Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Jesayas Banari terus merapal doa-doa. Sambil berdiri dia menelangkupkan kedua tangan. Ketika dia mulai memejamkan matanya, dua perempuan masuk membawa bejana lalu duduk bersimpuh di hadapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta istrinya, Siti Atikoh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jesayas kemudian melafalkan,"O Gikiri Moi O Jou Madutu. O gikiri moi O jou madutu. Oh". Kemudian dua perempuan tadi membasuh dua kaki Ganjar dan istri. Tuntas dibasuh, lima perempuan lain yang duduk di sebelah kanan kiri Ganjar langsung berteriak sahut menyahut, "Oooo ooooo oooo."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Gunung dan tanjung-tanjung jadi saksi bagaimana mimpi kami tuntas. Laut dan selat bukan hambatan bahwa bapak (Ganjar) adalah keluarga kami. Siapapun yang sudah masuk ke Hibualamo tidak disediakan pintu keluar, dan mulai saat ini bapak sudah ada di dalamnya," kata Jesayas.
Hibualamo merupakan rumah besar bagi Suku Tobelo. Ada 10 subsuku yang bernaung di sana, di bawah sebuah lembaga adat. Dan Jesayas Banari jadi salah satu tetua suku Tobelo.
"Ini adalah ungkapan hati kami. You Yaihoro atau upacara pencucian kaki ini adalah curahan hati kami. Jangan dulu berbalik arah bapak, jika cakrawala tidak berarak pulang," katanya.
You Yaihoro hanya diberikan pada orang-orang terpilih untuk dijadikan bagian dari keluarga Tobelo. Jesayas pun tidak pernah menyangka sukunya melakukan upacara pencucian kaki pada Ganjar dan istri, Sabtu, 16 Oktober 2021.
Tak hanya sebagai keluarga, Ganjar siang itu juga diberi Parang dan Salawaku, yakni semacam alat perang yang mengandung arti pengangkatan Ganjar sebagai kesatria Tobelo.
"Beberapa waktu lalu anak-anak kami menyampaikan pakaian adat yang sekarang bapak kenakan, itu adalah buatan tangan-tangan Tobelo. Dan hari ini, entah karena tanda apa, bapak bisa hadir di tengah-tengah kami," kata Jesayas.
10 tetua sub suku Tobelo hadir langsung menyaksaan Prosesi you yaihoro itu. Bahkan ibu-ibu dan para pemuda Tobelo juga tidak mau ketinggalan memberikan penyambutan. Merekalah yang menyambut Ganjar dari gapura hingga duduk di beranda Hibualamo.
Ganjar pun tidak menyangka hari ini ditahbiskan sebagai warga Suku Tobelo, bahkan berstatus kesatria. Selama ini ia hanya memendam mimpi, kapan akan mendapat kesempatan mengunjungi Tobelo, kota kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara yang terkenal dengan tambang emas itu.
Kesempatan itu tiba saat Ganjar diundang menghadiri Seleksi Tilawatil Quran Nasional XXVI di Kota Sofifi, Maluku Utara. Ganjar pun memutuskan menyisihkan waktu tiga setengah jam perjalanan dari Sofifi menuju Tobelo.
"Saya bersama istri merasa bangga bisa hadir di tengah panjenengan. Inilah cara Tuhan mempertemukan kita. Dan inilah cara kita merawat Indonesia," kata Ganjar.
Begitu prosesi ritual selesai, diputarlah alunan musik pengiring Tari Meyasa. Para tetua pun langsung turun untuk menari. Tidak mau ketinggalan, Ganjar beserta istri langsung turut menarikan Meyasa warga.
Namun, kebersamaan penuh kehangatan tersebut tidak dapat berlangsung lama. Hanya satu jam Ganjar dan istri berada di Tobelo dan harus pamit untuk menemani para kafilah Jawa Tengah pada pembukaan STQN Sabtu malam.
"Terimakasih Bapak Ganjar, kami yakin Bapak akan kembali ke sini suatu hari nanti," kata Jesayas ketika melepas Ganjar, layaknya melepas kepergian anggota keluarganya sendiri. (*)