Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempat Raja Berkumpul dan Beribadah

Masjid Babul Firdaus merupakan salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan.

20 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Masjid Firdaus di Jalan Kumala, Makassar, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masjid Babul Firdaus merupakan salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan. Masjid ini terletak di Jalan Kumala, Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, dan dibangun pada Jumat, 1893.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut salah seorang pengurus masjid, Husain, pada awalnya Masjid Babul Firdaus dinamai Masjid Jongaya karena masuk wilayah Kabupaten Gowa. Saat itu Raja Gowa ke-34, Imakkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang Sultan Husain Tumenanga ri Bundu’na, pada peringatan maulid Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk membangun masjid. Imakkulau Daeng Serang tercatat masih keturunan Sultan Hasanuddin, pahlawan nasional dari Sulawesi Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Husain mengatakan Masjid Babul Firdaus merupakan masjid ketiga dari empat masjid yang dibangun Kerajaan Gowa, setelah Masjid Katangka dan Masjid Taeng di Gowa serta masjid di Palopo. Bentuk keempat masjid tersebut sama.

Bukan hanya sebagai tempat ibadah, kata Husain, pada masa lalu Masjid Babul Firdaus juga dijadikan tempat pertemuan raja-raja untuk mengatur strategi menghadapi penjajah Belanda. Dia menambahkan, lokasi pembangunan masjid ditempatkan di Jongaya karena dulu wilayah ini merupakan pusat Kerajaan Gowa. "Di sini pusat Kerajaan Gowa dari Katangka ke Jongaya," ujarnya kemarin.

Pada 1952, masjid dipugar dan diperluas oleh putra Sultan Husain, Andi Mappanyukki Datu Suppa Sultan Ibrahim Mangkau ri Bone. Masjid mengalami perluasan pada masa kepengurusan Haji Mohammad Djawad Abdullah Daeng Salle pada 1977 dan terakhir direnovasi pada 2008.

Meski beberapa kali dipugar, masjid ini masih mempertahankan bangunan lama. Misalnya menara masjid, bentuk kubah khas masjid tradisional Nusantara, mimbar, serta mihrab. "Tapi menara dipindah. Dulu berada pada bagian depan, sekarang di tengah-tengah masjid setelah perluasan," kata Husain.

DIDIT HARIYADI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus