Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=arial size=1 color=#f090>Gerakan antikorupsi di india</font><br />’Gandhi’ Penentang Korupsi

Anna Hazare membuat warga kelas menengah India yang sebelumnya skeptis dan apolitis bangkit menentang korupsi. Meniru perjuangan Gandhi.

5 September 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alun-Alun Ramlila dipadati puluhan ribu orang Senin tiga pekan lalu. Hari itu adalah hari libur nasional di India, tapi warga New Delhi rela berkerumun di bawah terik matahari dan kepulan debu. Sebagian duduk berlindung di bawah kanopi besar, sebagian lain memakai topi putih. Dengan memakai lencana dan ikat kepala bertulisan "I am Anna", mereka mendukung aksi Anna Hazare. Pekan itu adalah minggu pertama penggiat antikorupsi ini mogok makan.

Kisan Baburao "Anna" Hazare, 74 tahun, datang dari Negara Bagian Maharashtra ke New Delhi sejak April lalu. Dia menuntut parlemen mengegolkan naskah Undang-Undang Jan Lokpal untuk menetapkan ombudsman baru. Lembaga ini bertugas menyelidiki dan menuntut politikus dan birokrat korup.

Namun, berbeda dengan keinginan Anna dan banyak orang lainnya, perdana menteri dan pengadilan tinggi tidak tercantum dalam rancangan itu. Dengan alasan rancangan undang-undang itu telah dilemahkan, Anna memulai aksi "berpuasa sampai mati", kecuali pemerintah memenuhi tuntutannya. Sepekan setelah berpuasa, berat Anna turun sampai lima kilogram.

Pada 16 Agustus, polisi menangkap Anna dan menahan lebih dari 1.200 pengunjuk rasa. Namun, pada hari yang sama, protes menular di kota-kota lain di India, termasuk Mumbai, Chennai, Bangalore, dan Hyderabad. Ribuan orang datang dan berkemah di penjara Tihar sambil meneriakkan slogan antikorupsi. Empat hari kemudian Anna dibebaskan.

Anna lahir pada 1937 di pedesaan Bhingar, Provinsi Mumbai. Dia selalu berbicara dengan bahasa Marati dan memilih Anna sebagai nama panggilan. Selain kagum kepada Mahatma Gandhi, Anna terinspirasi oleh Swami Vivekananda, reformis terkemuka abad ke-19. Dia pernah bertugas sebagai anggota militer selama 15 tahun. Setelah pensiun, dia memilih menjadi sukarelawan. Dia menerima dua penghargaan sipil tertinggi di India untuk karyanya membangun desa "Gandhi".

India sesungguhnya sudah memiliki kebebasan dan demokrasi. Dalam dua dekade ini, pertumbuhan ekonominya pun sangat pesat. Tapi rakyat frustrasi karena pelayanan publik buruk, kualitas pendidikan minim, inflasi tinggi, kesenjangan melebar, dan korupsi merajalela. "Kelas menengah yang terkena dampak paling parah dari korupsi," kata Asha Bhardaaj, pendukung Anna.

Kemunculan Anna Hazare yang sederhana dengan topi putih dan setelan katun putih itu menjadi gairah baru bagi penduduk India. Dia sudah dua dekade bergelut melawan korupsi di Negara Bagian Maharashtra. Hidupnya hanya mengandalkan uang pensiun militer dan sumbangan donatur. Persis seperti Gandhi, dia menyerukan taktik mogok makan, aksi protes tanpa kekerasan, dan pawai damai.

Anna Hazare dan para penasihatnya mahir mengolah isu. Mereka pintar memanfaatkan media untuk membangun dukungan publik. Wajah Anna Hazare sekarang terlihat hampir di setiap sudut India. Dia sempat membuat video di penjara Tihar, tempatnya ditahan.

Sekelompok pengacara terkemuka dan aktivis sosial menjadi tulang punggung tim Anna. Kelompok ini telah berbulan-bulan berkampanye di India. Mereka berbagi tugas menyebarkan informasi kegiatan harian Anna untuk wartawan. Penasihatnya, Kiran Bedi, juga menggunakan media sosial seperti Twitter agar terhubung dengan pengikut muda.

Upaya menggalang dukungan publik itu berbuah manis. Ribuan orang yang memadati Alun-alun Ramlila bukan kalangan yang biasanya mau hadir dalam pertemuan politik. "Banyak orang berdiri bersama saya. Jika tidak, siapa saya? Saya ini hanya seorang pengemis," ujar Anna. Massa terbesar Anna Hazare adalah kelas menengah: sebagian besar mahasiswa dan profesional yang bekerja di perkotaan.

Di India, kalangan ini punya stereotipe sebagai warga yang paling skeptis dan apolitis. Mereka lebih terobsesi bermain kriket dan menonton film Bollywood daripada politik. Pesan di situs jejaring sosial dan diskusi di meja kafe menunjukkan mereka mendukung Anna. "Kami memang ingin mendukung Anna melawan korupsi," kata Rishabh, mahasiswa komunikasi Universitas Jharkhand.

Ninin Damayanti (The New York Times, The Hindu, The Economics, Times of India)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus