Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengamat: Kualitas Jagung Lokal Lebih Bagus dari Impor

Pada musim kemarau membuat jagung lokal kualitasnya jauh lebih bagus, kandungan protein jauh lebih tinggi, lebih segar, tidak ada GMO, tidak kopos-kopos dan lebih diminati peternak.

23 Agustus 2019 | 11.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kualitas jagung lokal baik dan bisa dinikmati peternak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO BISNIS — Pengamat ekonomi politik pertanian Universitas Trilogi, Muhamad Karim, menilai wajar harga jagung lokal lebih bagus dibandingkan jagung impor. Pasalnya, saat ini jagung lokal Indonesia kualitasnya lebih bagus, kandungan protein lebih banyak, varietasnya banyak, apalagi saat musim kemarau ini, kualitasnya lokal jauh lebih tinggi lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pada musim kemarau membuat jagung lokal kualitasnya jauh lebih bagus, kandungan protein jauh lebih tinggi, lebih segar, tidak ada GMO, tidak kopos-kopos dan lebih diminati peternak. Saya pastikan harganya juga bagus, kandungan gizi lebih banyak, lebih fresh dan tetap diminati peternak. Dalam ekonomi, kondisi ini wajar, di mana barang yang berkualitas dan tinggi peminatnya akan diikuti kenaikan harga," ujar Karim di Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2019. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karim menekankan kondisi harga ini bukan karena stok atau produksi yang tidak mencukupi. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah agar tidak gegabah dalam mengambil kebijakan impor sebab nantinya akan merugikan petani. 

"Lihat saja data Kementerian Pertanian, target produksi jagung hingga akhir tahun 2019 ini sebanyak 33 juta ton. Angka ini naik dari realisasi 2018 sebesar 28,92 juta ton, dan dipastikan surplus melebihi kebutuhannya," uajrnya.

Artinya, dari produksi jagung lokal dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan lainnya. Sedangkan, kalau impor akan rugi karena transaksi dalam kurs asing. “Jadi, bila akan impor pasti itu kebijakan keliru," ucap Karim.

Sementara itu, Maxydul Sola, Sekretaris Dewan Jagung Nasional (DJN), mengatakan saatnya fokus meningkatkan produktivitas jagung di dalam kawasan sentra-sentra jagung. Hilirisasi dan alat-alat pascapanen dan pergudangan disiapkan untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga jagung di dalam negeri. Harga di petani saat ini bagus di atas Rp 3.150 per kilogram.

"Kondisi saat ini, pertanaman dan produksi jagung cukup sesuai kebutuhan bulanan. Ini kita lakukan bersama semua pihak, kita di DJN bekerja bareng, membangun kemitraan petani dengan pelaku usaha," ujarnya.

Sola mengatakan rata-rata produktivitas jagung lokal sekitar enam ton per hektare. Oleh karena itu, DJN mendukung untuk produktivitas naik menjadi delapan hingga 10 ton per hektare. Banyak sentra produksi yang sudah bisa mencapai target produktivitas tersebut, misal Sumbawa, Dompu, Sulawesi Selatan, Lampung dan Gorontalo. "Tercukupinya kebutuhan jagung akan semakin menjauhkan Indonesia dari keran impor jagung yang merugikan petani," ucapnya.

"Sekarang kita sudah membuat sentra-sentra jagung setiap wilayah dan penanaman terus dilakukan. Selain di lahan sawah juga di lahan kering dan perkebunan. Sejauh ini tidak ada masalah," katanya lagi. 

Sola mengatakan untuk meningkatkan areal tanam di musim kemarau, DJN mendorong pembuatan embung dengan Dana Desa serta menggunakan pompa air tanah dalam, dengan pengembangan pengairannya memakai sprinkler agar terhindar dari kekeringan. Untuk tambahan areal tanam baru, diadakan kerja sama dengan pondok pesantren serta pemanfaatan lahan Perhutani yang dikelola oleh LMDH dengan pola kemitraan tertutup.

"Saat ini pabrik pakan gudang dalam kondisi penuh serta pasokan tetap mengalir sehingga pabrik kesulitan mengatur truk yang antre membongkar jagung," ujar Sola.

Sebelumnya, Ivan Hindarko dari PT Cargill Indonesia yang memiliki kapasitas 700 ribu ton jagung mengatakan para produsen pakan ternak pun masih komit menggunakan bahan baku jagung lokal dan tidak ada masalah suplai. "Kita masih komitmen menggunakan bahan baku lokal dan mengakui adaya kelebihan mutu di jagung lokal kita," ujarnya.

Selain juga, kandungan protein jagung lokal lebih tinggi 7,0 persen hingga 7,5 persen dibandingkan jagung impor. Bahkan, menurut Dean Novel dari Koperasi Dinamika Nusra Agribisnis (DNA), kini tengah dikembangkan Jagung Rendah Aflatoksin (JRA) yang bisa diproduksi di dalam negeri dalam skala ekonomi.

"DNA di Lombok Timur sudah mengirimkan sebanyak 120 ton JRA ke PT Green Fields. Bahkan JRA lokal diakui oleh Green Fields tidak kalah mutunya dengan JRA impor," ujarnya.

Perlu diketahui, pemerintah saat ini sudah melakukan berbagai upaya mitigasi dengan menggerakkan tanam di musim kemarau ini. Neraca produksi jagung pun masih aman dibandingkan tahun lalu. Luas tanam di periode Januari-Juli tahun ini juga masih aman seperti tahun lalu. "Artinya, tidak perlu ada kekhawatiran stok jagung berkurang karena kemarau ini," kata Novel. (*)

Bahasa Prodik

Bahasa Prodik

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus