Meski tak terhindar dari sentuhan~ kehidupan modern, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. Sebagian besar dari mereka adalah petani penggarap, buruh tani atau nelayan, dengan intensitas kehidupan yang serba seadanya. Ini merupakan kondisi sosial budaya masyarakat yang perlu diubah menjadi manusia pr~duktif untuk meningkatkan kes~jahteraannya. Di banyak tempat di Indonesia, terdapat cukup banyak tangan-tangan trampil penduduk dalam menciptakan aneka rupa kerajinan, baik untuk keperluan adat maupun untuk dlpergunakari sehari-hari. Di keberapa tempat, keg~atan kerajinan sudah sedemikian majunya sehingga dapat diproduksi dalam jumlah besar, bahkan diekspor ke mancanegara. Produk kerajinan telah berkembang menjadi suatu hidang usaha yang berfungsi ganda. Sebagai pelestarian warisan budaya leluhur sekaligus sebagai bidang usaha industri yang mampu memberikan lapangan kerja yang potensial sehingga mampu memberi andil bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan bagi pelakunya. Jika di tahun 1980 subsektor kerajinan rakyat hanya mampu mengekspor sebesar US$ 60 juta, maka satu dekade kemudian angka ekspornya sudah mencapai US$ 500 juta. Daya serap kegiatan kerajinan rakyat ini juga mengagumkan. Untuk setiap dolar yang diterima dari hasil ekspor, maka itu berarti melibatkan 7 sampai 8 orang pengrajin. Di Kabupaten Tasikmalaya, salah satu sentra kerajinan rakyat, terdapat 1.239 industri kecil yang mampu menyerap 45.000 tenaga kerja. M~eski investasinya hanya senilai Rp 462 juta namun nilai produksinya mencapai Rp 22,7 miliar. Ini memperlihatkan bagaimana subsektor industri kecil dan kerajinan ini mampu menyerap tenaga kerja tanpa harus mengucurkan investasi besar-besaran. "Kerajinan rakyat ini adalah bagian dari hajat hidup rakyat kecil," tutur Ibu E.N. Sudharmono, Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (D~EKRANAS). "Jika bidang ini dapat dikelola dengan baik maka ia akan menjadi penggerak ekonomi yang kuat." Keperdulian semacam itulah yang diharapkan DEKRANAS yang resmi dibentuk tanggal Maret 1980. Besarnya perhatian Pemerintah dalam upaya memajukan dan mengembangkan kerajinan rakyat ini terlihat dari duduknya Ibu Negara Tien Soeharto selaku Ketua Kehormatan DEKRANAS, dan Ibu Wakil Presiden serta Dirjen Industri Kecil masing-masing sebagai Ketua Umum dan Ketuanya. Sedang anggota DEKRANAS adalah Direktur Jendral Pariwisata, Direktur Jendral Bina Usaha Koperasi, Direktur Jendral K~ebudayaan dan unsur swasta serta mereka yang berkecimpung dan memiliki minat besar untuk memajukan kerajinan rakyat. Dalam melaksanakan kegiatannya dilakukan bersama-sama dengan instansi pemerintah yang terkait maupun lembaga swadaya masyarakat yang berkaitan dengan kerajinan. Untuk tingkat propinsi, DEKRANAS dipimpin langsung oleh Ibu Gubernur. Dalam upaya memajukan usaha pengrajin, DEKRANAS bekerjasama dengan berbagai unsur pembina seperti Pemerintah Daerah, perguruan tinggi setempat, lembaga swadaya masyarakat dalam memberikan bimbingan teknis, manajemen dan membukakan kontak dengan narasumber maupun buyer yang dapat meningkatkan nilai tambah dari produk para pengrajin. "Sejak tahun 1987 kami dibantu oleh Dekranas, sehingga kontak kami terbuka lebih luas sehingga kini kami mampu mengeksp~or senilai 700 ribu dolar," tutur Dewa Windia, salah satu pengrajin yang sukses di Bali. Bahkan belakangan melalui Dubes Philip Flood, pembeli dari Australia banyak yang menawar produknya untuk dipasarkan ke negara kangguru itu. Untuk memasyarakatkan kerajinan rakyat ke khalayak yang lebih luas, DEKRANAS menyelenggarakan berbagai promosi dan pameran, sarasehan, seminar dan lokakarya mengenai berbagai aspek tentang kerajinan. Sejak tahun 1985, secara rutin diadakan Pekan Kerajinan Indonesia yang menampilkan karya k~rajina~n terpilih dari 27 daerah (propinsi) di Indonesia. Selain aktif di dalam negeri, DEKRANA~ juga membuat jaringan kerja internasional. Akti sebagai anggota World Craft Council (WWC), DEKRANAS bahkan pernah melaksanakan Kongres WCC sedunia di Jakarta pada tahun 1985, yang melahirkan Deklarasi Jakarta. Deklarasi itu antara lain menyebutkan bahwa kegiatan kerajinan merupakan periuk nasi ba~gi masyarakat di negara berkembang. Karena itu WCC mendorong agar negara negara maju dapat membantu usal pemasaran hasil-hasil kerajinan rakyat tanpa melakukan hambatan pajak maupun tarif. "Anggota WCC banyak yan~ merupakan tokoh yang berpengaruh di negaranya," tutur Ir. Trisura Suhardi, Ketua DEKRANAS. "Dengan demikian lobi untuk memasarkan kerajinan rakyat ke negara-negara industri dapat terbantu." Di dalam. negeri, upaya mendorong produk kerajinan untuk dimanfaatkan secara luas terus di lakukan. "Karena itu kita berusah agar mereka dapat dibantu oleh bapak angka~t serta mendapat kemudahan dalam memperoleh modal kerja dengan jaminan DEKRANAS," tutur Ibu Sudharmono. Dengan terlibatnya para tokoh masyarakat dan kelompok profesional untuk memajukan kerajinan rakyat, baik dalam peningkatan mutu desain maupun jenis, maka nilai tambah yan~g diharapkan tentu lebih mudah untuk dicapai. "Misalnya cenderamata untuk pesta perkawinan seharusnya menggunakan hasil kerajinan rakyat, ini pasti akan membantu sekali," Ibu Sudharmono mencontohkan. Begitu juga dengan hotel-hotel sebaiknya juga memanfaatkan kerajinan Indonesia. Sebab selain meningkatkan volume kerajinan sekaligus dapat menjadi pajangan yang dapat dinikmati oleh pengunjung hotel itu, tambah beliau. Kerajinan yang beragam itu adalal kekayaan budaya bangsa yang perlu dijaga dan dikembangkan. Sebagai anak bangsa yan~g bangga pada kekayaan budayanya, adalah tugas kita untuk mencintai, menggunakan dan mengembangkan kerajinan rakyat Indonesia. Agar martabat pengrajin dapat terangkat, dan kita merasa bangga karena kerajinan rakya Indonesia telah berkembang dengan pesat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini