Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Apa Itu Kaum Mendang-mending

Kaum mendang-mending akan terkena dampak PPN 12 persen. Tak selalu dari kalangan rentan miskin.

12 Januari 2025 | 08.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Alvin Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kaum mendang-mending akan terkena dampak PPN 12 persen.

  • Jumlahnya mencapai separuh penduduk Indonesia.

  • Kaum mendang-mending dianggap sebagai kelompok konsumen yang rentan miskin.

KETIKA pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berencana menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN), dari 11 persen menjadi 12 persen, banyak orang memprotes. Namun, ketika Prabowo “merevisi” keputusan itu dengan menyatakan bahwa kenaikan pajak tersebut hanya dikenakan pada barang mewah, protes tidak berhenti. Yang kebanyakan memprotes adalah kaum mendang-mending.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kompas.com menayangkan berita bertajuk “Pola Konsumsi Kaum Mendang-mending Diprediksi Berubah Gara-gara PPN 12 Persen” pada Sabtu, 21 Desember 2024. Media itu mengutip analisis Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies atau Celios, Bhima Yudhistira, yang menunjukkan bahwa kenaikan PPN tersebut mendorong kaum mendang-mending mengutamakan kebutuhan primer ketimbang sekunder dan tersier, misalnya mereka akan membelanjakan uangnya ke pasar tradisional atau warung guna menghindari pungutan PPN di pasar swalayan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bhima mendefinisikan kaum mendang-mending sebagai kelompok rentan miskin dan orang yang suka membanding-bandingkan barang. Jumlahnya mencapai 137,5 juta orang pada 2024 atau separuh dari total penduduk Indonesia. Benarkah demikian definisi mendang-mending?

Mendang-mending adalah kata ulang berubah bunyi dari kata dasar mending dalam bahasa cakapan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring mendefinisikan mending sebagai “(a) 1. lebih baik (daripada yang lain); agak baik; lumayan; 2. lebih baik kalau....”. Kelas katanya adjektiva.

Mending sebagai sebuah adjektiva memiliki keunikan. Ia akan janggal bila diletakkan sesudah nomina atau pronomina. Tak seperti adjektiva pada umumnya, mending diletakkan sebelum verba atau nomina. Contohnya, “Mending sayur itu jangan dimakan”. Ia juga dapat dirangkaikan dengan preposisi “daripada” seperti pada kalimat “Mending bekerja daripada bermalas-malasan”.

Pada frasa kaum mendang-mending, mending divariasikan menjadi bentuk kata ulang yang sedikit-banyak berubah arti. Pun ia tampaknya telah mengalami perubahan kelas kata. Namun, karena sampai sekarang mendang-mending paling umum digunakan dalam frasa kaum mendang-mending, agak sukar menentukan kelas katanya.

Kita lihat dulu berita berjudul “Kaum Mendang-mending, Pilih Honda HR-V SE atau Hyundai Creta Prime?” di situs berita Kompas.com pada 12 April 2022. Dalam berita ini, kaum mendang-mending dijelaskan sebagai konsumen yang gemar membanding-bandingkan barang. Mereka bukan kelompok rentan miskin karena dapat memilih membeli kendaraan roda empat.

Meskipun demikian, akan tergesa-gesa bila mensinonimkan mendang-mending dengan pemilih, yang berkelas kata nomina. Sebab, kata ulang berubah bunyi dengan pola fonotaktik serupa biasanya berupa verba, seperti gonta-ganti, pontang-panting, dan utak-atik. Jadi tak keliru rasanya jika kita mengelompokkan mendang-mending sebagai verba yang bermakna perbuatan membanding-bandingkan. Jadi kalimat yang benar misalnya adalah “Orang yang suka mendang-mending sering repot memilih warna baju”.

Dengan demikian, kita bisa menyamakan kaum mendang-mending dengan kaum pemilih, tapi mereka tak selalu dari kelompok rentan miskin. Banyak orang dari kelompok menengah-atas yang sekarang menerapkan pola hidup cermat. Mereka cenderung membeli barang sesuai dengan kebutuhan, bukan semata keinginan. Ini juga terkait dengan fenomena kesadaran lingkungan yang makin mengemuka. Pembelian produk yang sesuai dengan kebutuhan akan mengurangi sampah yang makin mengotori bumi.

Mendang-mending dapat dilakukan individu dari kelompok mana saja. Ini menandakan orang punya pilihan dan mungkin menjadi cara untuk mengambil jarak dari mereka yang gaya hidupnya berlebih-lebihan.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus