Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemulihan Nama Bung Karno dan Membangun Indonesia Raya

Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri membangkitkan semangat “Satyam Eva Jayate” dalam menghadapi tantangan. 

12 Januari 2025 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik saat peringatan HUT ke-52 PDI Perjuangan di Jakarta, Jumat, 10 Januari 2025. ANTARA /Akbar Nugroho Gumay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lagu “Indonesia Jaya” menggema di Sekolah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Jumat, 10 Januari 2025. Dinyanyikan Harvey Malaiholo, lagu itu menggambarkan semangat dan perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan. Lagu itu juga mendorong masyarakat untuk selalu mengingat Pancasila, persatuan dan tekad untuk masa depan yang lebih baik ketika menghadapi berbagai permasalahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lagu itu menjadi salah satu pembuka dari rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-52 PDI Perjuangan. Pada hari spesial itu, seniman Butet Kartaredjasa juga ambil bagian. Dia membacakan puisi berjudul “Dibakar Luka”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa kalian akan membiarkan pengkhianatan yang terang benderang? Tidak

Apa kalian tetap mlungker ketika rakyat menelan tipuan demi tipuan?

Apa kalian tidak terjaga dan melawan ketika bangsa dan negara dikangkangi ambisi

perpanjangan kekuasaan semata-mata?

Apa kalian tidak melawan?

Me-la-wan? Iya

Meskipun luka itu bara, luka itu energi, luka itu api, dan luka itu cahaya

Kita-kita yang dipahati luka, tetaplah menjadi pelita

Saat menggubah puisi itu, Butet merenungkan betapa gelapnya peristiwa demi peristiwa yang terjadi pada tahun lalu. “Tahun 2024 yang penuh akal-akalan kejahatan, yang merusak demokrasi dan konstitusi di Indonesia,” kata Butet.

“Saya merenung, saya melahirkan puisi ini.” Puisi “Dibakar Luka”, menurut Butet, terinspirasi dari sikap tegas Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri yang keukeuh mempertahankan konstitusi dan demokrasi, beserta para cerdik pandai yang selalu menjaga Indonesia, dan kawan-kawan yang terus mempertahankan Indonesia.

“Saya datang ke sini, ingin memberikan kado spesial berupa puisi ini untuk PDI Perjuangan,” kata Butet. Ada satu lagi kado istimewa dalam HUT PDI Perjuangan kali ini. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencabut Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 Tahun 1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Sukarno. Artinya, tuduhan Bung Karno pernah berkhianat mendukung pemberontakan G30S/PKI tidak terbukti.

Batal demi hukum karena tidak pernah ada proses hukum apapun yang dilaksanakan untuk membuktikan tuduhan tersebut, hingga Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970. Sejak 1967 hingga 2024 atau selama 57 tahun keluarga Bung Karno berjuang dengan penuh kesabaran untuk merehabilitasi nama baik sang ayah, Presiden pertama RI, Sukarno.

“Hari ulang tahun ke-52 PDI Perjuangan ini sungguh istimewa,” kata Megawati seraya mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto, pimpinan dan seluruh anggota MPR RI periode 2019-2024, serta rakyat Indonesia.

Megawati mengajak semua pihak mengambil pelajaran dan memetik hikmah agar lembaran kelam bangsa tidak terulang kembali. Dia berharap yang dialami oleh Bung Karno dan keluarga tidak terjadi lagi kepada siapa pun. PDI Perjuangan sebagai partai ideologis yang mengikuti ajaran, ide, dan hal-hal yang diberikan Bung Karno untuk bangsa dan negara, Megawati mendorong supaya jangan takut mempelajari dan menjalankan gagasan serta ajaran Bung Karno.

Apa yang disampaikan oleh Megawati dalam pidato sekitar 2,5 jam itu juga menyasar generasi muda. “Kita ini tidak hidup untuk sekarang saja, tetapi juga for future our nation. Pewarisan ini bukan hanya sekadar untuk anak cucu kita, namun bagaimana Indonesia mencapai kejayaannya dan abadi sepanjang masa,” kata Megawati.

Satyam Eva Jayate, Api Perjuangan nan Tak Kunjung Padam

Satyam Eva Jayate atau Kebenaran Pasti Menang yang menjadi semboyan PDI Perjuangan menjadi tema pada ulang tahun kali ini. Sebuah tarian kolosal dari Yogyakarta pada perayaan HUT ke-52 PDI Perjuangan pun menggambarkan kondisi itu. Semboyan Satyam Eva Jayate, menurut Megawati Soekarnoputri, mencerminkan semangat yang tak pernah padam.

Hal itu selaras dengan nilai-nilai yang diwariskan oleh Bung Karno. Megawati juga mengaitkan semboyan tersebut dengan perjalanan spiritual Siddhartha Gautama yang meninggalkan statusnya sebagai putra mahkota untuk mencari hakikat kehidupan. “Siddhartha menemukan pencerahan di bawah pohon bodhi yang kokoh, dengan bunga lotus, simbol kesucian,” ucap Megawati.

(dari kiri) Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto; Ketua DPP PDIP, Prananda Prabowo; Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri; dan Bendahara PDIP, Olly Dondokambey dalam acara HUT ke-52 PDI Perjuangan di Jakarta, Jumat, 10 Januari 2025. Dok. PDIP

Filosofi inilah yang mengilhami Bung Karno dalam perjuangannya meretas jalan bagi kemerdekaan Indonesia. Megawati kemudian mengajak untuk memikirkan bagaimana perjalanan kemerdekaan yang telah berlangsung selama 79 tahun, dan kini ada pihak-pihak yang hendak merusak. “Semua dibiarkan tanpa keberanian untuk meluruskannya,” katanya.

“Mereka yang sudah tidak punya etika moral dan hati nurani seharusnya bisa berpikir ulang bahwa kenikmatan yang didapatkan dengan merusak peradaban negeri ini dengan mudah akan sirna.” Presiden kelima RI ini juga menggelorakan semangat agar tetap percaya bahwa kekuatan yang menginginkan Indonesia yang sejati tetap jauh lebih besar dari segelintir elite yang ingin merusaknya.

Sebab itu, penting untuk mengukuhkan keyakinan pada kemenangan atas kebenaran, meskipun di tengah banyaknya tantangan. Ada berbagai tantangan yang disampaikan oleh Megawati, baik secara tersurat maupun tersirat. Di antaranya, perihal penetapan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), upaya dari berbagai pihak dalam memanipulasi Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) di sejumlah daerah “kandang banteng”, seperti Bali, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara, hingga upaya terselubung untuk mendongkel posisinya sebagai ketua umum PDI Perjuangan.

Megawati Soekarnoputri mengkritik slogan yang tidak jelas maknanya, seperti “Indonesia Emas”, “Indonesia Kerja”, dan sebagainya. Dia menjelaskan, sebuah slogan semestinya mampu menjadi penyemangat untuk mencapai kejayaan yang abadi sepanjang masa serta relevan untuk generasi penerus. Karena itu, satu slogan yang semestinya menjadi pedoman rakyat Indonesia, menurut Megawati, adalah “Indonesia Raya” sebagaimana tertulis dalam lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.

Pada kesempatan itu, Megawati juga menegaskan hubungannya dengan Prabowo Subianto tetap terjalin dengan baik, meski PDI Perjuangan tidak masuk dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM). KIM kini bernama KIM Plus, adalah gabungan partai politik yang mendukung pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Megawati juga mengungkit nasi goreng kesukaan Prabowo yang dibuatnya. Bahkan, kata dia, Prabowo pernah memintanya memasak nasi goreng lagi. “Kepada seluruh simpatisan, anggota, dan kader PDI Perjuangan, terus menyalakan semangat juang dengan keyakinan Satyam Eva Jayate. Hadapi yang namanya vivere pericoloso (hidup penuh bahaya) dengan kepala tegak penuh percaya diri,” kata Megawati.

“Kita adalah partai yang berwatak banteng ketaton. Kita partai pelopor yang terus dan abadi melintasi zaman. Dirgahayu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Solid bergerak untuk Indonesia Raya. Merdeka... merdeka...

Iklan

Iklan

Artikel iklan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus