Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Pencegahan dan penangkalan kejahatan di sektor kehutanan menjadi tanggung jawab bersama dengan mengutamakan penegakan hukum yang tegas dan semangat memperbaiki tata kelola kehutanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap upaya penegakan hukum tersebut, Koalisi Eyes on the Forest (EoF) meluncurkan buku Mata Tajam EoF. Buku ini mengupas laporan-laporan investigasi yang pernah dilakukan sejak 2005 hingga 2016. Pada saat yang bersamaan, juga dilakukan peluncuran buku Di Balik Krisis Ekosistem karya Prof Hariadi Kartohadihardjo yang didukung Yayasan Kehati di Auditorium Dr Soedjarwo Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Senin, 23 Oktober 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penerbitan buku ini disambut baik Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Sebab, buku ini merupakan sumbangan gagasan serta pikiran yang membangun bagi pengelolaan lingkungan dan kehutanan. Menurut Menteri Siti, perbaikan pengelolaan kehutanan dan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah.
Siti juga menyampaikan suatu kebijakan publik yang diambil pemerintah dapat berasal dari empat aspek, yaitu legal, politis, praktis, juga ilmiah. Dalam hal ini, kedua buku tersebut dapat memberikan masukan yang signifikan dari sisi praktis dan ilmiah.
“Kami siap menerima masukan seperti kami tunjukkan dengan menggelar peluncuran dua buku ini. Kita mesti menghargai segala upaya dari berbagai pihak yang tulus memperbaiki tata kelola di sektor kehutanan,” ujarnya.
Buku Mata Tajam EoF merupakan tidak hanya sebagai bentuk refleksi bagi koalisi, tapi juga publik. Pemerintah perlu menyikapi sebagian besar keprihatinan dan kritik yang disampaikan dalam laporan temuan tersebut dengan perbaikan. Buku ini juga menguraikan kritik terhadap sejumlah pemikiran yang menjadi dasar tindakan dalam pengelolaan hutan, sumber daya alam lainnya, serta lingkungan hidup.
Sedangkan buku Di Balik Krisis Ekosistem menjadi salah satu sumbangsih bagi pelestarian dan pemanfaatan sumber daya hayati secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. “Melalui buku ini, kita bisa menyaksikan berbagai fakta kompleksitas yang terjadi di lapangan, yang terkait dengan kerusakan sumber daya alam, akibat eksploitasi tidak bertanggung jawab. Tidak hanya itu, buku ini juga memberikan solusi serta rekomendasi mengatasi persoalan kompleks tersebut dan mendorong tata kelola yang baik di berbagai lini sehingga kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dapat terwujud,” kata Direktur Eksekutif KEHATI M.S Sembiring.
Koordinator Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau Woro Supartinah dan Pembina Yayasan KEHATI Ismid Hadad juga memberikan pengantarnya dalam peluncuran kedua buku tersebut. Hadir pula dalam acara ini Emil Salim, Djamaludin Soeryohadikusumo, serta Sarwono Kusumaatmadja. (*)