Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO BISNIS – Rimbunnya pepohonan dengan beragam warna menghiasi Kelurahan Padjajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Beragam tanaman bisa dijumpai di pemukiman padat penduduk tersebut. Ada sayuran, buah-buahan seperti jeruk dan anggur, kopi, hinga bermacam bunga. Perkebunan tersebut membentang di atas aliran sungai Cilimus dengan panjang 250 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masyarakat sekitar menyebut perkebunan itu sebagai Buruan Sae, dua kata dari bahasa Sunda yang berarti halaman indah. Gerakan bercocok tanam di kelurahan ini sudah berlangsung sejak lama. “Awalnya bangunan di atas sungai itu hanya pakai bambu dan tidak luas seperti sekarang," ," tutur Wawasan Setiawan, Ketua Buruan Sae Kelurahan Padjajaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wali Kota Bandung meluncurkan program Urban Farming bernama Buruan Sae pada 2014. Program ini mendorong warga lebih serius bercocok tanam di kebun ini. Dibuktikan dengan mengganti dasar lahan perkebunan menggunakan baja ringan. Beberapa bagian ada yang dilapisi plastik tebal untuk melindungi tanaman.
Bibit tanaman ada yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bandung, ada pula yang diupayakan oleh masyarakat secara mandiri. Warga juga membudidayakan ikan lele dan nila di tujuh kolam berukuran 1,5 meter.
Area urban farming semakin diperluas setelah mengikuti program BRI Peduli Bertani di Kota atau BRInita. Konsep bertani tersebut memanfaatkan lahan sempit di wilayah padat pemukiman atau urban farming.
Wawan mengaku kehadiran BRInita berkat campur tangan Lurah Paridin, yang giat mencari berbagai bantuan dan dukungan. Paridin kemudian menjalin kerja sama dengan BRI lewat BRInita untuk memperluas Buruan Sae Padjajaran agar berkembang dan lestari.
Melalui program BRInita, masyarakat diperkenalkan dengan metode tanam vertical garden. BRInita memberikan banyak pelatihan dan pendampingan, sehingga warga bisa semakin inovatif dalam mengolah hasil panen di Buruan Sae Padjajaran.
Dampaknya, warga tak lagi harus membeli bumbu dapur, seperti cabai, tomat dan bawang, karena bisa dipanen langsung dari Buruan Sae. Warga juga dapat menikmati hasil panen dari sayuran dan buah-buahan segar tanpa harus membeli.
Warga juga mendapat tambahan penghasilan sebagai UMKM dengan mengolah bunga dan kopi yang ditanam. Dari bunga telang saja bisa dihasilkan empat jenis produk, termasuk minuman segar. Untuk produk kopi, bahan bakunya biji kopi yang dipanen dari urban farming tersebut. Demikian pula, tanaman jahe dimanfaatkan menjadi produk Wedang Jahe Merah.
“Minuman herbal tersebut amat laku di pasaran, karena banyak peminatnya. Bahkan, dengan berjualan Wedang Jahe Merah secara online, pembelinya sudah cukup banyak dan konsisten. Dalam sekali produksi, kami mampu membuat wedang jahe merah dalam kemasan 20-25 botol kemasan 250ml. Mengingat bahan bakunya terbatas, kami menjualnya berdasarkan pesanan,” kata anggota Kelompok Wanita Padjajaran Lestari, Devi Setiawati.
Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengatakan, BRI terus mewujudkan komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan menyalurkan program-program yang secara nyata dapat mendorong perbaikan ekosistem lingkungan.
Program BRInita menjadi salah satu komitmen nyata BRI bagi pelestarian lingkungan di tengah kota, dengan memanfaatkan lahan sempit di wilayah padat pemukiman.
“Program ini tidak hanya di satu titik saja, tetapi di 21 titik di seluruh Indonesia. Dengan bantuan infrastruktur yang kami berikan, harapannya program ini dapat terus berjalan secara kontinyu sehingga menjadi wadah positif bagi masyarakat,” ucap Catur. (*)