KALANGAN jet-set yang gemar bepergian pasti akrab dengan Louis Vuitton. Inilah merek kopor, peti, dan tas perjalanan yang biasa dipakai orang kaya sejak abad XIX. Louis Vuitton, nama pendiri dan pemilik pabrik kopor terkenal itu, memang membuat barang khusus untuk orang yang berkantung tebal. Di Indonesia, hanya pengusaha kakap setingkat Sudwikatmono yang mampu memiliki kopor-kopor Louis Vuitton, yang mulai diproduksi tahun 1854. Sejak Jumat pekan silam, selama dua pekan lebih, karya-karya klasik Louis Vuitton dipamerkan di Plaza Indonesia, Jakarta. Ada sekitar 35 produk, di antaranya kopor berisi kotak penyimpan sepatu, kopor yang bisa menyimpan perlengkapan makanan dan kopor yang bisa dibuka jadi ranjang lipat. Semuanya merupakan koleksi museum Louis Vuitton, Prancis. Menurut salah seorang direktur Louis Vuitton, Jean-Marc Loubier, "Kalau sekarang ada yang mau pesan, kami bisa membuatkan." Harganya tentu selangit. Untuk kopor yang bisa dijadikan ranjang, harganya tak kurang dari 60 ribu franc (sekitar Rp 19 juta). Indonesia telah dianggap sebagai pasar yang potensial oleh Patarick Vuitton, satu-satunya keturunan Louis Vuitton yang meneruskan bisnis keluarga ini. Di sini pemasarannya dilakukan secara franchise oleh PT Bagasi Luks. "Pelanggan kami tercatat sekitar 1.500 orang," tutur pemilik Bagasi Luks, Inka Utan. Wanita rupawan ini melanjutkan, "Setiap tahun omset penjualan kami di sini meningkat dua kali." Ini berarti naik 100%. Namun, Inka tidak menyebut angka hingga tak jehs berapa andil pasar Indonesia untuk omset LV yang 4,5 milyar franc per tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini