itu sudah lebih baik dari yang ditetapkan pemerintah bagi semua bank yang harus mencapai minimal CAR 8 persen pada akhir 1993. Dibandingkan bank lain yang aset dan modalnya sama, 'butik' yang beroperasi dengan hanya dua jaringan cabang pembantu ini memiliki kemampuan mencetak laba cukup baik. Data Perbanas 1990 mencatat, bank ini tahun lalu meraih laba Rp 758 juta. Provit marginnya mencapai 5,3 persen. Padahal, ada banyak bank bermodal lebih dari Nusa Bank yang mencetak laba jauh lebih rendah. Dan laba itu diraih dari operasi dengan strategi yang hati-hati. Ini dapat dilihat pada, antara lain, loan to deposit ratio (LDR) nya yang berada pada tingkat ideal: 74 persen. Bandingkan dengan bank-bank tertentu di papan atas yang hanya meraih laba sedikit di atas Rp 100 juta -- yang antara lain diperolehnya dari operasi dengan LDR selangit, mencapai 245 persen, sementara asetnya lebih satu trilyun. Itulah antara lain bukti efisiennya Nusa Bank. "Efisiensi memang jadi satu kebanggaan kami," cetus Kusmuljono. Tetapi efisiensi bukan berarti manajemen bank ini lantas tidak menghiraukan mutu layanannya. Kami ingin mutu layanan bahkan tetap bisa terus meningkat dalam gerak yang efisien," sambung pria yang meraih MBA dari University of Southern California, USA itu. Tak heran kalau kemudian nasabahnya terdiri dari pribadi-pribadi yang tidak sekedar tergiur oleh pemikat hadiah dan bonus. "Nasabah kami lebih intelek. Lebih sensitif pada tingkat bunga dan kepuasan terhadap layanan," ungkap Kusmuljono. Artinya, "Walaupun, misalnya, tingkat bunga kami sedikit lebih rendah, hal itu belum tentu membuat mereka lari dari bank ini. Karena masih ada yang lebih dari bunga yang mereka dapatkan," lanjut mantan Manager Credit & Marketing, Chase Manhattan Bank, New York, itu. Selain bunga yang menarik, Nusa Bank memang menomorsatukan kemudahan, keterbukaan dan layanan pribadi pada nasabahnya. "Isi perut bank ini boleh diketahui nasabah. Tak ada yang perlu kami tutup-tutupi. Karena hanya dengan begitu kami bisa mendapat kepercayaan nasabah," papar Kusmuljono. Pria ramah yang pernah menjabat General Manager Ficorinvest ini memang, menurut pengakuannnya, selalu membeberkan posisi keuangan banknya kepada nasabah yang memerlukannya. "Agar mereka tak ragu-ragu menjadi nasabah kami," katanya. Dengan menghandalkan kepercayaan nasabahnya -- "bahwa cukup aman untuk mempercayakan dananya pada kami," kata Kusmuljono -- dan layanan pribadi yang terbuka, tanpa pemikat yang berlebihan itulah, Nusa Bank meluncur dengan beberapa produknya. Bahkan bank ini berani menawarkan jasa-jasanya dengan mengakui hanya memberi "fasilitas menarik dan sederhana," ujarnya bangga. Kesederhanaan fasilitas ini, masih menurut Kusmuljono, "menunjukkan kami mengutamakan keamanan dana nasabah. Tidak kalap mencari dana dengan mengorbankan tingkat keamanan dana." Kiat ini misalnya ditunjukkan bank ini pada produk Deposito Optimal atau yang lebih populer dengan Nusa Depo. Pemikatnya sederhana saja, bahkan boleh dibilang konservatif di tengah gejala jor-joran perburuan dana. Yakni, suku bunga menarik yang dapat ditarik setiap bulan, dapat dijadikan jaminan kredit dan fasilitas automatic roll over. Begitu deposito jatuh tempo, sang nasabah tak perlu repot lagi memperpanjang depositonya, karena bank akan membukukannya langsung untuk periode berikutnya kecuali ada permintaan lain dari deposan. Demikian pula fasilitas yang ditawarkan dalam produk Rekening Koran Effektif, yang lebih dikenal dengan Nusa Giro. Tak ada yang istimewa. Sama halnya pada tabungan bank ini. Kalaupun ada yang sedikit luar biasa, adalah bunganya yang 25 persen per tahun. Namun, tingkat bunga ini pun tak dapat lagi dikatakan sesuatu yang luar biasa. Sebab, tingkat bunga kini memang berkisar antara 25 sampai 27 persen. Sikap tak mau larut dalam arus perang meraup dana dengan senjata pemikat hadiah dan bonus itu dapat juga menunjukkan kepercayaan diri yang teguh. "Tanpa hadiah dan bonus kami masih tetap dipercaya nasabah", ujar Kusmuljono. "Dan kami tak ingin merusak kepercayaan itu hanya untuk meraih keuntungan sesaat -- yang kemudian bahkan mungkin dapat menjerumuskan kami ke dalam keadaan yang tidak sehat," beber Kusmuljono dengan tandas. "Sekali bank tidak sehat, kepercayaan nasabah tidak bisa dibeli. Memulihkannya butuh waktu lama," sambungnya. Gerak bank yang dipimpinnya tak pelak lagi menampakkan keteguhan pada strategi yang dipilih dan diyakininya terbaik bagi nasabahnya. Sebuah keteguhan sikap yang tak mudah di tengah iklim persaingan yang amat keras. Namun, boleh jadi, justru karena keteguhan itu Nusa Bank -- yang punya motto: Untuk Insan Nusantara Berwawasan Internasional -- tetap mendapat respek nasabahnya dan disegani kompetitornya. . Sampoerna Bank Untuk Yang Menengah Dan Kecil Usia setahun bukan berarti kualitas produk dan layanan kalah dari bank berumur puluhan tahun. Tidak sekedar kredit tetapi consulting bank bagi nasabahnya. APA hubungan bank dengan 'revolusi' pemikiran? Jawabannya ada pada pemilik Sampoerna Bank. Generasi pertama dan kedua pemilik Kelompok Usaha Sampoerna yang mendirikan bank ini -- membangun kerajaan bisnisnya tanpa sepeserpun pinjaman dari bank. Ketika Putera Sampoerna (generasi ketiga) sudah ditampuk kekuasaan, dan hendak meminjam kredit bank untuk diversifikasi, Aga Sampoerna -- sang ayah berang. Dia mengutip lagi ucapan ayahnya -- kakek Putera Sampoerna: "Jangan minta kredit pada bank. Sebab, bank adalah sahabat baik yang tega melihat kamu hancur dan bangkrut." Dua generasi sudah Kelompok Sampoerna, yang berkibar sejak 1913 itu, 'mengharamkan' kredit bank. Tetapi kini mereka justru yang membuka bank. Sebuah pemberontakan dan penjungkirbalikan sikap yang dahsyat. PT Bank Sampoerna International, begitulah nama lengkapnya. Lebih akrab dengan sebutan: Sampoerna Bank. Umurnya baru setahun, pada 16 Juni 1991 lalu. Namun, "Usia tak menentukan kualitas produk dan layanan," kata John Rachman Presiden Direktur Sampoerna Bank. Deposito Poendi Teratai, misalnya, yang diilhami oleh situasi uang ketat setahun belakangan. Dalam situasi pasar uang sedang sekarat, suku bunga rata-rata bergerak naik. Kenyataan ini menyebabkan pemilik uang agak menahan diri mendepositokan uang terlalu lama. Khawatir bunga yang bergerak naik tak bisa dinikmati. Sebab, lazimnya bunga deposito yang dikenakan adalah suku bunga awal. Dan itu berlaku terus sampai jatuh tempo. Sehingga kenaikan suku bunga baru hanya dapat dinikmati setelah jatuh tempo. Kekhawatiran atas kemungkinan rugi itulah yang dimanfaatkan bank ini. Kiatnya, "Setiap minggu bunga akan selalu disesuaikan mengikuti suku bunga yang berlaku saat itu. Apabila ada kenaikan suku bunga maka bunga pun ikut naik secara otomatis, papar F.X. Budhi Moeliono S. Direktur Sampoerna Bank. Sebaliknya, jika suku bunga pasar uang cenderung menurun terus, "Kami menjamin bahwa bunga deposito sebelum jatuh tempo tidak akan lebih rendah dari bunga awal," sambung Budhi. Kiat itulah yang kini terkenal dengan ungkapan: "Bisa naik, nggak bisa turun." Selain keuntungan itu, kepada deposan Poendi Teratai masih diberikan bonus 0,75 persen p.a. Bonus ini hanya diberikan pada deposan yang meyimpan uang dalam jumlah tertentu. "Makin besar deposito, makin besar pula bonus yang diberikan," lontar Budhi. Produk tabungan bank dengan posisi CAR 37,8 persen (data Perbanas 1990) ini tak kalah unik dan memikat. Sebab, Poendi Sejati -- nama tabungan itu, "Selain memberikan bunga seperti lazimnya tabungan bank-bank lain, kami juga memberikan buah," singkap Budhi. Tabungan dengan jangka waktu tertentu ini, dari 10 bulan sampai 30 bulan, memberi kesempatan nasabah untuk menentukan sendiri jumlah setoran. Batas minimumnya Rp 45.000 tiap-tiap bulan. Untuk penabung yang memilih jangka waktu 10 bulan, akan mendapat buah 1 kali jumlah setoran tabungan bulanan. Sehingga, "penabung 10 bulan, misalnya, pada saat jatuh tempo akan menerima kembali tabungannya sejumlah 11 kali setoran. Yakni, 10 kali setorannya plus buah 1 kali setoran. Akan halnya bunga tabungan, dibayarkan pada tiap-tiap akhir bulan. Dan perhitungannya, berdasarkan saldo harian. Bank beraset Rp 80,3 milyar (data Perbanas 1990) ini, memang pantas bangga pada produk-produknya. Layaklah John Rachman mengaku, usia tak dapat mencerminkan kualitas produk dan layanan sebuah bank. Lihatlah, misalnya, produk Sampoerna Card. Kartu kredit ini diterbitkan, "dengan sangat memperhatikan faktor kemudahan dan kepuasan cardholder (pemegang kartu). Buktinya, hanya dengan satu kartu itu, pemegangnya dapat menggunakan untuk sekaligus tiga keperluan. Disebut: 3 in One, maksudnya Sampoerna Card dapat berfungsi sebagai kartu kredit, Automated Teller Machine (ATM) dan Automated Teller Person (ATP). Sebagai kartu kredit, fungsinya ganda. Untuk membayar produk merchant yang menerima kartu ini. Dari toko-toko besar sampai pompa bensin. Fungsi yang lainnya, sebagai kartu untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Sehingga tagihan dari bank kepada pemegang kartu dapat dicicil. "Fleksibel," lontar Raymond Yauwenas, Direktur Sampoerna Bank. Sedangkan sebagai ATM/ATP, Sampoerna Card dapat dipakai untuk menarik uang tunai, penyetoran, instruksi pemindahbukuan, instruksi berkala, dan pengecekan saldo. "Semua transaksi ini dapat dilakukan dalam 24 jam," ungkap Raymond. Mesin teller Sampoerna Bank kini sudah menyebar di beberapa tempat strategis di Jakarta. Tercakup dalam fasilitas untuk cardholder, yang menarik adalah: asuransi untuk istri/suami pemegang kartu dan semua anak-anaknya. Kecuali itu, pemegang kartu tiap-tiap bulan mendapat laporan keuangan yang komprehensif. Laporan komprehensif ini disusun berdasarkan klasifikasi penggunaan dana pemegang kartu. Itu pun masih disertai rincian total dari tiap-tiap klasifikasi pengeluaran. Dan masih dilengkapi rincian total pengeluaran bulan sebelumnya. Sehingga, "pemegang kartu dapat membandingkan pengeluaran bulanannya. Juga membandingkan pengeluaran per pos klasifikasi," beber Raymond. "Laporan itu memang sangat memudahkan pemegang kartu dalam mengontrol pengeluarannya," lanjutnya. Demikian lengkap dan mudah dipahaminya laporan pengeluaran itu, maka fungsi yang dilakukannya, kata Raymond, "sama seperti accountant pribadi" -- begitulah motto iklannya. Produk-produk khas itu tidak mungkin lahir bila manajemen bank ini tak didukung teknologi perbankan. "Telah diinvestasikan lebih dari US$ 2 juta untuk teknologi komputer. Teknologi kami belum dimiliki bank lainnya di sini," ujar Rachman. Teknologi itu adalah fault tolerance machine dengan kemampuan on-line dan real-time processing. Lebih dari sekedar dukungan teknologi canggih, adalah dukungan tenaga-tenaga profesional. "Kami telah merekrut dan mendidik lebih 100 orang sarjana. Dan setiap tahunnya, kami merencanakan untuk terus merekrut dan mendidik sekitar 100 sarjana. Tujuan kami, menjadikan mereka well rounded bankers yang profesional," papar Rachman. Upaya serius itu memang dibutuhkan. Sebab, "Sampoerna Group telah menggariskan komitmen bahwa bank ini harus menjadi bank terkemuka, independen dan dikelola secara profesional," beber Rachman. Untuk memenuhi komitmen itu, manajemen puncak grup ini, "menyuntik modal cukup besar. Rp 50 milyar," lanjutnya. Kekuatan pendanaan itu sebagian besar akan digunakan untuk membantu pengusaha menengah ke bawah dan individu kelas menengah. "Mereka belum banyak disentuh banyak bank. Padahal potensinya luar biasa," kata Rachman. Untuk menjalankan strateginya, bank yang beraset Rp 80,3 milyar (data Perbanas 1990) ini akan mengalokasikan 70 persen dari asetnya untuk pengusaha. Sisa aset dialokasikan kepada individu. "Tiga puluh persen dari aset yang dialokasikan untuk pengusaha, akan diarahkan kepada usaha kecil -- yang standarnya berdasarkan Bank Indonesia," tutur Rachman. Menyadari usaha menengah sampai kecil masih memerlukan pembenahan manajemen, menurut Rachman, banknya tidak akan sekedar memberikan kredit. "Sedapat mungkin Sampoerna Bank ingin menjadi consulting bank bagi nasabahnya. Kami juga akan mengalokasikan aset ke dalam partisipasi modal, terutama pada perusahaan menengah kecil," katanya. Sebuah gagasan segar di tengah ketatnya dana dan langkanya investasi baru. . Bank Universal Menjadi Sahabat Nasabah Inilah ujud penggabungan dua potensi perbankan swasta nasional. Produk dan layanannya mengutamakan kebutuhan pribadi dan perhatian mendalam kepada nasabahnya. BANK Universal tepat sepekan silam berusia setahun. Tetapi, bukan lantas berarti miskin pengalaman. Sejarah panjang dan pengalaman perbankan sudah dijaringnya sejak tahun 1950-an. Ia memang lahir dari sebuah perkawinan Bank Perkembangan Asia (BPA) dan Bank Kredit Universal (BKU). Penggabungan ini bertujuan menciptakan sinergi dari sumber-sumber yang ada pada kedua bank swasta nasional tadi. Sehingga bank baru yang dilahirkan memiliki permodalan kuat, manajemen lebih baik dan wilayah operasi lebih luas. Dengan tiga unsur pendukung utama itulah bank yang beraset Rp 928,7 milyar (data Perbanas 1990) ini mengail dana masyarakat dan membantu masyarakat dengan kreditnya yang ditawarkannya. Memang, jasa consumer banking bank -- dengan jaringan 21 cabang di 13 kota -- ini, ada yang bersifat funding ( penghimpun dana) dan kredit (pelemparan dana). Produk yang funding meliputi tabungan, deposito dan rekening koran. Sedangkan kredit yang ditawarkan Bank Universal adalah kredit kendaraan bermotor, kredit personal dan profesi serta kredit pemilikan rumah. Menurut Stephen Z. Satyahadi, Presiden Direktur Bank Universal, tabungan dari banknya merupakan tabungan pertama di luar Tabanas. "Sebelum bank-bank lain mengeluarkan berbagai jenis tabungan dengan aneka coraknya, kami sudah meluncurkan jenis tabungan di luar Tabanas," kata penggemar lukisan ini. Tabungan Universal memberi kesempatan pada nasabah untuk melakukan penarikan dana, buat ditransfer ke bank lain, melalui telepon. Dengan saldo minimal Rp 50.000, nasabah sudah mendapat bunga menarik yang dibayar setiap bulan. Dan posisi tabungan dapat dipantau setiap bulan dengan laporan rekening tabungan yang dikirim ke alamat nasabah. Yang menarik, "Kami dapat membantu penabung melakukan pembayaran bulanan rutin nasabah untuk keperluan apa saja melalui tabungan ini," papar Ismail A. Said, General Manager Bank Universal. Akan halnya deposito, tersedia pilihan mulai dari deposito berjangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan, sampai Deposito Pilihan Pribadi. DPP ini sepenuhnya tergantung deposan, berapa lama ia ingin menyimpan dananya. Dalam penentuan jangka waktu, "DPP sangat fleksibel," ujar Ismail. "Bisa disesuaikan dengan kebutuhan atau keinginan deposan, sampai pada hitungan hari," sambungnya. Tinggal pilih, jangka waktu 31 hari sampai 365 hari. Ada juga sertifikat deposito dalam dua pilihan nilai nominal, Rp 1 juta dan Rp 5 juta. Bunganya, dibayar di muka. Lantaran sifatnya tanpa nama atau atas unjuk, sertifikat ini bisa diperjualbelikan ataupun diberikan sebagai hadiah, serta bisa dijadikan jaminan kredit. Lalu, Anda mau belajar Bahasa Inggris di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat? Bank yang turut dimiliki keluarga ekonom terpandang Sumitro Djojohadikusumo ini rupanya memperhatikan kebutuhan non konsumtif ini. Melalui Special English Program para peserta dijaring dan dikirim satu setengah bulan ke universitas terkemuka itu. Pendanaannya diatur bank yang bermodal Rp 47,1 milyar (data Perbanas 1990) ini. Caranya, calon peserta tinggal mencicil biayanya setiap bulan. Dan cicilan itu diperlakukan sebagai deposito yang mendapat bunga menarik. Siapa pun boleh ikut program ini. Ibu rumah tangga, anak-anak, pelajar dan mahasiswa. Dapat dipilih beberapa paket, misalnya paket A, "An Introduction to American University Life". Paket ini khusus dirancang bagi siswa kelas III SMA yang berminat untuk melanjutkan pendidikan di universitas-universitas Amerika sebagai undergraduate. Setiap pekan peserta akan mendapat 20 jam pelajaran Bahasa Inggris. Ini untuk mempersiapkan siswa dalam academic reading, writting dan conversation. Selain itu peserta juga akan mengikuti "Library and Study Skill Workshop", di antaranya "Note taking and Time Management", melakukan presentasi dan riset mengenai topik yang mereka pilih dalam suatu study project, mengunjungi berbagai universitas-universitas lainnya, baik pemerintah maupun swasta di kota-kota besar dan kecil. Program paket B: "Introduction to American Family Life" yang dirancang bagi mereka yang duduk di kelas III SMP, I SMA, II SMA. Paket ini untuk meningkatkan kemahiran Bahasa Inggris dalam membaca, menulis dan percakapan. Juga mengenali kehidupan dan kebudayaan Amerika sehari-hari. Selain mendapatkan 20 Jam pelajaran Bahasa Inggris seminggu, peserta akan terlibat dalam group study projects. Untuk ibu rumah tangga disediakan paket Program C. Dalam paket ini ditekankan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris terutama percakapan. Dikaitkan dengan pengenalan kehidupan, falsafah dan nilai-nilai hidup ibu-ibu rumah tangga Amerika. Dan, tentu saja, kesempatan berbelanja termasuk dalam acara paket ini. Menurut Ismail, di samping pelajaran bahasa, peserta program A, B dan C mendapatkan kesempatan mengikuti aktivitas rekreasi di negara bagian Wisconsin. Juga "Seminggu di pantai Barat Amerika" (San Francisco, Las Vegas, Los Angeles, Honolulu). Tiap peserta dikenakan biaya US$ 4,250 untuk masing-masing program. Biaya inilah yang dapat dicicil dengan bunga menarik tadi. Dan, kata Ismail, "Peserta pun masih punya kesempatan mendapat hadiah yang diundi." Bank yang 51 persen sahamnya dimiliki Kelompok Astra ini, dalam memberi layanannya memperhatikan tiga tingkatan kebutuhan nasabah. Pertama, kebutuhan dasar. "Berbagai produk bank ini mencerminkan upaya pemenuhan kebutuhan dasar ini," kata Stephen. Meski produk-produk yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan produk dari bank lain, "Kelebihan kami adalah sangat menjaga mutu standar tiap produk," sambungnya. Tahap berikutnya, bank dengan CAR 5,1 persen (data Perbanas 1990) ini bukan saja berusaha memenuhi basic need. Tetapi memenuhi harapan nasabahnya sedemikian rupa, masih menurut Stephen, "Sehingga mereka mau kembali ke Bank Univeral." Caranya, "Dengan memberikan pelayanan yang cepat, ramah, penuh hormat dan suasana yang nyaman." Dengan strategi itulah, "Kami berusaha untuk lebih unggul dibanding bank lain," kata mantan Presdir BPA itu. Itulah yang dirangkum dengan tepat dalam motto bank ini: "Untuk Kepuasan Anda Sepenuhnya." Motto itulah yang hendak dibuktikan dengan pelbagai bentuk pinjaman. Misalnya Kredit Personal dan Profesi (KPP). Sebuah bentuk kredit untuk pembiayaan sarana pribadi dan profesi nasabahnya. Dari pembelian rumah sampai sarana pendukung profesi. Bank yang mengutamakan layanan pribadi -- bahkan pada ulang tahun nasabahnya dikirimi buket bunga -- ini juga menyelenggarakan event yang mendukung citra itu. Misalnya dengan menggelar pameran lukisan atau arisan untuk ibu rumah tangga. "Kami mengkoordinir saja. Nasabahlah yang terlibat menyelenggarakannya. Dengan demikian, hubungan kami dengan nasabah seperti dua sahabat," papar Ismail. . CITI BANK Standar Mutu Layanan Kekuatan pendanaan, profesionalisme dan teknologi mutakhir dikemas menjadi sebuah keunggulan. Ada kredit yang boleh dilunasi kapan saja debitur suka. KALANGAN industri perbankan punya satu kelakar yang selintas terdengar ironis. Bank yang paling berhak merasa rugi adalah Citibank. Bagaimana mungkin? Bukankah bank ini sudah berusia dua abad dan merebakkan jaringan di 90 negara? "Tentu saja. Manajer-manajer tangguh Citibank paling sering 'dibajak'. Dan produk-produknya selalu ditiru bank lain," ujar yang berkelakar. Joke itu setidaknya mencerminkan di kelas mana Citibank pantas ditempatkan. Bank yang identik dengan kualitas layanan prima ini, memang seringkali melansir produk yang kadang mencengangkan. (Baca: Citibank, Mendobrak Keterbatasan Jam Layanan). "Dalam industri perbankan, kami memang paling inovatif. Apa yang kami lakukan sekarang, pasti akan diikuti bank lain," lontar Harpal Dugal, Vice President & Retail Banking Head Citibank Indonesia. Produk CitiOne, misalnya. Banyak yang sudah mengambil oper konsep produk ini, meski tidak utuh dan dengan variasi yang berbeda. Tujuan CitiOne adalah efisiensi. "Inilah yang paling berharga bagi nasabah," ujar Harpal Dugal. Sesuai sasaran segmen pasar kalangan eksekutif profesional, "Dengan konsep layanan one stop one shop banking dari CitiOne, kami ingin memberikan yang terbaik untuk mereka," katanya. Tujuan itu tentu saja tercapai. Sebab, CitiOne telah memadukan seluruh produknya di sektor consumer banking dalam satu kemasan. Produk-produk yang tercakup di dalamnya bahkan memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri pula. Deposito terpadu, yang disebut Instan Money-Time Deposit, misalnya. Deposan bukan saja bisa mengambil bunganya kapan saja ia membutuhkan dana mendadak. Bahkan 90 persen dari total nilai depositonya -- dengan fasilitas kredit -- dapat ditarik dengan tiba-tiba. Baik bunga maupun kredit ini dapat ditarik hanya dengan cek atau melalui ATM (mesin teller) Citibank. "Nasabah akan memperoleh kredit itu secepat ia mengajukan permohonan. Dengan adanya Citiphone, permohonan ini bahkan bisa diajukan melalui telepon," ungkap Harpal Dugal. Maxi-Save-Current-Account tidak kalah menariknya. Klien yang membutuhkan dana besar dan mendesak dapat menikmati fasilitas produk ini. Dan bunga harian produk ini selalu dipatok pada rate yang menarik. Untuk laporan rekening, CitiOne memberikan laporan terpadu dan mudah untuk semua jenis transaksi keuangan nasabah setiap bulannya. Layanan yang disebut One-Statement ini memaparkan transaksi nasabah -- termasuk saldo -- dengan rinci tapi gamblang. Bagi nasabah yang tak suka terikat oleh masa pinjaman tertentu bila menjadi debitur pada suatu bank, Citibank pun memberi kesempatan klien untuk semaunya menentukan sendiri. Dengan menjaminkan rumah miliknya pada kredit Home Power, debitur akan dibukakan rekening. Di dalamnya akan ditempatkan dana sebesar 70 persen nilai dari rumah tersebut. Dan untuk menjamin rasa aman, produk ini langsung mengasuransikan rumah tersebut dan jiwa pemiliknya. Dana kredit tadi dapat diambil kapan saja diinginkan dengan cek atau melalui ATM. Jumlah pengambilan, terserah keinginan nasabah. Dan hal ini sama sekali tak merugikan. Sebab, hanya pada sejumlah dana yang ditarik -- bukan pada jumlah total kredit -- yang dikenakan perhitungan bunga. Layanan ini dapat dilakukan karena memakai perhitungan bunga harian. Uniknya, kredit ini tak punya batas waktu pelunasan. "Terserah debitur. Selama belum mau melunasi, dan selama plafon dana 70 persen nilai rumahnya belum ditarik semua, maka saldonya tetap siap pakai," ungkap Harpal Dugal. "Jika ingin menggunakan dana lagi sampai maksimal plafon kredit, nasabah tinggal membayar sebesar yang sudah ditariknya. Kredit ini memang kredit yang berputar tanpa henti," sambungnya bangga. Semua produk istimewa itu bisa dilaksanakan tentu karena -- terutama kekuatan dukungan pendanaan bank ini. Perpaduan kekuatan pendanaan dengan profesionalisme dan aplikasi teknologi paling mutakhir yang menjadi ciri mutu layanannya menyebabkan bank ini dianggap standar yang ingin diraih bank lain. Hanya dengan bekerja dalam perpaduan itu pula, seperti kata Turada Lapian, Vice President & Marketing Director Citibank Indonesia, "Kami dapat dipercaya masyarakat. Dengan strategi yang sama pasar baru kami ciptakan." CITIBANK mendobrak keterbatasan Jam layanan Citiphone murni dirancang dan dihasilkan Citibank Indonesia. Produk ini sudah akan dicangkok Citibank negara lain, antara lain Jepang dan Korea. Citiphone memungkinkan layanan penuh 24 jam. BUDAYA dan tradisi berinovasi adalah 'nyawa' CITIBANK sepanjang usianya yang nyaris 200 tahun. Tidak mudah memelihara tradisi dan kultur itu, kecuali terus menerus kreatif menciptakan produk inovatif. Bentuk dan kemudahan layanan yang diberikan produk-produk bank ini kadang tak terduga dapat dilakukan oleh sebuah bank -- dalam pengertian konsep bank yang umumnya diketahui. CITIPHONE BANKING CENTER, misalnya, yang diluncurkan Juni silam. Jasa terbaru ini mcncakup hampir semua layanan dari sebuah bank. Namun, dikemas dalam satu sistem layanan yang kompak mudah dan cepat. Dan dapat diberikan dalam 24 jam selama 7 hari sepekan sepanjang tahun. Serta dapat dilakukan dari jarak jauh melalui telepon. "Ini memang layanan perbankan jarak jauh. Dirancang untuk kemudahan dan kepuasan nasabah," lontar Harpal Dugal Vice President & Retail Banking Head Citibank Indonesia. "May I Help You?" akan segera terdengar pada gagang telepon Anda begitu usai menekan nomor tertentu yang dikeluarkan Citibank untuk melayani Anda. Siapa pun -- meski bukan nasabah -- dapat memanfaatkan jasa layanan produk ini untuk, misalnya, mendapatkan informasi tentang perkembangan tingkat bunga, nilai tukar mata uang asing dan tentu saja informasi layanan Citibank. Akan halnya layanan yang bersifat transaksi perbankan, hanya nasabah yang sudah memiliki Personal Identification Number (PIN) yang dapat dilayani Citiphone. "Di mana pun nasabah berada -- sepanjang ada saluran telepon, dan pada jam berapa pun, sistem Citiphone mampu melakukan instruksi nasabah untuk melakukan transaksi perbankan," beber Harpal Dugal. Umpamanya mengetahui saldo rekening koran, deposito dan tabungan. Bahkan juga untuk transaksi yang lebih rumit, yang selama ini -- pada bank lain -- cuma dapat dilakukan dengan bantuan karyawan bank. Misalnya transfer dana antar rekening di Citibank, meminta buku cek atau giro, informasi kredit, meminta laporan dan memonitor aktifitas rekening koran. Sedangkan untuk transaksi-transaksi yang lebih kompleks dari itu, Citiphone memiliki petugas yang melayani nasabah dari Jam 08.00 sampai 18.00. setiap hari kerja. Menurut Turada Lapian, Vice President & Marketing Director Citibank Indonesia, nasabah yang dilayani dari jarak jauh ini tak perlu khawatir terjadi kesalahan dalam transaksinya cuma lantaran tak mempunyai bukti tertulis yang dapat dilihatnya kembali. "Citiphone selalu memberikan verifikasi pada setiap ahkir transaksi. Dan bila keliru, nasabah dapat dengan mudah mengulangi transaksinya," ujar Lapian. Citiphone ini unik, memang. Produk ini mengubah konsep layanan yang selama ini diberikan karyawan secara tatap muka ke dalam layanan jarak jauh untuk hampir semua jenis transaksi dalam berbagai jenis jasa Citibank. (Baca: Citikmk Standar Mutu Layanan). Tak pelak lagi Citiphone makin mengukuhkan posisi Citibank sebagai bank terpercaya, berpengalaman dalam tradisi dan kultur yang menomorsatukan nasabah dengan layanan profesional. Dan sebelum Citiphone, hal itu sudah dibuktikannya dengan terutama, antara lain, CitiOne -- rekening multiguna, Maxi-Save -- tabungan yang memungkinkan nasabah tetap melakukan transaksi dengan buku cek, dan Deposit Payment Express Machine DPEM) -- layanan semua bentuk setoran (dengan uang kontan maupun cek) untuk seluruh produk Citibank selama 24 jam sehari melalui mesin penyetoran. Serta masih banyak lagi produk yang -- ketika diperkenalkan di sini sangat inovatif -- kemudian ditiru bank lain. Lebih dari sekedar keunggulannya atas produk bank lain, Citiphone membawa kebanggaan tersendiri bagi Citibank Indonesia -- bukan saja di dalam negeri tetapi juga menembus sampai ke 90 negara yang tercakup dalam jaringan Citibank. "Citiphone murni dirancang dan dihasilkan oleh Citibank Indonesia," kata Lapian. "Dan produk ini sudah akan dicangkok Citibank Jepang, Korea dan banyak negara lain," sambungnya. Padahal, "selama ini semua produk yang ada di Citibank Indonesia adalah cangkokan dari Citibank negara lain. Dengan Citiphone ini sekarang Citibank Indonesia menunjukkan kelasnya pada jaringan Citibank internasional."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus