Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL – Jakarta menyongsong usianya yang ke-5 abad, terus bertumbuh sebagai kota global dengan infrastruktur modern dan layanan publik yang semakin baik. Di balik kemegahan itu, para komuter dan pendatang memiliki berbagai harapan agar kota ini menjadi semakin nyaman bagi warganya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mendambakan kota yang tak hanya ramah bagi penghuninya, tetapi juga mampu menjawab tantangan aksesibilitas, kesejahteraan, dan biaya hidup. Apa yang mereka impikan untuk Jakarta di masa depan? Berikut pandangan mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jurnalis dari Lampung, Arsiya Heny Puspita, berharap setiap organisasi perangkat daerah (OPD) di Jakarta bersinergi erat saat merencanakan tata kota. Berkali-kali mengunjungi Taman Ismail Marzuki, Ia kerap melihat proyek galian yang tak kunjung usai. Setelah rampung pengerjaan pipa air minum, di bulan berikutnya dibongkar lagi untuk pengerjaan jaringan listrik atau gas.
“Saya sebagai rakyat awam berpikir, kenapa sih harus begitu? Kenapa tidak bersatu padu merencanakan pembangunan jalur secara berbarengan yang diperkirakan bisa stabil selama 10 tahun ke depan. Kalau sekarang terkesan sendiri-sendiri, akhirnya rakyat yang dirugikan, jalanan jadi tambah macet. Saya sempat mengalami karena dulu tinggal di Jakarta,” ujarnya.
Sedangkan Agus Odeng, seniman yang kini tinggal di Bogor, berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengedepankan keadilan saat menjalankan kebijakan. “Kalau mau ada pembebasan lahan, tolong libatkan rakyat, diajak bicara, ditanya maunya apa, agar di belakang hari tidak jadi masalah,” kata dia.
Harapan kedua, Agus melanjutkan, Pemprov DKI juga harus menghadirkan kesetaraan dan keadilan sosial. Membangun kota yang modern bukan berarti mengusir rakyat miskin. “Semua warga harus diakomodasi, tetap diajak (membangun) dan bukannya disakiti hatinya,” ucapnya yang sedih melihat kabar penggusuran yang terjadi karena ada kawasan yang akan dijadikan untuk orang-orang berduit.
Demi kesetaraan dan pembangunan berkelanjutan yang inklusif, karyawan swasta Syaifullah Thalib menyuarakan tiga keinginan yang patut diperjuangkan oleh Pemprov DKI. Pertama, Pemprov DKI memang harus meningkatkan pendapatan daerah. “Harus dagang (potensi Jakarta), bukannya dikit-dikit pajak pada rakyat. Pajak hanya untuk pengusaha saja,” katanya.
Kedua, tingkatkan sekolah gratis yang merata, baik sekolah negeri maupun swasta. Ketiga, integrasikan segera semua moda transportasi umum, mulai dari MRT, LRT, Transjakarta, dan JakLingko. “Kalau bisa semua satu harga yang terjangkau jadi rakyat semakin senang naik kendaraan umum, itu baru cakep,” ujar pria yang bekerja di kawasan Dan Mogot, Jakarta Barat.
Adapun, penghuni rumah singgah, Rohidi dan Helmi Jayadi, berharap Pemprov DKI turut memperhatikan warga pendatang yang mendapat rujukan berobat ke rumah sakit di Jakarta. “Salah satunya, tolong bantu perbanyak rumah singgah,” kata Helmi.
Selain itu, Pemprov DKI setidaknya bisa berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk meringankan beban masyarakat yang sedang menemani anggota keluarganya berobat di Jakarta. “Semoga dapat membantu agar tidak ada biaya lain yang harus dikeluarkan, karena ada yang tidak ditanggung BPJS Kesehatan. Misalnya kalau anak saya harus ke lab (laboratorium) ternyata tidak gratis,” ucap Helmi. (*)