POHON karet tua mustahil disadap getahnya. Tapi devisa tetap bisa didatangkan melalui pemanfaatan pohon dan batangnya. Ini dilakukan oleh PT Kayu Tribuana Rama (KTR) dari Kayu Mas Group (KMG), yang menginvestasikan US$ 125 juta untuk pengolahannya di Sampit, dan diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Tengah Drs. Soeparmanto Rabu pekan ini. Selanjutnya, produk mebel dari pohon karet yang umurnya 30 tahun itu akan dieskpor. Menurut perhitungan KMG, ada 200.000 hektare pohon karet, 80% di antaranya merupakan pohon tua. "Itulah yang kami garap, dengan masa operasional lebih dari 10 tahun," kata General Manager KMG Gonzales. Tapi untuk sementara, kontrak pemanfaatan pohon karet tua ini dengan pihak Perkebunan Sampit, hanya dua tahun -- yang tentu bisa diperpanjang. Kepala Perkebunan Sampit berucap, "Kami akan mengawasi mereka dengan ketat, jangan sampai pohon muda yang masih produktif ditebas pula." Sebelum diolah menjadi mebel, kayu itu diawetkan melalui proses pengeringan. Pembuatan mebelnya dipusatkan di Surabaya, oleh anak-anak perusahaan KMG (PT Diamond Furniture dan PT Diamond Graha Abadi). Sekitar 80% dari produknya diekspor ke AS, Eropa, Hong Kong, dan RRC. Pemasarannya sebagian besar ditangani oleh Mission Furniture, mitra usaha KMG, yang berpusat di Los Angeles dan Hong Kong. Mebel kayu karet tua ini kabarnya 30% lebih mahal daripada mebel dari meranti atau sungkai. Dan, "Nyaris tak ada saingan," ujar Gonzales.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini