Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melebarkan sayap memanfaatkan ...

Rangkaian deregulasi yang digulirkan pemerintah membuat bisnis perbankan semakin semarak. pembangunan cabang merebak. jumlah bank umum tumbuh subur. persaingan semakin seru.bisnis kartu kredit menjamur.

21 Juli 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Persaingan di medan bisnis perbankan nasional semakin seru. Hampir semua bank berpacu melebarkan sayap. Bidang usaha yang digarap kini lebih luas dari perbankan tradisional. Perseteruan di bidang consumer banking kian kompetitif: Bisnis kartu menjamur. Credit Card bukan saja semakin mudah dimiliki, tapi juga menawarkan pembayaran cicilanyang ringan. Jenis loan bank kian beragam dengan bunga bersaing. Hadiah berbagai macam tabungan juga menggiurkan. Siapa yang unggul? SIAPA pun tahu, rangkaian deregulasi yang digulirkan pemerintah sepanjang dekade 1980-an, menjadi pemicu bagi bank-bank untuk beradu di medan bisnis perbankan. Berawal dari Paket Juni 1983, lantas menyusul Paket Oktober (Pakto 27) 1988 serta Paket Desember (Pakdes) 1989. Pakto 27 itu tak ubahnya sebuah "bom" yang mampu meledakkan tembok peraturan yang sebelumnya diterapkan dalam bisnis perbankan, yang oleh kalangan perbankan dirasakan sedikit membelenggu laju perkembangan bisnis mereka. Bisnis perbankan pun mendadak menjadi marak. Pembukaan cabang baru, atau sekadar cabang pembantu, merebak di mana-mana. Tak hanya di kota-kota besar, tapi juga di kota-kota kecil. Bahkan di sudut-sudut pertokoan atau kompleks perumahan, bank-bank baru bermunculan. Kantor kas kecil pun di buka di berbagai kampus, rumah sakit atau tempat strategis lainnya. Bisnis perbankan semakin gegap-gempita dengan hadirnya para konglomerat. Semua berlangsung begitu cepat. Tengok saja, jumlah bank umum -- terdiri atas bank pembangunan dan bank tabungan -- semakin tumbuh subur. Dari 108 pada Oktober 1988 menjadi 147 bank di akhir 1989. Jumlah kantor pun bertambah dari 1,8% menjadi 3.293. Ini belum termasuk unit desa BRI. Dalam periode yang sama membengkak dari 2.589 menjadi 2.797 kantor. Jumlah bank perkreditan rakyat (BPR) pun menapak dari dari 7.491 menjadi 7.555 bank pada akhir Oktober tahun lalu. Suatu pertumbuhan yang boleh dibilang luar biasa. Rangkaian deregulasi yang dilakukan pemerintah memang mulai menunjukkan hasil yang menggemhirakan. Pengerahan dana masyarakat melalui bank dan pasar modal melonjak tajam. Sejak Oktober 1988, dana yang dihimpun perbankan melesat dari Rp 36,9 trilyun menjadi Rp 51,8 trilyun pada Desember 1989, atau meroket sekitar 40,4 persen. Sedangkan dana yang diraup melalui pasar modal dalam periode yang sama, meningkat dari Rp 1 trilyun menjadi Rp 3,2 trilyun, atau menanjak sekitar 21,6 persen. Tetapi, kebijaksanaan deregulasi itu bukannya dilepas tanpa tali pengikat. Selain adanya capital adequacy ratio serta legal lending limit, pemerintah juga meluncurkan Paket Januari (Pakjan) 1990, yang mengatur pengurangan secara bertahap kredit likuiditas Bank Indonesia -- yang sebelumnya menjadi salah satu sumber dana bagi kalangan perbankan. Setiap bank juga wajib menyalurkan portofolio kreditnya sebesar 20 persen kepada pengusaha lemah. *** Begitulah, rangkaian deregulasi yang digulirkan pemerintah, bukan saja mampu menyemarakkan bisnis perbankan, tetapi juga menciptakan daya saing yang ketat antarbank. Setiap bank saling berpacu untuk meningkatkan pelayanan terhadap nasabah dengan memanfaatkan high technology (hi-tech). Sebab, tuntutan yang kini dihadapi setiap bank tampaknya semakin berat. Setidaknya, mereka harus bisa tampil bukan sekadar memanfaatkan peluang deregulasi, tetapi juga harus mampu mempertahankan nilai-nilai dan manajemen sebuah bank modern. Dibukanya berbagai kantor cabang, atau kantor cabang pembantu, misalnya, bukan semata memajang nama. Lebih dari itu, bank yang bersangkutan harus bisa memberikan pelayanan secara profesional atau full banking service. Itulah yang kini direalisasikan Bank Niaga. Bank yang berdiri pada 1 Desember 1955 ini, lebih mementingkan peningkatan kualitas pelayanan terhadap nasabah daripada sekadar menambah jumlah kantor cabangnya. Sekarang terdapat 37 kantor cabang penuh Bank Niaga di seluruh Indonesia. "Memang, masih ada yang menggunakan istilah cabang pembantu. Tetapi pelayanannya sudah full banking service," tutur Robby Djohan, President Director Bank Niaga. Jauh sebelum rangkaian paket deregulasi bergulir, bank yang berkantor pusat di Jalan M.H. Thamrin ini berprinsip untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan. Tahun 1982, misalnya, penggunaan komputer secara terpadu mulai diterapkan di Bank Niaga. Bila kini pemanfaatan hi-tech sudah menjadi keharusan di kalangan perbankan untuk meningkatkan pelayanan, maka sejak 1987 Bank Niaga telah memperkenalkan on line system. Dengan sistem komunikasi bank modern itu, penggunaan ATM (Automated Teller Machine) yang diberi nama Niaga Cash, memang lebih efisien dan efektif. Seorang nasabah asal Jakarta, misalnya, dengan mudah mengambil uang kontan melalui ATM Bank Niaga di Surabaya. Ini dimungkinkan karena adanya on line system tersebut, sehingga dengan cepat dapat diketahui apakah saldo nasabah tadi masih cukup atau tidak bila dicairkan sesuai permintaan. Kini Bank Niaga memiliki 16 konter ATM. Bank ini juga tengah merancang penggunaan kartu Niaga Cash untuk melayani seluruh kebutuhan nasabah. Selain untuk mengambil uang tunai, kartu Niaga Cash ini dapat pula dipakai unluk memindahbukukan account dari giro ke tabungan, mengambil buku cek, transfer dan sebagainya. "Cita-cita kita, cukup dengan satu kartu Niaga Cash yang berlaku di seluruh Bank Niaga, semua kebutuhan nasabah bisa dilayani dengan cepat," ujar Robby Djohan. Kini, memang, belum semua kantor cabang Bank Niaga di penjuru tanah air memiliki jaringan on line system. Kecuali antar cabang Bank Niaga di Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jaringan on line system ini juga sudah menghubungkan Jakarta-Surabaya, dan yang tengah digarap yakni on line system Jakarta-Bali. "Insya Allah tahun 1991 Bank Niaga di seluruh Indonesia bisa melayani nasabah secara on line system," Vice President Bank Niaga, Koesdarto, menjelaskan. Pemanfaatan teknologi mutakhir itu juga diterapkan dalam sistem administrasi Bank Niaga melalui proyek "Niagacare". Proyek ini digarap sejak 1988. Tujuannya meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah. Cara yang ditempuh adalah menerapkan konsep spesialisasi dengan memanfaatkan teknologi komputer, sehingga mempertinggi tingkat efisiensi kerja. Tak kalah menariknya adalah TBH (Tabungan Bunga Harian) yang ditawarkan Bank Niaga. Berbeda dengan tabungan yang dipromosikan oleh bank-bank lain, di mana bunga yang diberikan dihitung berdasarkan saldo terendah setiap akhir bulan, bunga TBH diberikan berdasarkan saldo riil setiap hari. "Misalnya hari ini Anda tabung Rp 100 juta, dan besok uang itu Anda ambil seluruhnya, maka Anda sudah dapat bunga satu hari. Tapi kalau sistem saldo terendah, hari ini Anda tabung Rp 100 juta, lantas pada tanggal 30 akhir bulan uang itu tinggal Rp 10 juta, ya bunganya dihitung dari Rp 10 juta itu," Koesdarto menjelaskan. "Kami bukan menawarkan kebutuhan lain seperti hadiah," ujar Koesdarto. Dan karena itu, menurut dia, TBH berkembang pesat sekali. "Nasabahnya juga penabung yang memang terencana. Mereka datang ke bank benar-benar untuk invest. Bukan dengan pikiran akan memperoleh hadiah," Koesdarto tersenyum. Dalam hal memanfaatkan peluang deregulasi, manajemen Bank Niaga tampaknya tak mau gegabah. Seperti dijelaskan Robby Djohan, deregulasi dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan untuk bersikap inovatif dalam menciptakan sumber pendapatan baru, tanpa harus melupakan nilai-nilai profesionalisme sebagai bank modern. Manajemen di sini menyadari bila semakin hari tuntutan aktivitas pelayanan yang harus diberikan dunia perbankan kepada nasabahnya tidak terbatas, tetapi kian meluas. Itu sebabnya, bank yang semula hanya menggarap corporate banking serta individual banking, sejak tahun lalu mendirikan satu lembaga baru yang disebut investment banking untuk menunjang dan memperkuat struktur keuangan perusahaan. Lembaga baru ini terdiri atas lima divisi, yakni treasury management, international banking, merchant banking, capital markets serta investment management. Pada prinsipnya, investment banking tersebut memberikan jasa pelayanan kepada dunia usaha dalam bentuk mengusahakan dengan dan penempatan dana. Cara yang ditempuh lebih luas dari jasa perbankan tradisional, khususnya melalui pasar modal. Dari sini Bank Niaga akan meraup bonafide transabtion. Sebagai contoh, menerbitkan commercial paper atau memberikan financial & management advice kepada customer yang membutuhkan. Begitupula bila suatu perusahaan ingin memperluas usahanya, mungkin tak perlu kredit, melainkan joint dengan perusahaan lain. "Kami akan membantu memberikan appraisal terhadap calon partner tadi. Dengan demikian, adanya investment banking ini kebutuhan nasabah yang lebih sophisticated bisa terpenuhi. Artinya, tak perlu terus-menerus menambah kredit, yang pada akhirnya akan melibatkan dana dari pihak kctiga," tutur Koesdarto. Untuk memenuhi tenaga ahli di bidang investment banking tersebut, Bank Niaga membentuk money management group, di mana pesertanya dikirim ke Singapura untuk mengikuti pendidikan. Di bank ini sejak dulu memang berlaku motto: Tiada Hari Tanpa Pendidikan. Di sini terdapat dua program pendidikan, yakni pendidikan khusus dan pendidikan eksekutif, baik yang sifatnya refreshing course maupun up gruading course. **** Lain bank, lain pula strategi yang diterapkan. Jauh sebelum Pakto 1988 dicetuskan, Bank Danamon sudah memasang kuda-kuda. Sejak 1987, manajemen bank yang berdiri pada tahun 1956 ini mulai melangkah secara profesional. Inilah bank non devisa pertama yang memberanikan diri pindah dari daerah Jakarta Kota ke gedung barunya di Jalan Kebon Sirih. Peluang deregulasi yang dicanangkan pemerintah, ternyata tidak disia-siakan Usman Admadjaja, pemegang saham terbesar sekaligus Komisaris Utama Bank Danamon. Enam hari setelah Pakto 27 dicanangkan pemerintah, status bank ini meningkat menjadi devisa. "Bank Danamon adalah bank swasta nasional pertama yang mendapat izin menjadi bank devisa setelah Pakto 27," ungkap Usman Admadjaja dengan wajah berseri-seri. Untuk menghindari conflict of interest, Usman melepas semua usahanya di luar bank dan berkonsentrasi penuh dalam bidang financial service industry dengan membangun Bank Danamon. Apalagi manajemen bank ini enggan melakukan diversifikasi usaha. Selain sebagai security of the business, mereka lebih suka bersikap independen untuk menjaga kepercayaan nasabahnya. Bank yang sampai Maret 1990 lalu memiliki capital base sekitar Rp 260 milyar ini, dalam waktu relatif singkat mampu meraih lebih dari 200 ribu nasabah. "Kami juga tetap memperhatikan kredit bagi pengusaha kecil, sesuai spirit Pakjan," tutur Usman. Danamon memang tak hanya menggarap corporate banking, tapi juga consumer banking dan retail commercial banking. Bank ini juga tercatat sebagai bank yang kerap menelorkan produk baru. Tabungan, misalnya, sudah lebih dari 10 jenis. Semua disesuaikan dengan kebutuhan berbagai segmen pasar. "Prinsip kami, kami membuat produk yang akan menjadi kebutuhan nasabah. Jadi, kami bekerja untuk kebutuhan hari esok. Itu salah satu corporate culture Bank Danamon," ujar Usman. Agaknya, ini sesuai dengan motto yang disandang Bank Danamon: Kenalilah Nasabahmu. Sekarang, sekitar 70 produk yang ditawarkan, dikelompokkan dalam dua golongan besar: pendanaan dan kredit. Segi pendanaan terdiri atas aneka jenis tabungan, rekening koran dan deposito. Sedangkan kredit melayani kredit pribadi seperti kebutuhan rumah, mobil dan overseas serta kredit perusahaan. Salah satu produknya, yakni Tabungan Primadana yang dilepas tahun 1988, diharapkan dapat meraih segmen pasar yang belum dijangkau Tabanas dan deposito. Bank Danamon mematok 17 persen batas bunga yang diberikan dan dibayarkan tiap bulan berdasarkan saldo harian. Selain dana yang ditabung bisa diambil setiap saat dan tanpa batas, Tabungan Primadana dapat pula digunakan untuk membayar rekening listrik, telepon, pajak atau teleks tanpa dipungut bayaran. Awal 1989 Bank Danamon gencar mempromosikan rekening Primadollar, menyusul rekening Dana Plus yang diluncurkan tiga tahun sebelumnya. Primadollar ditujukan kepada kalangan profesional yang jarang menggunakan cek. Bunga yang disuguhkan cukup menarik karena diambil dari saldo harian dan bersifat progresif. Artinya, semakin besar jumlah tabungan, kian besar pula suku bunganya. Masih di tahun yang sama -- bekerja sama dengan beberapa bank -- bank ini melepas pula Tabungan Kesra dengan iming-iming hadiah menggiurkan. Besar hadiahnya Rp 150 juta. Namun bunganya dihitung dari saldo terendah. Memang, tabungan ini cenderung menjual impian. Tetapi, konon di situlah letak keistimewaannya. Selain tabungan dan rekening koran, ada pula deposito Aneka Guna atau Multikaransi Deposit yang dikeluarkan tahun 80-an. Lantas, Deposito Prajasa yang diluncurkan 1986. Bunga Prajasa diberikan di muka. Dua tahun kemudian dikenalkan pula Deposit On Can. Melalui deposito ini, Danamon menawarkan jasa untuk memutar dana perusahaan yang menganggur untuk beberapa saat. Mulai 1990 ini, Bank Danamon juga menyediakan Deposito Primakarya buat kalangan pegawai negeri dan ABRI. Selain itu, divisi capital market mereka siap memberikan advice kepada para investor yang akan go public. Jasa ini ditawarkan sejak Danamon melepas sahamnya di bursa modal. Bagi nasabah yang ingin memperkecil risiko dengan adanya fluktuasi nilai mata uang asing, Danamon siap membantu dengan menyelenggarakan kegiatan foreign exchange. Melalui individual banking, misalnya, Danamon juga siap memberikan pelayanan financial advice kepada customer yang membutuhkan. Manajemen bank yang tahun ini akan membuka kampus Danamon di daerah Bogor, ini tampaknya menyadari bahwa peningkatan pelayanan mutlak ditunjang fasilitas hi-tech. Sebab itu, kini Bank Danamon siap menyusul bank-bank lain untuk memasang ATM. Bank yang memiliki 3.992 karyawan ini sekarang mengadakan kerja sama perbankan dengan Korea Exchange Bank. Dalam usaha patungan yang membutuhkan investasi sekitar Rp 50 milyar itu, 85 persen saham dimiliki Korea. Sisanya milik Bank Danamon. Tujuan kerja sama ini guna meningkatkan investasi asing sekaligus memperluas segmen pasar. "Kami tinggal menunggu izin operasionalnya," tutur Usman. *** Strategi BDN alias Bank Dagang Negara dalam memanfaatkan peluang deregulasi, terlihat dari program Repelita IV BDN periode 1990-1994. Program ini dikenal sebagai Corporate Plan IV. Sasarannya, merealisasikan komitmen "menjadi bank besar yang terbaik" melalui program peningkatan mutu layanan, menciptakan produk yang kompetitif, mengasah karyawan lebih tanggap dan profesional, serta menerapkan teknologi perbankan mutakhir. Bank yang mengibarkan bendera sejak 11 April 1960 ini sekarang tengah mengembangkan sayapnya untuk menggarap retail banking. Sebelumnya, BDN -- yang tercatat sebagai bank pemerintah pertama yang berhasil menapaki anak tangga dalam pencapaian hasil usaha -- lebih berkonsentrasi pada corporate banking. Sebagai langkah awal, BDN bekerja sama dengan Citicorp atau Citibank Amerika, yang telah berpengalaman dalam bidang retail banking. Di sela-sela persaingan bisnis perbankan yang kian keras, bank yang kini memiliki 7.747 karyawan ini tak mau tertinggal dalam memanfaatkan teknologi mutakhir. Sebab itu, sejak 1 Juni 1990 lalu, BDN merupakan salah satu bank yang turut dalam ATM sharing bersama Citibank, Bank Duta dan Bank Bali. Jauh hari sebelumnya, tepatnya sejak Februari 1988, bank yang kini telah meraup total aktiva sebesar Rp 12 trilyun lebih ini, memang sudah dikenal sebagai bank milik pemerintah pertama yang memiliki ATM. Bank yang dilengkapi fasilitas home banking -- yakni pusat informasi posisi keuangan yang dapat diketahui nasabah langsung dari komputer -- ini, sejak 2 April 1990 lalu juga mempromosikan produk terbarunya, yakni Tabungan BDN. Tabungan BDN ini menjanjikan hadiah total sebesar Rp 465 juta setahun. Undian ditarik tiga kali, tepatnya tiap bulan April, Agustus dan Desember. Sekali tarik, bank yang sebelumnya sudah menggelindingkan Tabanas dan Taska, hanya melepas total hadiah Rp 155 juta untuk 7.200 pemenang. Hadiah pertama diberikan kepada 200 pemenang masing-masing Rp 250 ribu, 400 hadiah kedua masing-masing Rp 100 ribu, 800 hadiah ketiga masing-masing Rp 50 ribu, serta 1.000 hadiah keempat masing-masing Rp 25 ribu. Meski jumlah total hadiahnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan tabungan lain yang juga menawarkan hadiah uang, setiap penabung mempunyai peluang besar untuk mengantongi hadiah. Karena hadiah yang dijanjikan di sini memang lebih menekankan pemerataan. Bukan sebaliknya. Mengiming-imingkan hadiah besar, namun tiap penarikan hadiah jumlah pemenangnya sangat terbatas. Tak heran dalam tenggang waktu dua bulan, Tabungan BDN yang memberikan keleluasaan kepada penabung untuk mengambil dananya setiap hari, sudah menjaring dana sekitar Rp 7 milyar. Syarat menjadi pemegang Tabungan BDN sangat mudah. Cukup menyetor Rp 5 ribu sebagai tabungan awal. Bunga yang ditawarkan 14,5 persen per tahun, dihitung dari saldo harian. Saldo harian itu tampaknya sesuai dengan motto mereka: Setiap hari berbunga bagaikan bunga anyelir. Tak berlebihan, memang. Sebab, suku bunga Tabungan BDN memang lebih tinggi daripada bunga tabungan serupa yang ditawarkan bank milik pemerintah lainnya. Tabungan BDN dapat pula digunakan untuk membayar rekening listrik, telepon, iuran RCTI, pembayaran PBB, setoran ONH, angsuran KPR-BTN, dan iuran rutin rumah tangga tanpa dikenakan biaya tambahan. Kini, dari 159 cabang BDN di seluruh Indonesia, plus dua perwakilan di Singapura dan Hong Kong, dua agency di New York dan Los Angeles, dan satu cabang di Cayman Island, baru 23 cabang yang sudah siap melayani nasabah peserta Tabungan BDN. Lima puluh tiga cabang akan menyusul dalam waktu dekat. Tahun depan diharapkan seluruh cabang sudah bisa memberikan pelayanan Tabungan BDN. Kini BDN tengah mempersiapkan produk tabungan terbaru lainnya, yakni Tabungan Wisata dan Tabungan Haji. *** Pertarungan antar bank bukan saja terjadi di antara bank-bank devisa, tetapi juga bank-bank non devisa. Tidak sedikit bank non devisa berupaya memanfaatkan deregulasi sebagai momentum untuk meningkatkan status mereka menjadi bank devisa. Satu di antaranya adalah Unibank. "Paling lambat akhir tahun ini kita sudah menjadi bank devisa," tutur Hans Tedjasaputra, Direktur Unibank. Hasil kerja manajemen baru Unibank -- semenjak saham bank tersebut diambil alih oleh Sukanto Tanoto dari kelompok Raja Garuda Mas pada 18 Desember 1986 -- memang menunjukkan prestasi yang meningkat. Sampai 30 Juni 1989 lalu, Unibank tampil sebagai bank swasta nasional terbesar dari segi modal, serta melesat dalam lima kelompok bank swasta non devisa terbesar dari segi aktiva. Total aktiva Unibank yang kini asetnya telah melampaui Rp 250 milyar, dalam tiga tahun terakhir memang terus mengalami peningkatan yang cukup pesat. Bila tahun 1987 hanya sekitar Rp 112,6 milyar, pada 1988 melonjak menjadi Rp 193 milyar, serta melesat menjadi Rp 345,9 milyar pada 31 Desember 1989. Jumlah kantor bank yang berdiri di Semarang pada 1954 dengan nama Bank Gadjah Mada -- kemudian berganti nama menjadi Bank Dagang Rahardja (1968), serta melakukan merger dengan Bank Permata Sari (Maret 1974) sehingga berganti nama menjadi United City Bank, disingkat Unibank (Desember 1974) -- semenjak Pakto 1988 juga terus bertambah. Tengok saja. Bila tahun 1988 hanya 6 kantor, pada 1989 menjadi 16 kantor, dan membengkak hingga 23 kantor pada tahun lalu, yang tersebar di empat kota: Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Medan. Sejak Maret 1989, kantor pusat Unibank hijrah menuju gedung barunya berlantai lima seluas 2.600 meter, di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Kota. Pengembangan kantor cabang yang dilakukan Unibank, juga diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan terhadap nasabah. "Saat ini kita tidak terlalu memperbanyak cabang. Konsentrasi kita adalah memperkuat manajemen dan meningkatkan kualitas pelayanan. Karena kita memang tidak mau menjadi bank yang terbesar, tetapi kalau bisa bank yang terbaik dalam manajemen," ujar Hans sambil melepas senyum. Pengembangan sumber daya manusia, yang disadari manajemen di sini sebagai aset terbesar bagi perusahaan, terus ditingkatkan dari hari ke hari. Apalagi menghadapi rencana alih status menjadi bank devisa. Selain aktif menyelenggarakan training centre, Unibank juga mendatangkan tenaga ahli dari manca negara untuk memoles para karyawannya. Seperti Profesor Lasare dari Insead serta Hamid Somali dari Golden Gate University, yang juga alumni Bank of America. Semua itu ditempuh untuk merealisasikan konsep TQC yang berlaku di Unibank. TQC adalah basic corporate culture Unibank, meliputi tiga aspek. Pertama, Think act and learn. Kedua, Quality trought people, dan ketiga adalah Care for harmony. Bersama konsep TQC itulah, dalam waktu relatif singkat Unibank terus melejit meraih prestasi dengan motto: Bank Anda Setiap Saat. Motto itu pula yang mendorong manajemen di sini untuk terus berupaya menciptakan produk-produk baru, yang diharapkan setiap saat bisa memenuhi kebutuhan nasabahnya. Produk tersebut didesain sedemikian rupa dan ditujukan pada segmen pasar tertentu. Daya saingnya terhadap produk bank lain cukup tinggi. Selain Tabanas dan Kesra, ada pula tabungan Unisavings yang sudah didesain sejak 1987. "Bunganya setiap hari 18 persen per tahun, dan akan dibayarkan setiap akhir bulan berdasarkan saldo harian, bukan saldo terendah," tegas Direktur Unibank, D. Hikmat Kartadjoemena. Tabungan Unisavings ini bisa dijadikan jaminan berbagai macam fasilitas kredit yang dikemas secara khas. Misalnya, Unihome (kredit pemilikan rumah) dan Unicar (kredit pemilikan mobil). Selain itu, pemegang Unisavings akan memperoleh Unicash, yakni kartu untuk menggunakan fasilitas ATM Unibank. Dengan Unicash, selama 24 jam nasabah bisa mendapatkan layanan informasi saldo rekening, pengambilan dan penyetoran uang tunai serta pemesanan buku cek dan giro. Hingga Juni lalu Unibank telah memasang 8 unit ATM di Jakarta dan 3 unit di medan. Sedangkan di Semarang dan di Surabaya akan menyusul dalam bulan Juli-Agustus 1990. "Tahun ini target kami memasang 50 ATM di empat kota di mana Unibank berada. Dalam tiga tahun mendatang kita harapkan bisa sampai 200 unit ATM," tutur Hans Tedjasaputra. Untuk menjaring nasabah, Unibank bukan saja menerapkan konsep layanan perbankan modern, tetapi juga meluncurkan produk khusus seperti Unitravel, yang meminjamkan seratus persen biaya wisata ke manca negara lengkap dengan uang saku selama perjalanan. "Uni Travel memberikan kemudahan kepada nasabah yang ingin berwisata ke luar negeri. Karena prinsip yang kami terapkan: berangkat sekarang dan bayar kemudian," ujar Hans berpromosi. Selain itu ada pula Unisafe, yakni jasa pelayanan untuk menyimpan barang berharga. Kemudian Uniservice yang memberikan kemudahan serta layanan kepada nasabah dalam hal membayar rekening listrik, telepon dan setoran pajak secara praktis. Dan sejak Juni 1990 lalu, Unibank memperkenalkan produk terbarunya: Unisecurities, yakni pelayanan jasa perantara dan perdagangan efek. "Semua nama produk kami memakai kata Uni," kata Hikmat. *** Bagi bank-bank asing, rangkaian deregulasi sedikit banyak memberikan dampak terhadap strategi yang mereka terapkan. Menurut Harpal Dugal, Vice Ptesident & Retail Banking Head Consumer Service Group Citibank & Citione, bermunculannya bank baru menyebabkan para nasabah semakin selektif dalam memilih jasa maupun produk baru yang ditawarkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, Citibank memperkuat pemasarannya. Sebab pemasaran sangat berperan memberikan pelayanan dalam menarik konsumen. "Selama ini Citibank cukup ahli untuk melakukan program pemasaran multi-sasaran. Contohnya dapat Anda lihat dari sukses kami memasarkan credit card serta sukses awal peluncuran Citione," ungkap Dugal dengan nada bangga. Citibank yang menggarap consumer banking, investment banking dan cotporate banking, menempatkan ketiga sektor ini secara seimbang dan saling menunjang. Setiap sektor mempunyai kepentingan sendiri dalam mengembangkan aktivitasnya. Melalui aktivitas itu Citibank ingin menampilkan diri sebagai mitra usaha yang turut membantu pertumbuhan perekonomian nasional melalui sektor perbankan. Cara yang ditempuh adalah memperkenalkan produk dan teknologi baru kepada consumer, seperti ATM dan bank elektronik yang dimilikinya. Bank elektronik memungkinkan nasabah memperoleh pelayanan informasi tentang nilai uang asing, situasi pasar uang dan keseimbangannya. Teknologi bank modern ini sangat membantu efisiensi kerja bank serta pelayanan terhadap nasabah. Contoh lain adalah produk terbaru mereka yakni Citione dengan konsep one-stop one-shop banking. Citione merupakan break through yang dilakukan Citibank dalam menyuguhkan pelayanan perbankan secara terpadu. Sasaran segmen pasar yang hendak dicapai adalah para profesional yang amat sibuk sehingga menuntut efisiensi waktu. Mereka membutuhkan pelayanan yang serba praktis, efisien, rinci, dan lengkap sebagaimana yang diperoleh dari Citione. Sebab, menurut Harpal Dugal, Citione bukan sekedar dapat melayani gabungan berbagai rekening. Melalui Citione, bisa diperoleh perpaduan pelayanan secara profesional sekaligus menikmati keuntungan lebih. Misalnya, Maxi-Save-Current-Account, jenis pelayanan kepada klien yang membutuhkan uang tunai dalam jumlah besar dan mendesak. Di sini klien bisa meniknati fasilitas rekening koran dengan tawaran bunga yang menarik setiap hari. Dana bisa diambil dengan cek atau melalui fasilitas ATM. Bentuk pelayanan lain dari Citione adalah Instant Money-Time Deposit. Seorang klien yang mempunyai tabungan deposito, tak perlu khawatir bila suatu saat membutuhkan uang tunai secara mendadak. Pelayanan instant money-time deposit memungkinkan klien memperoleh bunga depositonya, serta menggunakan uangnya kapan saja -- lewat cek maupun melalui cara penarikan lain. Yang lebih menarik, setiap klien bisa memanfaatkan fasilitas kredit sebesar 90% dari jumlah depositonya. Bahkan klien tak perlu lama menanti, karena ia bisa mengantongi kredit tadi pada saat permohonan diajukan. Telebanking juga merupakan jenis layanan lain melalui paket Citione. Telebanking memungkinkan klien memperoleh sebahagian layanan perbankan secara praktis. Klien cukup memutar satu nomor telepon saja, namun tetap memperoleh layanan ramah dan efisien, tanpa harus membuang waktu untuk bertandang ke bank. One-Statement pun merupakan servis yang dikemas dalam paket Citione. Klien tentunya sering dipusingkan dengan pelbagai jenis laporan rekening setiap bulan. Dengan One-Statement, persoalan tersebut bisa diatasi. One-Statement secara gamblang dan rinci melaporkan seluruh transaksi keuangan klien setiap bulan. Dengan mudah klien dapat merinci transaksi yang pernah dilakukannya. Termasuk saldo. Bank yang memiliki sekitar 90.000 karyawan di seluruh jaringannya di dunia, ini bermaksud menjadi leading global financial institution -- lembaga keuangan terbaik di muka bumi. Di sini profesionalisme benar-benar diterapkan. Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen bank yang telah mengail pengalaman hampir 200 tahun ini, selalu berupaya mengerti dan memahami keinginan nasabah. Kemudian menciptakan program dan produk untuk memenuhi kebutuhan tersebut. "Perusahaan kami adalah yang paling inovatif dalam industri perbankan. Apa yang kami lakukan saat ini, akan dicontoh bank lain di masa mendatang. Tetapi, strategi kami memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding para pesaing. Kami selalu berusaha menciptakan pasar baru. Juga mencari cara yang lebih baik untuk melayani pasar yang sudah ada," singkap Dugal. *** Bagi dunia perbankan rangkaian deregulasi yang dilakukan pemerintah tentu sangat baik. Demikian pula menurut Nugroho Supangat, Direktur Marketing Traveller Related Services American Express (Amex). Kini semua orang menggebu-gebu untuk memiliki deposit. Masalahnya, kata Nugroho, semua bank menjadi sangat cash rich. Selain itu, banyaknya perusahaan besar (konglomerat) mendirikan bank baru, menyebabkan pasar corporate banking di Indonesia semakin ramping. Akhirnya semua bank cenderung melirik consumer banking. Gejala ini terlihat dari aneka macam loan yang ditawarkan bank-bank. Satu lagi yang sedang booming di Indonesia adalah card business yang mampu menarik banyak nasabah. Hampir semua bank kini menggarap bisnis kartu, baik berupa credit card maupun cash card. "Memang benar banyak kesempatan yang ada di dalam bisnis credit card. Tetapi sekali masuk di dalamnya kita harus lebih berhati-hati. Adanya deregulasi mendorong setiap bank berlomba-lomba meraih pasar. Yang terjadi kemudian adalah kartu kredit diberikan secara bebas, dengan iming-iming pembayaran cicilan yang rendah pada akhir bulan dan diberi discount," tutur Nugroho. Yang paling merisaukan, menurut Nugroho, bilamana card business tersebut digarap begitu saja hanya karena sedang trend, tanpa memperhatikan tahap-tahap dalam card industry. Bila ini yang terjadi, maka bukan tak mungkin bisnis kartu hanya terjadi secara rush belaka. Harus pula diperhitungkan bahwa ada risiko yang tidak boleh dipandang enteng di balik bisnis kartu ini, misalnya pemalsuan. "Sebab itu perlu diterapkan disiplin yang ketat di kalangan konsumen dalam menggunakan kartu kredit. Karena kemungkinan besar akan timbul konsumerisme di kalangan pemegang credit card, dengan asumsi mumpung pembayaran bisa dilakukan belakangan. Menggunakan kartu kredit itu sangat mudah, namun pembayarannya kadang-kadang agak sulit. Kami harus berhati-hati sebab ini merupakan perkembangan baru di Indonesia," kata pria yang meraih master di bidang Political Science dari Victoria University. Pakto 27, kata Nugroho, memang membuka peluang besar. Tetapi setiap kesempatan selalu mempunyai risiko. Jadi, harus ada cara untuk mengontrol semua itu. Payment pattern setiap orang menjadi hal yang sangat penting untuk diamati. Dan Amex menuntut disiplin dalam hal pembayaran. "Bank kami tidak memberikan spending limit. Yang diawasi adalah payment pattern-nya yang dilakukan melalui komputer," ungkap Nugroho, yang usianya menapak 32 tahun. Lantas, apa yang dilakukan Amex dalam situasi bisnis semacam ini? "Kita tidak ikut-ikutan kasih kartu cuma-cuma atau menurunkan harga. Standar yang sudah ada tetap harus dijalankan. Kalau tidak, akan terjadi pasar yang traumatik. Kita harus hati-hati dalam menentukan sikap. Karena setiap bank seakan berlomba memberikan pelayanan terbaik dengan harga murah. Yang harus tetap dijaga adalah jangan sampai servis menurun," kata Nugroho. Kini, selain melakukan bisnis kartu kredit lokal, dalam skala besar Amex juga mengeluarkan overseas card member. Cukup dengan Amex Card yang dimilikinya, para turis dari mana pun bisa datang ke sini dan bebas berbelanja serta bertandang ke mana-mana. Ada pula yang disebut Visit Indonesia Year, yang menjadi batu loncatan bagi Amex untuk mengembangkan pariwisata sekaligus traveller business-nya di Indonesia. "Amex akan berupaya membawa lebit banyak turis ke Indonesia dengan Amex Card-nya. Kita akan terus berusaha carrying on the momentum of Visit Indonesia Year. Kita sekarang memasukkan 1,6 juta turis setiap tahun," ungkap Nugroho. Menurut dia, bisnis kartu kredit yang dilakukan Amex secara aktif di Indonesia sejak 1980, merupakan produk utama banknya. "Kita juga punya travellers check. Tujuan utama dari kehadiran Amex di Indonesia sejak 1968 adalah to grow with the business. Sedangkan dari sudut TRS (traveller related service), tujuan Amex adalah to grow the card the travellers check and the travel business. Di seluruh dunia Amex mempunyai 1.500 travel service office," Nugroho menjelaskan. *** Deregulasi perbankan yang melahirkan bank-bank baru, secara otomatis menambah jumlah pemasok di bidang banking services. Menurut Timothy Wong, Director of Consumer Banking Chase Manhattan Bank, pertumbuhan industri perbankan tersebut mempunyai dampak yang sangat positif bagi dunia usaha serta realisasi program pembangunan nasional. Bagi Chase, semakin banyak supplier di bidang banking services akan semakin baik. "Buat kami tidak ada masalah," tutur Wong. Apalagi Chase menempatkan diri sebagai salah satu bank multinasional yang memiliki jaringan internasional yang cukup besar. Secara umum bank ini akan tetap berkonsentrasi untuk menjadi mitra bisnis berbagai perusahaan besar. Sedangkan dari sisi consumer banking, bank ini akan terus berupaya berhubungan dengan the top five percent of the Jakarta market. Tak heran bila pertumbuhan bank-bank baru itu tidak mencemaskan manajemen Chase Manhattan bank, terutama dari segi persaingan. Sebab, dengan usianya yang lebih dari seabad, persaingan bisnis perbankan sudah menjadi bagian yang harus dihadapi setiap saat. Sebagai bank berskala dunia, Chase memiliki keunggulan-keunggulan besar yang hanya bisa ditandingi oleh bank-bank serupa. Itu sebabnya, kini manajemen Chase lebih memikirkan penerapan hi-tech sebagai bank modern. Kini seluruh kegiatan operasionalnya dilakukan melalui teknologi komputer. Dibanding investasi tenaga manusia, Chase lebih suka melalukan investasi di bidang hi-tech. Tetapi, di Indonesia, karena beberapa pertimbangan teknis di bidang telekomunikasi, laju pengembangan hi-tech tidak secepat yang dilakukan Chase di negara-negara lain. Menurut Wong, tidak semua hi-tech yang diterapkan Chase khususnya di bidang consumer banking pada negara-negara lain, dapat pula diterapkan di Indonesia. Di sini masih membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Hal itu disebabkan berbagai faktor teknis yang ada di Indonesia. Seperti saluran telepon yang belum memadai. Demikian pula fasilitas touch-tone telephone. "Faktor-faktor seperti itu berada di luar kontrol bank. Sehingga penerapan hi-tech hanya mungkin dilakukan bila fasilitas tersebut telah cukup tersedia di sini," tutur Wong. Sekalipun demikian, selain memiliki fasilitas ATM, kini di Indonesia Chase juga mulai mengembangkan touch-tone telephone, yaitu melakukan dial melalui telepon dan komputer. Dalam mengembangkan kegiatannya di sini, Chase terus berusaha membawa masuk jaringan bisnis perbankan internasionalnya. Misalnya, memasukkan produk-produk baru di mana dalam waktu dekat ini Chase akan menggarap business card-nya. Menurut Wong, di Indonesia Chase memang tak ingin tergesa-gesa membuka bisnis kartu kredit. Meskipun banyak bank lokal lain maupun bank multinasional yang telah menggarap bisnis kartu beberapa tahun yang lalu. Keputusan Chase terjun ke business card, setelah melihat masih banyak peluang pasar yang belum diraih bank lain. Sejauh ini Chase menyelenggarakan dua jenis bisnis utama, yaitu corporate finance atau corporate banking serta consumer banking atau individual banking. Yang terakhir hanya melayani klien yang memiliki penghasilan Rp 1 juta ke atas. Agar tetap mampu bersaing, masalah pendidikan tampaknya menjadi perhatian di bank ini. Program pendidikan dan latihan dijalankan secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan, meliputi Credit Trainee Program, Management Trainee Program serta program pendidikan tenaga-tenaga terampil yang akan ditempatkan di operation area. Chase juga mengirim staf-staf lokalnya belajar ke luar negeri. Semua program pendidikan dan latihan ini berlangsung kira-kira setahun. *** Begitulah, hampir setiap bank kini tampil dengan konsep dan strategi masing-masing, untuk menembus segmen pasar yang makin kompetitif. Semua melebarkan sayap, semua memperkenalkan produk baru, dan banyak yang melirik bisnis kartu serta sama-sama memanfaatkan fasilitas hi-tech. Siapa yang bakal unggul? Jawabannya tak mudah diperoleh. Masing-masing memiliki keunggulan. Tinggal, para nasabah yang memilih bank sesuai dengan kepentingan mereka. Yang pasti, untuk bertahan di medan bisnis perbankan yang diwarnai persaingan keras, tak cukup hanya memanfaatkan peluang deregulasi dengan mencanangkan target belaka. Pengelolaan human resources yang memadai serta penerapan professional management maupun struktur keuangan yang tangguh, akan sangat berperan. TIM PARIWARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus