Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wa Aua mengenang kembali saat penduduk Desa Gaya Baru, Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, bergotong-royong membersihkan tebing pada 2018. Berbekal modal Rp 75 juta dari dana desa, mereka mengenyahkan semak belukar yang menutupi keindahan tebing di bagian selatan Pulau Buton, ini. Kemudian tersingkaplah keindahan alam, terutama bunga waburi atau dalam bahasa lokal disebut kamba waburi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bersih-bersih tebing menjadi cikal-bakal Desa Gaya Baru yang kini mendunia dan bertransformasi menjadi salah satu desa wisata unggulan di Sulawesi Tenggara. Padahal sebelumnya, desa ini dikenal sebagai desa nelayan di daerah terpencil. "Kami sepakat memberinya nama Waburi Park, terinspirasi dari bunga yang tumbuh di dinding tebing dengan kelopak tujuh warna," kata Wa Aua, penggerak perubahan besar ini dan pernah menjabat sebagai Kepala Desa Gaya Baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan 47 tahun itu menceritakan bagaimana musyawarah berlangsung untuk menyatukan visi menjadikan Desa Gaya Baru menjadi destinasi wisata tingkat dunia. "Kami melihat bagaimana pariwisata mampu meningkatkan perekonomian desa dan masyarakat," kata Wa Aua kepada Tempo pada Jumat, 22 November 2024. "Di situlah kami sepakat mengembangkan daya tarik pariwisata di desa ini."
Pesona tebing dengan latar belakang laut lepas dan gunung, disertai ceruk-ceruk relief purba berupa telapak tangan manusia, menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang ke Waburi Park. Manfaat pengembangan pariwisata terasa dalam tempo lima tahun. Menurut Wa Aua, masyarakat yang semula bekerja sebagai nelayan mulai beralih menjadi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, serta penyedia jasa pariwisata. Saat ini, tercatat sebanyak 20 pelaku UMKM yang menjual aneka kuliner tradisional dan cinderamata. Pendapatan desa dari sektor wisata sebanyak Rp 40 juta pada 2023, dan hingga November 2024 ini sebesar Rp 35 juta.
Wisatawan yang datang ke Waburi Park dapat menginap di homestay atau gazebo, kemudian menjelajah gua dan menikmati keindahan perairan dengan naik perahu atau sampan. Tersedia pula toilet serta musala yang layak. "Fasilitas ini baru 30 persen dari master plan," ujar Wa Aua. Dalam waktu dekat, menurut dia, akan ada kolam renang, restoran, dan akses menuju tebing bawah laut, serta berbagai fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara, Belli Tombili mengatakan, pemerintah memberikan perhatian khusus pada pengembangan Waburi Park. "Karena Waburi Park kini adalah salah satu destinasi wisata prioritas dan menjadi pionir wisata tebing di Sulawesi Tenggara," katanya. Keberhasilan Waburi Park, menurut Belli, tak lepas dari semangat dan kreativitas masyarakat yang berhasil menyulap tebing menjadi lokasi wisata menarik.
Belli melanjutkan, penting juga meningkatkan kapasitas pelayanan yang mumpuni agar warga desa dapat menjadi duta pariwisata. Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara, kata dia, secara simultan memberikan pelatihan kepada penduduk desa dan jasa pemandu wisata. "Kami berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memberikan pelayanan prima, misalkan mengelola homestay, menyajikan kuliner, dan memanfaatkan media sosial untuk promosi," katanya.
Ada pula studi tiru ke desa wisata lain di Indonesia, seperti Yogyakarta dan Banyuwangi. Dinas pariwisata juga mendorong penyelenggaraan festival desa wisata guna menampilkan budaya dan kearifan lokal masing-masing daerah. "Desa Gaya Baru berhasil membuktikan bahwa dengan komitmen, kerja sama, dan pemanfaatan potensi lokal,” ujar Belli. “Desa terpencil sekalipun bisa menjadi destinasi wisata unggulan yang dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya.”