SALAH satu ukuran keabsahan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sejauh mana pasar uang internasional menanggapinya. Jika dilihat dari tolok ukur itu, kita boleh senang, karena respon yang didapat sangat positif. Sudah beberapa bank devisa, pemerintah maupun swasta, berhasil menyedot dolar melalui fasilitas kredit -- di antaranya berbentuk Floating Rate Certificate Deposit, Revolving Credit Facility, Eurobond (dipelopori Bank Eksim) -- di pasar uang Hong Kong, Singapura, dan Eropa. Total perolehan sampai awal Juli diperkirakan US$ 1 milyar. Jumat pekan silam, angka perolehan dolar itu bertambah US$ 100 juta. Pemasukan tersebut merupakan perolehan Lippobank di Singapura, melalui penerbitan Note Issuance Facility dengan jatuh tempo pada 1933. Penjamin utama NIF adalah Alahli Bank of Kuwait K.S.C., Banque Nationale de Paris (Singapore Branch), The Long-Term Credit Bank of Japan, Ltd., dan Schroder Internationale Merchant Bankers, Ltd. Bersama penjamin utama ikut pula pemberi dana sedang dan kecil, masing-masing ASEAN Finance Corporation Limited, The Royal Bank of Scotland, The Bank of New York (Hong Kong Branch), The Industrial Bank of Japan, Ltd., United Overseas Bank Limited, dan The Bank of China (BOC) Cabang Singapura. Bagi BOC, yang merupakan pemberi dana kecil (additional tenderpunel members), pemberian fasilitas kredit kepada Indonesia merupakan kali yang pertama -- seolah-olah mengantisipasi pemulihan hubungan diplomatik RI-RRC mulai Agustus depan. Lippo, yang sudah menerima janji wakil 20 bank, merupakan bank Indonesia pertama yang menerbitkan NIF. Perolehan devisa melalui NIF tampak lebih untung, karena dana yang dikenai bunga -- 0,1% atau maksimal (dalam keadaan pasar ketat) 0,3% di atas SIBOR -- hanya untuk uang yang sudah dicairkan. Dalam mencairkan dana itu, Lippo punya pilihan (option) selama dua tahun, ditambah satu tahun sebagai perpanjangan. "Waktu pencairannya akan kami sesuaikan dengan permintaan pasar di Indonesia," tutur Presiden Lippo James Riady. Tapi jika perlu sekarang, misalnya, ujar James lagi, ada Standby Transferable Revolving Credit Facility sebesar US$ 30 juta, instrumen pelengkap sebagai jaminan kesiapan Lippo. Dana NIF itu, menurut Mochtar Riady, orang kuat Lippo dan sekaligus ayah James, diutamakan untuk kredit ekspor, kegiatan yang juga menghasilkan dolar, sehingga tidak ada beban nilai tukar untuk pengembaliannya. "Ini merupakan bukti bahwa Indonesia makin dipercaya dunia internasional," tambahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini